Maafin Abah ya, Nak. Karena Abah hanya bisa menemani mu hingga tengah hari saja.

Maafin Abah ya, Nak. Karena Abah ngak bisa kasih apa, yang kamu inginkan. Semua karena keterbatasan yang dimiliki Abah.

Maafin Abah ya, Nak.
Tapi, tetap do'akan Abah ya, Nak. Biar kita tetap dapat tetesan rezeki halal hari ini.

Mpiez, kamu tetap jagoan Abah.
Karena kamu adalah secercah terang harapan Abah di Masa Depan, Anakku...........

Semoga kelak kamu menjadi anak yang sholeh serta berguna bagi Agama, Negara dan Bangsa. Amin Ya Robbal Alamin.

Tetap jadi jagoan Abah ya, Nak.....................

(Cimahi, 30 Desember 2009)
Hafiz's Khitan Day
Menapaki perjalanan hidup dalam waktu, tak terasa sudah kita telah berada di penghujung tahun baik itu menurut kalender Hijriah maupun kalender Masehi. Ada baiknya kita kembali merenung / tafakur diri tentang apa yg telah kita jalani sepanjang tahun yg akan kita tinggalkan (baik/buruk) agar menjadi pelajaran untuk berbuat lebih baik lagi pada tahun yang akan datang. 

Sebagaimana telah diajarkan oleh Rasulullah SAW., sesuai dangan Hadits yg diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA. bahwa Rasulullah SAW. bersabda,
”Tidak ada sesuatu pun di sisi ALLAH SWT. yang lebih mulia daripada doa.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah)

Serta dalam rangka menyambut Tahun Baru 1434 H. yang Insya Allah akan datang beberapa hari lagi. Dan menutup tahun 1433 H. ini ada baiknya kita memanjatkan doa ke hadirat Allah SWT. sebagai berikut:

DOA AKHIR TAHUN
Doa Akhir Tahun ini dibaca saat setelah Shalat Ashar pada tanggal 29 atau 30 Dzulhijjah. Dengan seizin Allah SWT. tentunya kita yang memanjatkan doa ini mendapatkan perlindungan dari Alllah SWT. dari segala bentuk fitnah dan tipu daya setan serta pengampunan atas semua dosa satu tahun ke belakang.

Bismillaahirrahmaanirraahiim. Wa shollalloohu'alaa sayyididinaa muhammaadin wa'alaa aalihi wa shohbihii wa sallama, Alloohumma maa'amiltu fii hadzihis sanati mimmaa nahaitanii'anhu falam atub minhu wa lam ardhohu wa lam tansahu wa hamiltu 'alayya ba'da qudrotika 'uquubati wa da'autanii ilattaubati minhu ba'da jiroo-atii 'alaa ma'shiyatika fa-innii astaghfiruka faghfirlii bifadhlika wa maa'amiltuhu fiiha mimma tardhoohu wa wa'adtanii 'alaihits tsawaba wa as-aluka. Alloohumma yaa kariimu yaadzal jalaali wal ikroomi antaqobbalahu minnii walaa taqtho' rojaa-i minka yaa kariimu wa shollalloohu 'alaa sayyidinaa muhammadin wa 'alaa aalihi wa shohbihii wa sallama.

Artinya : "Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Semoga rahmat dan salam Allah tetap tercurahkan kepada junjungan kami Nabi Muhammad teriring keluarga serta sahabat Beliau. Wahai Tuhanku, apa yang kami perbuat sepanjang tahun ini berupa perbuatan perbuatan yang Engkau larang kami melakukannya, sedangka kami belum bertaubat dari padanya dan Engkau tidak meridhoinya dan tidak melupakannya, dan Engkaupun telah menyayangi kami setelah Engkaupun kuasa untuk menyiksa kami, kemudian Engkau menyeru kepada kami untuk bertaubat setelah kami bermaksiat kepada Mu. Karena itu, kami mohon ampunan dari Mu, maka ampunilah Kami dengan Anugerah-Mu. Dan apa yang telah kami kerjakan di tahun ini adalah berupa perbuatan yang Engkau ridhoi dan Engkau janjikan pahala atasnya, kami mohon pada-Mu wahai Tuhanku, Dzat Yang Maha Mulia, yang memiliki Kebesaran dan Kemuliaan, agar Engkau terima amalan kami dan jangan hendaknya Engkau putuskan harapan kami dari-Mu, wahai Dzat Yang Maha Mulia. Semoga rahmat dan salam Mu tetap tercurahkan kepada junjungan kami Nabi Muhammad teriring keluarga serta sahabat beliau."

Serta saat memasuki tahun baru, yaitu 1434 H. ada baiknya kita memanjatkan doa ke hadirat Allah SWT. sebagai berikut : 

DOA AWAL TAHUN
Doa Awal Tahun ini dibaca saat setelah Shalat Rawatib Ba'da Maghrib pada malam tanggal 1 Muharram. Dengan seizin Allah SWT. tentunya kita yang memanjatkan doa ini mendapatkan perlindungan dari Alllah SWT. dari segala bentuk fitnah dan tipu daya setan satu tahun ke depan.
Bismillaahirohmaanirrohiim. Wa shollalloohu 'alaa sayyidinaa muhammadin wa'alaa aalihi wa shohbihii wa sallama. Allohumma antal abadiyyul qodiimul awwalu wa 'alaa fadhlikal 'adliimi wujuudikal mu'awwali wahaadza'aamunjadiidun qod aqbala nas-alukal 'ishmata fiihi minasysyaithooni wa auli yaa-ihi wa junuudihi wal 'auni 'alaa haadzihil ammaaroti bissuu-i wal istighooli bimaa yuqorribunii ilaika zulfa yaa dzal jallali wal ikroom ya arhammar rohimmina. Wa shollalloohu 'alaa sayyidinaa muhammadin wa 'alaa aalihi wa shohbihii wa sallama.

Artinya : "Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Semoga rahmat dan salam Mu tetap tercurahkan kepada junjungan kami Nabi Muhammad teriring keluarga serta sahabat Beliau. Wahai Tuhanku, Engkau adalah Dzat Yang Maha Kekal, Dahulu dan Awal. Hanya dengan anugrah dan kemurahan-Mu Yang Agung, telah datang tahun baru. Di tahun ini kami memohon pemeliharaan-Mu dari Syetan, kekasihnya dan balatentaranya, dan kami memohon pertolongan-Mu atas hawa nafsu yang mengajak kepada kejelekan, dan kami memohon kesibukan dengan perbuatan yang dapat mendekatkan diri kami kepada-Mu wahai Dzat Yang Memiliki Kebesaran dan Kemuliaan, wahai Dzat Yang Maha Pangasih dan Penyayang. Semoga rahmat dan salam Mu tetap tercurahkan kepada junjungan kami Nabi Muhammad teriring keluarga serta sahabat beliau."

Semoga doa yg kita panjatkan ke hadirat Allah SWT. ini dapat diterima dan dikabulkan. Sebagai penutup dari catatan ini dan mengutip sebuah Hadits Rasulullah SAW. sebagai berikut : Rasulullah SAW. bersabda,
"Hati manusia adalah kandungan rahasia dan sebagian lebih mampu merahasiakan dari yang lain. Bila kamu mohon sesuatu kepada Allah 'Azza wajallah maka mohonlah dengan penuh keyakinan bahwa do'amu akan terkabul. Allah tidak akan mengabulkan do'a orang yang hatinya lalai dan lengah." (HR. Ahmad)

Wallahu'alam. ***
Dengan mengutip dari sebuah Hadits Rasulullah SAW. sebagai berikut :

Dari
Abdullah bin Umar RA. bahwa Rasulullah SAW. bersabda, "Terjadi di masa dahulu sebelum kamu, tiga orang berjalan-jalan hingga terpaksa bermalam di dalam gua. Tiba-tiba ketika mereka sedang berada di dalam gua itu, ada sebuah batu besar yang jatuh dari atas bukit dan menutup pintu gua itu sehingga mereka tidak dapat keluar. Maka berkatalah mereka, "Sungguh tidak ada yang dapat menyelamatkan kita dari bahaya ini, kecuali jika kalian bertawassul kepada Allah dengan amal-amal shaleh yang pernah kalian lakukan dahulu."

Maka seorang dari mereka berdoa, "Ya Allah, dahulu saya mempunyai ayah dan ibu dan sudah menjadi kebiasaanku tidak memberi minuman susu kepada seorangpun sebelum keduanya (ayah dan ibu), baik kepada keluargaku atau kepada hamba sahaya. Maka pada suatu hari saya agak jauh menggembala ternak sehingga saya terlambat tidak kembali kepada keduanya hingga malam hari dan ketika itu ayah bundaku telah tidur. Maka saya terus memerah susu untuk keduanya dan saya segan untuk membangunkan keduanya tetapi saya pun tidak akan memberikan minuman itu kepada siapapun sebelum ayah bundaku. Maka saya tunggu keduanya hingga terbit fajar lalu bangunlah keduanya dan minum susu yang saya perahkan itu. Padahal malam itu anak-anakku juga menangis meminta susu itu di dekat kakiku. Ya Allah, jika saya lakukan itu benar-benar karena mengharapkan keridhaan-Mu maka lepaskanlah kami dari kesulitan ini. Maka bergeserlah batu itu sedikit hanya saja mereka belum dapat keluar dari gua tersebut.

Lalu orang yang kedua berdoa, "Ya Allah, dahulu saya pernah jatuh cinta pada anak gadis pamanku. Karena cinta kasihku saya selalu merayu dan ingin berzina dengannya tetapi ia selalu menolak hingga terjadilah pada suatu saat ia menderita kelaparan dan datang minta bantuan kepadaku. Maka saya berikan padanya uang seratus dua puluh dinar dengan janji bahwa ia akan menyerahkan kegadisannya kepadaku malam harinya. Kemudian ketika saya telah berada di antara kedua kakinya tiba-tiba ia berkata, "Takutlah kepada Allah dan jangan engkau pecahkan tutup kecuali dengan cara yang halal. Maka saya segera bangun daripadanya padahal saya masih menginginkannya dan saya tinggalkan dinar emas yang telah saya berikan kepadanya itu. Ya Allah, bila saya berbuat itu semata-mata karena mengharapkan keridhaan-Mu maka hindarkanlah kami dari kemalangan ini." Maka bergeserlah batu itu sedikit tetapi mereka belum juga dapat keluar daripadanya.

Lalu berdoalah orang yang ketiga, "Ya Allah, saya dahulu menjadi majikan yang mempunyai banyak buruh dan pegawai. Pada suatu hari ketika saya membayar upah buruh-buruh itu, tiba-tiba ada seorang dari mereka yang tidak sabar menunggu lalu segera pergi dan meninggalkan upahnya terus pulang ke rumahnya dan tidak kembali. Maka saya perniagakan upah itu hingga bertambah dan berbuah menjadi harta kekayaan yang banyak. Kemudian setelah berselang waktu cukup lama, buruh itu datang kembali dan berkata, "Hai hamba Allah berikan kepadaku upahku yang dahulu itu." Aku menjawab, "Semua kekayaan di depanmu yang berupa unta, lembu, kambing dan budak penggembalanya itu adalah upahmu." Orang itu berkata, "Hai hamba Allah, janganlah engkau mengolok-olokkan aku." Aku menjawab, "Aku tidak mengolok-olokkan kamu." Maka diambilnya semua yang saya sebutkan itu dan tidak ditinggalkan seekor pun daripadanya. "Ya Allah, jika saya berbuat itu karena mengharapkan keridhaan-Mu maka bebaskanlah kami dari kesempitan ini." Tiba-tiba batu itupun bergeser lagi sehingga mereka dapat keluar dengan selamat." (HR. Bukhari - Muslim)

Dari kisah di atas terdapat 3 (tiga) faktor penting yang telah digambarkan oleh Rasulallah SAW. yang menjadi sebab terkabulnya doa-doa dalam kehidupan kaum muslimin.

  1. Pertama, Mu'assyarah; "Ya Allah, dahulu saya mempunyai ayah dan ibu dan sudah menjadi kebiasaanku tidak memberi minuman susu kepada seorangpun sebelum keduanya (ayah dan ibu), baik kepada keluargaku atau kepada hamba sahaya. Maka pada suatu hari saya agak jauh menggembala ternak sehingga saya terlambat tidak kembali kepada keduanya hingga malam hari dan ketika itu ayah bundaku telah tidur. Maka saya terus memerah susu untuk keduanya dan saya segan untuk membangunkan keduanya tetapi saya pun tidak akan memberikan minuman itu kepada siapapun sebelum ayah bundaku. Maka saya tunggu keduanya hingga terbit fajar lalu bangunlah keduanya dan minum susu yang saya perahkan itu. Padahal malam itu anak-anakku juga menangis meminta susu itu di dekat kakiku. Ya Allah, jika saya lakukan itu benar-benar karena mengharapkan keridhaan-Mu maka lepaskanlah kami dari kesulitan ini. Dari kisah tersebut di atas tergambar, bahwa lelaki ini telah mendahulukan untuk berbakti kepada kedua orang tuanya daripada anak dan istrinya, betapa banyak anak yang tidak berbuat baik kepada kedua orang tuanya bahkan menelantarkan mereka, lebih memihak istrinya dari pada orang tuanya. Anak harus berbakti pada orang tua selagi tidak untuk berbuat maksiat karena ridha Allah SWT. terletak pada keridhaan orang tua. Agama Islam mengajarkan untuk menghormati kedua orang tua walaupun mereka berlainan agama dengan agama yang kita anut (kafir), tidak membentaknya atau mengatakan kalimat “Ah” kepada mereka. Bagaimana hubungan kita dengan orang tua ? Apakah kita juga telah tidak menghormati, membentak dan telah berani melawan kepada orang tua ?
  2. Kedua, Akhlaq yang mulia; "Ya Allah, dahulu saya pernah jatuh cinta pada anak gadis pamanku. Karena cinta kasihku saya selalu merayu dan ingin berzina dengannya tetapi ia selalu menolak hingga terjadilah pada suatu saat ia menderita kelaparan dan datang minta bantuan kepadaku. Maka saya berikan padanya uang seratus dua puluh dinar dengan janji bahwa ia akan menyerahkan keperawanannya kepadaku malam harinya. Kemudian ketika saya telah berada di antara kedua kakinya tiba-tiba ia berkata, "Takutlah kepada Allah dan jangan engkau pecahkan tutup kecuali dengan cara yang halal. Dari kisah di atas tergambar, bahwa pergaulan antara laki-laki dan perempuan telah diatur dalam agama Islam dengan sangat terperinci, pergaulan antara suami dan istri, pergaulan antara muhrim dengan muhrim, pergaulan antara muhrim dengan bukan muhrim. Dengan aturan ini maka akan menciptakan masyarakat madani yang beradab serta menjadi sebuah keseimbangan dalam kehidupan yang asri dan damai. Sebaliknya kalau dilanggar batas-batas pergaulan ini maka akan timbul kerusakan yang sangat parah dalam masyarakat. Sebagai contoh masyarakat barat yang membebaskan pergaulan antara laki-laki dan perempuan hingga tanpa batas, sex bebas dsb, dengan dalih kebebasan expressi individu, apa hasilnya ? Kita telah menjadi saksi sejarah kebobrokan mereka yang berbalut kehidupan semu yg disebut dengan masyarakat modern. Rasulallah SAW. telah berpesan, "Takutlah kamu kepada Allah atas perkara wanita, karena awal bencana atau fitnah Bangsa Israil adalah dikarenakan oleh wanita." Apakah kita masih memegang teguh rambu-rambu pergaulan yang telah digariskan oleh agama kita ?
  3. Ketiga, Mu'ammalah yang benar; "Ya Allah, saya dahulu menjadi majikan yang mempunyai banyak buruh dan pegawai. Pada suatu hari ketika saya membayar upah buruh-buruh itu, tiba-tiba ada seorang dari mereka yang tidak sabar menunggu lalu segera pergi dan meninggalkan upahnya terus pulang ke rumahnya dan tidak kembali. Maka saya perniagakan upah itu hingga bertambah dan berbuah menjadi harta kekayaan yang banyak. Kemudian setelah berselang waktu cukup lama, buruh itu datang kembali dan berkata, "Hai hamba Allah berikan kepadaku upahku yang dahulu itu."Aku menjawab, "Semua kekayaan di depanmu yang berupa unta, lembu, kambing dan budak penggembalanya itu adalah upahmu." Orang itu berkata, "Hai hamba Allah, janganlah engkau mengolok-olokkan aku." Aku menjawab, "Aku tidak mengolok-olokkan kamu." Maka diambilnya semua yang saya sebutkan itu dan tidak ditinggalkan seekor pun daripadanya"Disini tergambar dari kisah di atas, bahwa dia adalah seorang yang jujur dan sangat menjaga amanah. Tidak memakan harta orang lain dengan cara yang batil. Mari kita mulai menilai diri kita, betapa selama ini kita tidak menghiraukan ajaran agama yang agung ini, Lalu melihat pada konteks bangsa, betapa korupsi, penipuan, ketidakadilan dan sebagainya telah merajalela. Belakangan korupsi muncul dimana di segala sudah lini kehidupan menjadikan imej bangsa Indonesia, yang mayoritas penduduknya beragama Islam, menjadi salah satu Negara terkorup di dunia. Belum lagi masalah ketidakadilan yang menyebabkan banyak rakyat kecil di Negara ini menderita. Mengapa ini bisa terjadi ?
Kalau dibandingkan pada masa sekarang berapa banyak jumlah umat Islam, lihat pada musim haji saja berkumpul di Padang Arafah kurang lebih lima juta umat Islam. Tetapi mengapa doa-doa kita sulit terkabulkan, tidak mustajab serta mengapa doa-doa mereka yang 5 (lima) juta manusia yang berkumpul di Padang Arafah juga tidak mampu menembus hijab antara kita dengan Allah SWT. ? Mungkinkah ini disebabkan karena kita telah kehilangan 3 (tiga) faktor penting yang tersurat pada kisah di atas tadi yaitu Mu'asyarah, Mu'ammalah dan Akhlaq ? Sehingga doa-doa yang kita lakukan selama ini gambaran doa-doa yang tidak dilandasi oleh 3 (tiga) faktor di atas. Wallahu a'lam bissawab.
Dalam kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim : Dari Anas bin Malik RA. pernah menuturkan bahwa, Rasulullah SAW. pernah suatu kali lewat di sebelah seorang wanita yang sedang menangisi kematian anaknya. Beliau berkata kepadanya, “Takutlah kepada Allah dan bersabarlah.” Wanita itu kemudian berkata, “Engkau tidak merasakan musibah yang aku alami.” Ketika Rasulullah SAW. sudah berlalu dari situ barulah ada sahabat berujar kepada wanita itu, bahwa orang yang barusan menasihatinya adalah Rasulullah SAW. Alangkah terkejutnya wanita itu, bahwa orang yang barusan menasihatinya itu adalah Rasulullah SAW. Maka bergegaslah dia pergi ke rumah Rasulullah SAW. dan berdiri di ambang pintu rumah Beliau. Dia (wanita) berkata, “Wahai Rasulullah, aku tadi tidak mengenalmu. Sekarang aku sabar.” Rasulullah SAW. bersabda, “Kesabaran itu berlaku pada awal goncangan / musibah.

Sabda Rasulullah SAW. “Sesungguhnya kesabaran itu berlaku pada goncangan pertama.” Serupa dengan Sabda Rasulullah SAW. “Bukanlah disebut orang kuat, orang yang berkelahi secara tangguh. Akan tetapi orang kuat adalah dia yang bisa menahan diri di waktu marah.

Karena datangnya suatu musibah secara tiba-tiba biasanya menancapkan pengaruh luar biasa sehingga bisa menggoncangkan hati. Dengan kesabaran pada waktu goncangan pertama, orang akan bisa membendung kedahsyatan dan kekuatan musibah itu, sehingga musibah itu tidak ada artinya lagi baginya dengan adanya kesabaran tersebut. Sebab biasanya musibah yang datang menerjang, bisa menggoyahkan hati yang tidak siap, inilah yang dimaksud dengan goncangan pertama dalam hadis di atas.

Akan tetapi, ketika musibah itu datang lagi, dia sudah tidak kaget dan menyadari bahwa dia harus bersabar. Sehingga di sini kesabaran tidak jauh beda dengan kesabaran karena keterpaksaan. Wanita di atas ketika mengetahui bahwa kesedihannya sama sekali tidak ada manfaatnya, barulah dia datang menemui Rasulullah SAW. untuk minta maaf. Seakan-akan dia mau berkata kepada Rasulullah SAW. “Aku sekarang telah sabar.” Namun hal ini dijawab oleh Rasulullah SAW. “Sesungguhnya kesabaran itu berlaku pada goncangan pertama.

Pengertian yang sama juga terkandung dalam hadis riwayat Sa’id bin Zarabi dari Muhammad bin Sirin, dari Abu Hurairah RA. yang bercerita : Suatu hari Rasulullah SAW. lewat di sebelah seorang wanita yang sedang bersimpuh di hadapan sebuah kuburan sambil meratap. Rasulullah SAW. berkata padanya “Wahai hamba Allah, takutlah kepada Allah dan sabarlah.” Wanita itu menjawab “Engkau tidak tahu sialnya nasibku.” Rasulullah SAW. berkata lagi “Wahai hamba Allah, takutlah kepada Allah dan bersabarlah.” Wanita itu berkata “Wahai hamba Allah kalau engkau mengalami musibah sepertiku, maka pasti akan merintih seperti aku.” Rasulullah SAW. berkata: “Wahai hamba Allah, takutlah kepada Allah dan bersabarlah.” Wanita itu berkata “Wahai hamba Allah engkau telah mengetahui jawabanku, sekarang pergilah dari hadapanku.” Rasulullah SAW. pun berlalu dari situ. Setelah itu kemudian ada seorang sahabat yang datang menemui wanita itu dan bertanya: “Apa yang kamu katakan padanya tadi ?” Wanita itu menceritakan bahwa dia berkata kepada laki-laki itu demikian demikian, dan jawabannya adalah demikian demikian. Sahabat itu bertanya kepadanya “Apakah engkau tahu siapa laki-laki yang datang tadi ?” “Tidak,” jawabnya. “Dia adalah Rasulullah SAW.” kata sahabat itu. Abu Hurairah lebih lanjut menceritakan, kemudian wanita itu terhenyak dari kesedihannya dan langsung pergi dari situ untuk menjumpai Rasulullah SAW. Ketika bertemu, dia berkata “Wahai Rasulullah, aku sekarang sudah sabar.” Rasulullah SAW. menjawab “Kesabaran itu berlaku dalam goncangan pertama, kesabaran itu berlaku dalam goncangan pertama.

Ibn Abi al-Dunya meriwayatkan dari Bisyr bin al Walid, dari Shalih al-Kindi bin Malik, dari Sa’id bin Zarabi yang menyebutkan hadis di atas. Penuturan itu semakin memperjelas makna dan kandungan hadis di atas. Abu ‘Ubaid berkata : “Makna hadis ini adalah bahwa setiap orang yang kena musibah, maka bentengnya adalah kesabaran. Akan tetapi dia bisa mendapatkan pujian dari Allah atas kesabarannya ketika musibah itu sedang berada dalam keadaan yang dahsyat dan Bagi saya, dalam hadis ini terkandung beberapa hikmah :
  1. Kewajiban sabar atas segala musibah merupakan sebuah ketakwaan di mana hamba diperintahkan untuk melakukan hal itu.
  2. Perintah pada kebaikan dan larangan dari keburukan (amar ma’ruf nahi munkar). Dan bahwa dahsyatnya musibah tidak menghalanginya untuk mengerjakan perintah Allah dan menghindari larangan-Nya.
  3. Selalu mengulang pelaksanaan perintah Allah dan menghindari larangan-Nya sehingga kemudian dia bisa sampai kepada Allah.
  4. Hadis ini bisa dijadikan hujjah tentang bolehnya wanita berziarah ke kuburan. Karena Rasulullah SAW tidak melarang ziarah wanita itu. Beliau hanya memerintahkannya untuk bersabar. Kalau saja ziarah itu haram, niscaya beliau pasti akan mengatakannya.
Rasulullah SAW. telah memerintahkan wanita itu untuk bertakwa kepada Allah dan sabar. Beliau tidak melarangnya melakukan ziarah kubur. Hadis ini membantah pihak yang melarang ziarah dan menangisi kematian. Ini diperkuat lagi dengan fakta bahwa setelah mengetahui bahwa perintah itu datang dari seseorang yang wajib ditaati, maka dia cepat berlalu dari situ dan minta maaf kepada Rasulullah SAW.

Tetapi Ada pula yang menyanggah itu : Abu Hurairah masuk Islam pada tahun ketujuh hijriah Jawabannya : Abu Hurairah tidak menyatakan bahwa dia menyaksikan langsung kisah ini. Hadis ini tidak menunjukkan bahwa dia mengetahuinya setelah masuk Islam. Kalaupun dia menyaksikan peristiwa ini, namun tidak bertabrakan dengan larangan Rasulullah SAW. atas wanita yang melakukan ziarah kubur. Karena laknat Rasulullah SAW. terhadap para wanita penziarah kubur dan orang-orang yang memugar kuburan menjadi masjid barulah terjadi setelah kasus ini, tepatnya setelah Rasulullah SAW. mengalami sakit dan berujung pada wafatnya.

Rasulullah SAW. tidak memperkenalkan diri terhadap wanita yang terguncang hatinya dan tidak bisa menguasai dirinya itu. Karena beliau ingin memperlihatkan kasih sayangnya terhadap wanita itu. Kalau saja Rasulullah SAW. pada waktu itu mengenalkan dirinya, niscaya wanita yang lagi kalut itu tidak akan mendengarkan nasehat Rasulullah SAW. dan akhirnya dia akan rusak.

Artinya, maksiat wanita itu adalah karena dia tidak tahu bahwa orang itu adalah Rasulullah SAW. menilainya lebih ringan, daripada maksiatnya ketika dia tahu bahwa orang itu adalah Rasulullah SAW. Ini adalah salah satu keagungan sifat Rasulullah SAW.

Dalam kitab Shahih Muslim terdapat sebuah hadis dari Ummu Salamah yang berkata : Aku mendengar Rasulullah SAW. bersabda “Tidak ada seorang muslim yang ditimpa musibah dan dia mengatakan seperti perintah Allah : “Sesungguhnya kami adalah milik Allah, dan sesungguhnya kami akan kembali pada-Nya. Wahai Allah, berikanlah pahala padaku dalam musibahku ini dan wariskanlah padaku kebaikan dalam musibah ini,” kecuali Allah akan memberikan ganti padanya sesuatu yang jauh lebih baik baginya.

*Kemuliaan Sabar dan Keagungan Syukur* Ibnu Al-Qayyim Al-Jauziyyah