DERAJAT KEMULIAAN

Alangkah bahagianya bila seseorang mengetahui bagaimana menjadi seorang hamba Allah yang tertuntun dalam cahaya Islam. Dia tidak akan merelakan sesaat pun kecuali menjadi jalan untuk mendapatkan curahan kasih sayang dan keridhaan-Nya.

Dia selalu mewaspadai segala sikapnya. Pandangannya disiapkan untuk menjadi mata yang dapat memandang Allah di akhirat kelak. Dia menahan diri dari segala hal yang tidak diridhai-Nya. Dia juga menjaga pendengaran dan mempersiapkannya menjadi telinga yang hanya mendengar hal-hal yang baik.

Ditutupnya rapat-rapat segala ucapan hina, suara yang kotor dan sia-sia, yang membuat hati membatu. Namun sebaliknya, dibukanya lebar-lebar segala ucapan dan suara-suara yang dapat membuatnya semakin mengenal dan mengerti Rabb-nya.


Dia tidak terjebak mempersulit masalah urusan duniawi, tetapi dia mengarahkan kekuatan pikirannya untuk menerjemahkan segala urusan dan kejadian di sekitarnya, sehingga menjadi sarana untuk semakin mengenal dan mengagumi kehebatan Zat Maha Kuasa dan Maha Penentu Segala-galanya. la tidak sempit dan picik pandangan, tetapi luas dan sangat dalam.


Lisannya jauh dari selera rendah. Perhitungannya senantiasa matang, berpikir sebelum berucap, sehingga kata-katanya benar-benar bermutu, menyejukkan, dan merasuk lembut menyentuh kalbu. Sementara lidahnya selalu basah menyebut asma-asma-Nya.


Ia tak pernah jemu memohon pertolongan Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang agar hatinya tetap jernih karena dia sangat yakin bahwa tidak akan pernah ada ketenangan dan kemuliaan, kecuali dengan hati yang bersih dan jernih, tidak akan pernah seseorang merasakan kenikmatan dan kelezatan taat, kecuali dengan hati yang bersih dan tidak akan pernah ada seorang mengenal, mencintai, dan merindukan pertemuan dengan Allah, kecuali dengan hati yang bersih.


Setiap panggilan azan berkumandang, ia tidak pernah menunda-nunda langkahnya menuju rumah Allah. Dia berwudhu dan wudhunya senantiasa bersih dan sempurna. Hari-harinya sarat dengan sujud dan ibadah dalam rangka menggapai karunia-Nya.


Wahai saudaraku, sama sekali tidak sulit bagi Allah memilih kita menjadi orang yang mulia. Oleh karena itu, berjuanglah sekuat tenaga sehingga Allah memandang layak untuk menempatkan kita dalam kursi kemuliaan.


Kehidupan manusia memang sungguh tak ubahnya seperti roda berputar. Kadang ia berada di atas, tetapi pada saat yang lain tiba-tiba berada di bawah. Hari ini seseorang mungkin tengah asyik dan terlena menikmati karunia kemuliaan. Akan tetapi esok lusa, mungkin ia jatuh terpuruk menjadi makhluk yang hina dina. Hidup berlumuran aib, sehingga ke mana pun kakinya melangkah, cercaan, celaan, dan cibiran sehantiasa menimpanya. Beruntunglah jika semua itu sekadar ujian dari Allah. Akan tetapi, sungguh amat celaka bile semua itu berupa laknat Allah.


Sayangnya, manusia telah mabuk dengan gemerincing harta, pangkat, dan kedudukan, serta beranggapan bahwa kemuliaan akan datang bilamana segala aksesori duniawi itu tergenggam erat di tangan. Padahal, hal-hal seperti itulah yang dapat membuat penyakit amat berbahaya yang sangat potensial menjadi penghancur kemuliaan seseorang.


Jika ingin derajat kemuliaan kita diangkat oleh Allah, kuncinya terletak pada sejauh mana kesungguhan kita mendekatkan diri kepada-Nya.


Sekiranya seorang hamba senatiasa berjuang keras untuk meningkatkan mutu ibadahnya, niscaya ia akan menyaksikan betapa kasih sayang Allah itu nyaris tak ada jarak dengan hamba-Nya. Salah satunya ialah meningkatkan mutu ibadah mahdhah kita, misalnya, pada saat kita wudhu menjelang shalat. Seyogianya bagi kita harus ada wudhu yang lebih tinggi lagi nilainya, sehingga ketika berwudhu itu kita akan mendapatkan banyak pelajaran. Ketika membasuh tangan, kita bisa mengevaluasi aib-aib dan maksiat yang pernah dilakukan oleh tangan.


Begitu seterusnya ketika membasuh anggota badan lainnya. Dengan kata lain, proses wudhu itu benar-benar dinikmati sebagai pengguguran dosa-dosa kecil dalam rangka penyiapan mental karena kita akan menghadap Allah.


Selanjutnya, kita juga harus mulai belajar menikmati shalat yang bermutu.


"Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman. (Yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya." (QS. al-Mu'minun [23] : 1-2)


Kalau shalat itu dilakukan dengan mutu yang tinggi, dampaknya sungguh luar biasa. Dengan shalat yang bermutu, Allah akan memberikan kejernihan berpikir dan ide-ide akan lebih mudah dituangkan sehingga kita lebih lapang dalam menjalani hidup ini.


Marilah terus evaluasi aspek ibadah mahdhah kita agar senantiasa meningkat mutunya. Selain ibadah mahdhah, kita harus menyempurnakan pula aspek ibadah pendukung lainnya, seperti ibadah-ibadah sunah serta setiap perbuatan yang bersifat maslahat.


Semua ibadah ini harus mendapat perhatian yang optimal. Perjalanan waktu yang kita lalui haruslah menjadi momentum penambahan mutu diri kita. Apa pun amalan yang kita lakukan, hendaknya ditargetkan utuh diterima oleh Allah. Intinya adalah bahwa kita harus senantiasa sungguh-sungguh berjuang agar amalan kita tetap terjaga kualitasnya. Semoga, dengan demikian, kita termasuk orang yang dapat meraih derajat kemuliaan di sisi Allah. Amin. Wallahualam.***


[Ditulis oleh KH. ABDULLAH GYMNASTIAR, Pimpinan Pondok Pesantren "DAARUT TAUHID" Bandung, serta disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi Hari Kamis (Pahing) 29 April 2010 pada kolom "CIKARACAK"]

0 comments: