ADIL DALAM BERUSAHA

Dalam Al-Qur'an surat al-Zalzalah ayat 7 - 8, Allah SWT. berfirman, "Barang-siapa yang mengerjakan kebaikan seberat biji zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)-Nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat biji zarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)-Nya pula."

Dari ayat di atas, dapat kita ambil hikmah, betapa Allah SWT. telah mengajarkan kepada manusia agar bersikap peka meski terhadap hal yang teramat kecil sekalipun. Kepekaan memang sudah selayaknya terasah dalam setiap gerak langkah hidup kita. Sudah saatnya kita memperhatikan, jangan-jangan sikap, perilaku, tindakan, atau kata-kata kita menzalimi orang lain.

Saudaraku, dalam hal berasaha pun demikian. Kita harus menghindarkan kezaliman dan menempatkan perilaku adil di dalamnya. Adil artinya menempatkan sesuatu pada tempatnya. Lawan dari adil adalah dzalim. Dengan kata lain, bisnis yang adil adalah bisnis yang bebas dari kedzaliman terhadap siapa pun. Dengan bersikap adil, maka tak akan ada yang merasa teraniaya. Karyawan, pelanggan, atasan, pemilik perusahaan, konsumen atau siapa saja, nikmat-nikmat saja. Setiap orang akan merasa aman karena tak ada haknya yang terambil, tak ada yang sakit hati, tak ada yang merasa dicuri, didzalimi, diperdaya, tak ada kebencian, dan kedendaman. Sungguh akan menciptakan susana kerja yang tenteram, nyaman, dan membahagiakan.

Kerusakan sebuah tatanan disebabkan oleh ketidakadilan. Semakin banyak yang teraniaya dan semakin merajalela kedzaliman, maka akan tumbuh kebencian dan permusuhan. Hal ini akan merusak suasana kerja, terjadinya pemogokan dan pengrusakan perusahaannya sendiri. Kinerja pun akan sangat memburuk karena orang bekerja dengan hati yang sakit dan tak rela. Lalu, prestasi apa yang bisa dicapai dalam suasana seperti ini.

Ketidakadilan memang sepertinya "menguntungkan", tetapi hanya untuk jangka pendek dan haram nilainya di sisi Allah, serta jelas menimbulkan kerugian dunia dan akhirat.

Orang yang tidak adil akan banyak musuhnya dan nasib buruk serta sial akan selalu mengintainya. Dia akan dibenci, dikutuk dan selalu dinantikan kehancurannya. Sungguh mengerikan menjadi makhluk yang dibenci seperti ini.

Lalu bagaimana agar kita bisa bersikap adil ? Langkah awalnya adalah tekad untuk selalu adil dan hidup terhormat, tanpa mau ternodai setitik pun oleh kedzaliman. Untuk mencapai keadilan perlu standar yang tepat dan benar, dan semua itu tersirat dalam Al-Qur'an dan sunah. Lalu, hal tersebut dirumuskan bersama aturan tambahan yang lengkap, jelas, jujur, dan berpihak kepada tegaknya keadilan. Kemudian, disosialisasikan dengan baik dan optimal serta selalu disempurnakan sehingga menjadi kesepakatan bersama yang dirasakan keadilannya dan bisa menjamin terpenuhinya hak dan kewajiban dengan proporsional dan konsekuen.

Demi Allah ! Jangan sekali-kali bersiasat dengan memanfaatkan kebodohan dan keluguan pihak lain, dengan membuat aturan yang jahat, licik, tersembunyi, dan dikamuflase oleh keadilan.

Keadilan harus konsisten dan konsekuen ditegakkan terhadap siapa pun tanpa pandang bulu. Untuk mencapai keadilan membutuhkan proses, persis seperti di pengadilan. Setiap pihak harus diberi hak yang sama dalam memberikan argumentasinya, dicari titik temu berdasarkan aturan yang disepakati, dan dipimpin oleh orang yang adil guna mencari solusi terbaik.

Keadilan juga akan membuat bisnis terasa tenteram dan nyaman. Keadilan membuat rezeki kita halal, berkah, dan bersih dari hak-hak orang lain. Keadilan tak akan menimbulkan kecemburuan sosial, bahkan akan mewujudkan kasih sayang.

Namun harus diingat, keadilan bukan sama rata dan sama rasa. Keadilan adalah menempatkan sesuatu pada tempat yang tepat. Setiap orang harus menilai dan memahami dirinya serta kemampuannya dengan tepat, agar dalam menuntut dan mendapatkan haknya sesuai dengan apa yang dilakukan dan apa yang didapatkannya dengan sadar dan proporsional. Juga dalam menilai orang lain, tak boleh hanya dari kacamatanya sendiri. Misalnya, atasan menilai karyawan hanya dari kacamatanya saja. Insya Allah, adil itu indah dan lebih dekat dengan taqwa.

Semoga Allah melindungi kita dari perilaku mengabaikan hal-hal yang tampak sepele. Mudah-mudahan kita dapat mengikuti teladan Rasulullah SAW., yang selalu memperhatikan hal-hal yang tampak kecil yang menyebabkan beliau menjadi pribadi besar sepanjang zaman. Wallahua'lam.***

[Ditulis Oleh K.H. ABDULLAH GYMNASTIAR, pimpinan Pondok Pesantren Daarut Tauhid-Bandung, serta disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi hari Kamis (Wage) 1 April 2010 pada kolom "CIKARAKCAK"]

0 comments: