4. HAKIKAT ASMA' ALLAH

BUKU PERTAMA
PENJABARAN MENYELURUH IYYAKA NA'BUDU WA IYYAKA NASTA'IN

(4) HAKIKAT ASMA' ALLAH

Pembuktian asma' Allah yang 5 (lima), yaitu (Allah, Ar-Rabb, Ar-Rahman, Ar-Rahim dan Al-Malik), dilandaskan kepada 2 (dua) dasar :

Dasar Pertama :

Asma' Allah menunjukkan sifat-sifat kesempurnaan-Nya. Asma' ini merupakan sifat, yang semuanya baik, husna. Sebab jika asma' itu hanya sekedar lafazh yang tidak mempunyai makna apa pun, maka ia tidak bisa disebut husna dan tidak menunjukkan kesempurnaan, lalu akan terjadi kerancuan antara dendam dan marah yang menyertai rahmat dan ihsan, sehingga kalau berdoa kita harus mengucapkan, "Ya Allah, sesungguhnya aku menganiaya diriku sendiri, maka ampunilah aku karena Engkau pendendam". Penafian makna Asma'ul-husna termasuk kufur yang terbesar. Jika Allah mensifati Diri-Nya Al-Qawiyyu, berarti memang Dia benar-benar mempunyai kekuatan. Begitu pula sifat-sifat lainnya.

Di dalam Ash-Shahih disebutkan dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, beliau bersabda :
"Sesungguhnya Allah tidak tidur dan tidak seharusnya Dia tidur. Dia merendahkan timbangan dan meninggikannya. Amal pada malam hari disampaikan kepada-Nya sebelum siang hari, dan amal siang hari disampaikan kepada-Nya sebelum malam hari. Hijab-Nya adalah cahaya, yang andaikan hijab ini disingkap, maka kemuliaan Wajah-Nya benar-benar membakar pandangan makhluk yang memandang-Nya."

Menafikan makna asma'-Nya juga termasuk kufur yang paling besar. Gambaran kufur lainnya adalah menamakan berhala dengan asma' Allah, sebagaimana mereka menamakannya alihah (sesembahan). Ibnu Abbas dan Mujahid berkata, "Mereka mengambil asma' Allah lalu menamakan berhala-berhala mereka dengan asma'-Nya, dengan sedikit mengurangi atau menambahi. Mereka mengambil nama Lata dari Allah, Uzza dari Al-Aziz, Manat dari Al-Mannan."

Dasar Kedua:

Satu dari berbagai asma' Allah, di samping menunjukkan kepada Dzat dan sifat yang disesuaikan dengannya, maka ia juga menunjukkan dua bukti lainnya yang sifatnya kandungan dan keharusan. As-Sami' menunjukkan kepada Dzat Allah dan pendengaran-Nya, juga kepada Dzat semata dan kepada pendengaran yang menjadi kandungannya. Begitu pula sifat-sifat lainnya.

Jika sudah ada kejelasan tentang dua dasar ini, maka asma' Allah menunjukkan kepada keseluruhan Asma'ul-husna dan sifat-sifat yang tinggi. Hal ini menunjukkan kepada Ilahiyah-Nya, dengan penafian kebalikannya.

Maksud sifat-sifat Ilahiyah adalah sifat-sifat kesempurnaan, yang terlepas dari penyerupaan dan permisalan, aib dan kekurangan. Karena Allah menambahkan semua Asma'ul-husna ke asma'-Nya yang agung ini (Allah).

Asma' "Allah" layak untuk semua makna Asma'ul-husna dan menunjukkan kepadanya secara global. Sedangkan Asma'ul-husna itu sendiri merupakan rincian dari sifat-sifat Ilahiyah yang berasal dari asma'"Allah".

Asma' "Allah" menunjukkan keadaan-Nya sebagai Dzat yang disembah. Semua makhluk menyembah-Nya dengan penuh rasa cinta, pengagungan dan ketundukan. Hal ini mengharuskan adanya kesempurnaan Rububiyah dan rahmat-Nya, yang juga mencakup kesempurnaan kekuasaan dan puji-Nya.

Sifat keagungan dan keindahan lebih dikhususkan untuk nama "Allah". Perbuatan, kekuasaan, kesendirian-Nya dalam memberi manfaat dan mudharat, memberi dan menahan, kehendak, kesempumaan kekuatan dan penanganan urusan makhluk, lebih dikhususkan untuk nama " Ar-Rabb". Sifat ihsan, murah hati, pemberi dan lemah lembut lebih dikhususkan untuk nama "Ar-Rahman". Masing-masing disesuaikan dengan kaitan sifat. Ar-Rahman artinya yang memiliki sifat rahmat. Sedang-kan Ar-Rahim adalah yang mengasihi hamba-hamba-Nya. Karena itu dikatakan dalam firman-Nya, "Dia Ar-Rahim (Maha Pengasih) terhadap hamba-hamba-Nya", dan tidak dikatakan, "Ar-Rahman (yang memiliki sifat rahmat) terhadap hamba-hamba-Nya".

Perhatikanlah kaitan penciptaan dan urusan dengan 3 (tiga) asma' ini, yaitu Allah, Ar-Rabb dan Ar-Rahman, yang dari 3 (tiga) asma' ini ada penciptaan, urusan, pahala dan siksa, bagaimana makhluk dihimpunkan dan dipisah-pisahkan.

Asma' Ar-Rabb memiliki cakupan yang menyeluruh terhadap semua makhluk. Dengan kata lain, Dia adalah pemilik segala sesuatu dan penciptanya, yang berkuasa terhadapnya dan tidak ada sesuatu pun yang keluar dari Rububiyah-Nya. Siapa pun yang ada di langit dan bumi merupakan hamba-Nya, ada dalam genggaman dan kekuasaan-Nya. Mereka berhimpun berdasarkan sifat Rububiyah dan berpisah dengan sifat Ilahiyah. Hanya Dialah yang disembah, kepada-Nya mereka tunduk, bahwa Dialah Allah yang tidak ada sesembahan selain-Nya. Ibadah, tawakal, berharap, takut, mencintai, pasrah, tunduk tidak boleh diperuntukkan kecuali bagi-Nya semata.

Berangkat dari sinilah manusia terbagi menjadi 2 (dua) golongan : Golongan orang-orang musyrik yang berada di neraka, dan golongan orang-orang muwahhidin yang berada di surga. Yang membuat mereka terpisah adalah Ilahiyah, sedangkan Rububiyah membuat mereka bersatu. Agama, syariat, perintah dan larangan berasal dari sifat Ilahiyah. Penciptaan, pengadaan, penanganan urusan dan perbuatan berasal dari sifat Rububiyah. Pahala, balasan, siksa, surga dan neraka berasal dari sifat Al-Malik. Artinya, Dialah yang menguasai hari pembalasan. Dia memerintahkan mereka berdasarkan Ilahiyah-Nya, menunjuki dan menyesatkan mereka berdasarkan Rububiyah-Nya, memberi pahala dan siksa berdasarkan kekuasaan dan keadilan-Nya. Setiap masalah ini tidak bisa dipisahkan dari yang lain.

Disebutkannya asma'-asma' ini setelah al-hamdu (pujian) dan pengaitan al-hamdu dengan segala cakupannya, menunjukkan bahwa memang Dia adalah yang terpuji dalam Ilahiyah-Nya, terpuji dalam Rububiyah-Nya, terpuji dalam Rahmaniyah-Nya, terpuji dalam kekuasaan-Nya, Dia adalah sesembahan yang terpuji, ilah dan Rabb yang terpuji, Rahman yang terpuji, Malik yang terpuji. Dengan begitu Dia memiliki seluruh kesempurnaan; kesempurnaan dalam asma' Allah secara sendirian dan kesempurnaan dalam asma'-asma' lainnya secara sendirian serta kesempurnaan dalam penyertaan satu asma' dengan asma' lain. Karena itu sering disebutkan dua asma' secara berurutan, seperti : Wallahu ghaniyyun hamid, wallahu alimun hakim, wallahu ghafurur rahim. Al-Ghaniyyu merupakan sifat kesempurnaan dan Al-Hamid merupakan sifat kesempurnaan pula. Penyertaan 2 (dua) asma' ini merupakan kesempurnaan-Nya, begitu pula penyertaan sifat-sifat yang lain.


[Disalin dari Buku dengan Judul Asli : Madarijus-Salikin Manazili Iyyaka Na'budu wa Iyyaka Nasta'in (Karya : Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Muhaqqiq : Muhammad Hamid Al-Faqqy, Penerbit : Darul Fikr. Beirut, 1408 H.) Edisi Indonesia dengan judul : MADARIJUS-SALIKIN (PENDAKIAN MENUJU ALLAH) Penjabaran Kongkrit "Iyyaka Na'budu Wa Iyyaka Nasta'in" (Karya : Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Penerjemah : Kathur Suhardi, Penerbit : Pustaka Al-Kautsar. Jakarta, 1998)]

0 comments: