Saat memulai aktivitas rutin hari ini, sejenak saya terpana serta sedih menyaksikan dan mendengar berita di berbagai media masa, betapa menderitanya kondisi SAUDARA-SAUDARA KITA DI PALESTINA. Kini waktu yang tepat buat kita berbuat sesuatu nyata untuk membantu meringankan penderitaan mereka di sana.

Cara yang perlu kita lakukan dalam pengumpulan dana untuk disumbangkan ke Palestina yaitu melalui program klik yang telah diselenggarakan serta didukung oleh Palang Merah Indonesia dan ceriagames.com, sehingga alangkah baiknya jika kita memanfaatkan progran ini guna menyalurkan bantuan kita.

Bukan sesuatu yang sulit buat kita, hanya melalui 1 (satu) kali klik pada banner di bawah ini, maka berarti kita telah menyumbangkan sebesar Rp. 100,- (seratus rupiah) per IP untuk saudara kita yang berada di Palestina.

Silahkan untuk mengklik Banner berikut ini :

Support Palestine

Bagi teman-teman Blogger yang ingin ikut mendukung program ini melalui blognya masing-masing, maka teman-teman bisa memasang Banner tersebut di blognya. Silahkan untuk mengambil kode bannernya di halaman yang terbuka setelah anda mengklik banner di atas, atau anda bisa langsung meng copy-paste kode berikut ke blog anda (kode berikut adalah kode dari halaman http://ceriagames.com/support_palestine) :


Terima kasih karena anda telah ikut berpartisipasi dalam menyumbangkan sebagian harta.

Semoga dengan bantuan melalui program ini, dapat membantu saudara-saudara kita yang sangat memerlukan bantuan di Palestina.

Semoga Allah SWT membalas kebaikan anda !


[Terinspirasi saat blog walking di http://t4belajarblogger.blogspot.com/2010/04/saatnya-para-blogger-menyumbang-untuk.html]

BUKU PERTAMA
PENJABARAN MENYELURUH IYYAKA NA'BUDU WA IYYAKA NASTA'IN

(19) DOSA BESAR DAN DOSA KECIL

Menurut nash Al-Qur'an dan As-Sunnah, ijma' orang-orang salaf dan istilah, dosa-dosa itu dibagi menjadi 2 (dua) macam : Dosa-dosa besar dan dosa-dosa kecil. Firman Allah,
إِنْ تَجْتَنِبُوا كَبَائِرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَنُدْخِلْكُمْ مُدْخَلًا كَرِيمًا
"Jika kalian menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kalian mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahan kalian." (QS. An-Nisa : 31)
الَّذِينَ يَجْتَنِبُونَ كَبَائِرَ الْإِثْمِ وَالْفَوَاحِشَ إِلَّا اللَّمَمَ
"Orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil." (QS. An-Najm : 32)

Sedangkan apa yang dikisahkan dari Abu Ishaq Al-Isfira'ainy, bahwa semua dosa adalah dosa besar dan sama sekali tidak ada dosa yang kecil, maka bukan itu maksudnya. Sebab kalau tidak, dosa memandang sesuatu yang diharamkan sama dengan dosa berzina. Tapi yang dimaksudkan adalah pengaitannya dengan keagungan yang didurhakai, dengan pengertian, sebagian bisa lebih besar dosanya daripada yang lain.

Orang-orang salaf saling berbeda pendapat tentang dosa-dosa besar. Namun perbedaan pendapat di kalangan mereka ini tidak terlalu tajam, dan pendapat-pendapat mereka hampir sama.

Di dalam Ash-Shahihain disebutkan dari hadits Asy-Sya'by, dari Abdullah bin Amr, dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, beliau bersabda,

"Dosa-dosa besar adalah : Syirik kepada Allah, durhaka kepada kedua orang tua, membunuh jiwa dan sumpah palsu."

Di dalam Ash-Shahih disebutkan dari hadits Abu Wa'il, dari Amr bin Syurahbil, dari Abdullah bin Mas'ud, dia berkata, "Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah dosa yang paling besar itu ?"

Beliau menjawab, "Jika engkau membuat tandingan bagi Allah, padahal Dialah yang menciptakan kami."

"Kemudian apa lagi ?" tanyaku.

Beliau menjawab, "Jika engkau membunuh anakmu karena takut dia makan bersamamu."

"Kemudian apa lagi ?" tanyaku.

Beliau menjawab, "Jika engkau berzina dengan istri tetanggamu."

Kemudian Allah menurunkan ayat yang membenarkan sabda beliau ini,
وَالَّذِينَ لَا يَدْعُونَ مَعَ اللَّهِ إِلَٰهًا آخَرَ وَلَا يَقْتُلُونَ النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَلَا يَزْنُونَ
"Dan, orang-orang yang tidak menyembah sesembahan lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali dengan (alasan) yang benar dan tidak berzina." (QS. Al-Furqan : 68)

Di dalam Ash-Shahihain disebutkan dari hadits Abu Hurairah, dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, beliau bersabda,

"Jauhilah oleh kalian 7 (tujuh) kedurhakaan". Mereka bertanya, "Apakah itu wahai Rasulullah ?" Beliau menjawab, "Syirik kepada Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali dengan (alasan) yang benar, memakan riba, memakan harta anak yatim, melarikan diri saat pertempuran, menuduh wanita-wanita suci yang lalai dan beriman."

Dalam hadits lain juga disebutkan, bahwa yang termasuk dosa besar adalah mencaci bapak dan ibu seseorang serta mencemarkan nama baik orang lain tanpa alasan yang dibenarkan.

Abdullah bin Mas'ud Radhiallau Anhu berkata, "Dosa-dosa besar yang paling besar adalah : Syirik kepada Allah, merasa aman dari tipu daya Allah, putus asa dari rahmat Allah dan karunia-Nya."

Sa'id bin Jubair berkata, "Ada seseorang bertanya kepada Ibnu Abbas tentang dosa-dosa besar, apakah jumlahnya ada 7 (tujuh) ? Maka Ibnu Abbas menjawab, "Jumlahnya lebih dekat dengan tujuh ratus macam. Hanya saja tidak ada istilah dosa besar selagi disertai istighfar, dan tidak ada istilah dosa kecil selagi dilakukan terus-menerus. Segala sesuatu yang dilakukan untuk mendurhakai Allah, disebut dosa besar. Maka barangsiapa yang melakukan sebagian dari dosa itu, hendaklah memohon ampunan kepada Allah, karena Allah tidak mengekalkan seseorang dari umat ini di dalam neraka kecuali orang yang keluar dari Islam, atau mengingkari 1 (satu) kewajiban atau mendustakan takdir."

Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu Anhu berkata, "Apa yang dilarang Allah dari awal surat An-Nisa hingga ayat 31, semuanya adalah dosa besar."

Adh-Dhahhak berkata, "Dosa besar adalah dosa yang telah diperingatkan Allah, berupa hukuman yang pasti di dunia dan siksa di akhirat."

Sufyan Ats-Tsaury berkata, "Dosa-dosa besar ialah segala dosa yang di dalamnya terdapat kezhaliman antara dirimu dan orang lain. Sedangkan dosa kecil ialah yang di dalamnya ada kezhaliman antara dirimu dan Allah, sebab Allah Maha Murah hati dan pasti mengampuni."

Menurut pendapat saya, yang dimaksudkan Sufyan, bahwa dosa antara hamba dan Allah lebih mudah urusannya daripada kezhaliman terhadap manusia, karena dosa ini dapat hilang dengan istighfar, ampunan, syafaat dan lain-lainnya. Sedangkan kezhaliman terhadap manusia, maka harus ada pembebasan darinya.
Menurut Malik bin Mighwal, dosa besar adalah dosanya para ahli bid'ah, sedangkan kesalahan adalah dosanya Ahlus-sunnah. Menurut pendapat saya, yang dimaksudkan Malik, bahwa bid'ah itu termasuk dosa besar dan ia merupakan dosa besar Ahlus-sunnah yang paling besar. Sedangkan dosa-dosa besar yang dilakukan Ahlus-sunnah merupakan dosa kecil jika dibandingkan dengan bid'ah. Inilah maksud perkataan sebagian salaf, "Bid'ah adalah kedurhakaan yang paling disukai Iblis, karena dosa bid'ah itu tidak diampuni sedangkan dosa kedurhakaan diampuni."

Ada pula yang berpendapat, dosa besar adalah dosa yang disengaja, sedangkan kesalahan adalah kelalaian dan sesuatu yang terpaksa dilakukan. Menurut pendapat saya, ini merupakan definisi yang paling lemah.

Ada pula yang berpendapat, dosa besar adalah dosa yang dianggap kecil oleh hamba, sedangkan dosa kecil adalah dosa yang dianggap besar, sehingga dia takut untuk melakukannya.

Masih banyak pendapat-pendapat lain yang mendefinisikan dosa besar dan dosa kecil, dan masing-masing mempunyai hujjah dan alasan yang mendukung pendapatnya. Tapi pada intinya, dosa-dosa besar tidak melenceng jauh dari perkara-perkara yang telah mereka sebutkan di atas, sekalipun apa yang mereka definisikan itu perlu uraian lebih lanjut dan tidak mutlak benar.

[Berikutnya....(20) Jenis-jenis Dosa Yang Harus Dimintakan Ampunan (Taubat)]

[Disalin dari Buku dengan Judul Asli : Madarijus-Salikin Manazili Iyyaka Na'budu wa Iyyaka Nasta'in (Karya : Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Muhaqqiq : Muhammad Hamid Al-Faqqy, Penerbit : Darul Fikr. Beirut, 1408 H.) Edisi Indonesia dengan judul : MADARIJUS-SALIKIN (PENDAKIAN MENUJU ALLAH) Penjabaran Kongkrit "Iyyaka Na'budu Wa Iyyaka Nasta'in"(Karya : Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Penerjemah : Kathur Suhardi, Penerbit :Pustaka Al-Kautsar. Jakarta, 1998)]
Sudah menjadi tabiat manusia bahwa mereka menyukai sesuatu yang bisa menyenangkan hati dan menentramkan jiwa mereka. Oleh sebab itu, banyak orang rela mengorbankan waktunya, memeras otaknya, dan menguras tenaganya, atau bahkan kalau perlu mengeluarkan biaya yang tidak kecil jumlahnya demi meraih apa yang disebut sebagai kepuasan dan ketenangan jiwa. Namun, ada sebuah fenomena memprihatinkan yang sulit sekali dilepaskan dari upaya ini. Seringkali kita jumpai manusia memakai cara-cara yang dibenci oleh Allah demi mencapai keinginan mereka.

Ada di antara mereka yang terjebak dalam jerat harta. Ada yang terjebak dalam jerat wanita. Ada yang terjebak dalam hiburan yang tidak halal. Ada pula yang terjebak dalam aksi-aksi brutal atau tindak kriminal. Apabila permasalahan ini kita cermati, ada satu faktor yang bisa ditengarai sebagai sumber utama munculnya itu semua. Hal itu tidak lain adalah karena manusia tidak lagi menemukan ketenangan dan kepuasan jiwa dengan berdzikir dan mengingat Rabb mereka.

Padahal, Allah Ta’ala telah mengingatkan hal ini dalam ayat (yang artinya), “Orang-orang yang beriman dan hati mereka bisa merasa tentram dengan mengingat Allah, ketahuilah bahwa hanya dengan mengingat Allah maka hati akan merasa tentram.” (QS. ar-Ra’d : 28). Ibnul Qayyim rahimahullah menyebutkan bahwa pendapat terpilih mengenai makna ‘mengingat Allah’ di sini adalah mengingat al-Qur’an. Hal itu disebabkan hati manusia tidak akan bisa merasakan ketentraman kecuali dengan iman dan keyakinan yang tertanam di dalam hatinya. Sementara iman dan keyakinan tidak bisa diperoleh kecuali dengan menyerap bimbingan al-Qur’an (lihat Tafsir al-Qayyim, hal. 324)

Ibnu Rajab al-Hanbali berkata, “Dzikir merupakan sebuah kelezatan bagi hati orang-orang yang mengerti.” Demikian juga Malik bin Dinar mengatakan, “Tidaklah orang-orang yang merasakan kelezatan bisa merasakan sebagaimana kelezatan yang diraih dengan mengingat Allah.” (lihat Jami’ al-’Ulum wa al-Hikam, hal. 562).

Sekarang, yang menjadi pertanyaan kita adalah; mengapa banyak di antara kita yang tidak bisa merasakan kelezatan berdzikir sebagaimana yang digambarkan oleh para ulama salaf. Sehingga kita lebih menyukai menonton sepakbola daripada ikut pengajian, atau lebih suka menikmati telenovela daripada merenungkan ayat-ayat-Nya, atau lebih suka berkunjung ke lokasi wisata daripada memakmurkan rumah-Nya.

Perhatikanlah ucapan Rabi’ bin Anas berikut ini, mungkin kita akan bisa menemukan jawabannya. Rabi’ bin Anas mengatakan sebuah ungkapan dari sebagian sahabatnya, “Tanda cinta kepada Allah adalah banyak berdzikir/mengingat kepada-Nya, karena sesungguhnya tidaklah kamu mencintai apa saja kecuali kamu pasti akan banyak-banyak menyebutnya.” (lihat Jami’ al-’Ulum wa al-Hikam, hal. 559). Ini artinya, semakin lemah rasa cinta kepada Allah dalam diri seseorang, maka semakin sedikit pula ‘kemampuannya’ untuk bisa mengingat Allah Ta’ala. Hal ini secara tidak langsung menggambarkan kondisi batin kita yang begitu memprihatinkan, walaupun kondisi lahiriyahnya tampak baik-baik saja. Aduhai, betapa sedikit orang yang memperhatikannya! Ternyata, inilah yang selama ini hilang dan menipis dalam diri kita; yaitu rasa cinta kepada Allah........

Syaikh as-Sa’di rahimahullah berkata, “Pokok dan ruh ketauhidan adalah memurnikan rasa cinta untuk Allah semata, dan hal itu merupakan pokok penghambaan dan penyembahan kepada-Nya. Bahkan, itulah hakekat dari ibadah. Tauhid tidak akan sempurna sampai rasa cinta seorang hamba kepada Rabbnya menjadi sempurna, dan kecintaan kepada-Nya harus lebih diutamakan daripada segala sesuatu yang dicintai. Sehingga rasa cintanya kepada Allah mengalahkan rasa cintanya kepada selain-Nya dan menjadi penentu atasnya, yang membuat segala perkara yang dicintainya harus tunduk dan mengikuti kecintaan ini yang dengannya seorang hamba akan bisa menggapai kebahagiaan dan kemenangannya.” (al-Qaul as-Sadid Fi Maqashid at-Tauhid, hal. 95)

Hati seorang hamba akan menjadi hidup, diliputi dengan kenikmatan dan ketentraman apabila hati tersebut adalah hati yang senantiasa mengenal Allah, yang pada akhirnya membuahkan rasa cinta kepada Allah lebih di atas segala-galanya (lihat Mu’taqad Ahlis Sunnah wal Jama’ah fi Tauhid al-Asma’ wa as-Shifat, hal. 21). Di sisi yang lain, kelezatan di akhirat yang diperoleh seorang hamba kelak adalah tatkala melihat wajah-Nya. Sementara hal itu tidak akan bisa diperolehnya kecuali setelah merasakan kelezatan paling agung di dunia, yaitu dengan mengenal Allah dan mencintai-Nya, dan inilah yang dimaksud dengan surga dunia yang akan senantiasa menyejukkan hati hamba-hamba-Nya (lihat ad-Daa’ wa ad-Dawaa’, hal. 261)

Apa yang kita cari dalam hidup ini ? Kalau kita mencari kebahagiaan, maka ingatlah bahwa kebahagiaan yang sejati tidak akan pernah didapatkan kecuali bersama-Nya dan dengan senantiasa mengingat-Nya.

Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Akan tetapi ternyata kalian lebih mengutamakan kehidupan dunia, sementara akherat itu lebih baik dan lebih kekal.” (QS. al-A’la : 16-17). Allah juga berfirman mengenai seruan seorang rasul yang sangat menghendaki kebaikan bagi kaumnya (yang artinya), “Wahai kaumku, ikutilah aku niscaya akan kutunjukkan kepada kalian jalan petunjuk. Wahai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (yang semu), dan sesungguhnya akherat itulah tempat menetap yang sebenarnya.” (QS. Ghafir: 38-39) (lihat ad-Daa’ wa ad-Dawaa’, hal. 260)

Apabila engkau menangis karena ludesnya hartamu, atau karena hilangnya jabatanmu, atau karena orang yang pergi meninggalkanmu, maka sekaranglah saatnya engkau menangisi rusaknya hatimu… Allahul musta’aan wa ‘alaihit tuklaan.
PENGAJIAN SYEIKH ABDUL QADIR AL-JILANY
HARI JUM’AT PAGI TANGGAL 7 DZUL QA’DAH, 545 H.

Hai Munafiq ! Allah memberangus dirimu dari muka bumi. Apa yang masih tersisa dari kemunafikanmu ? Sampai dirimu terus menerus mengumpat Ulama Sholeh, para Auliya’ yang Soleh ? Kalian memakan daging mereka dalam pesta bersama dengan kelompok-kelompok munafikmu ? Padahal dalam waktu dekat dagingmu akan disantap oleh ulat-ulat, mulutmu, dan ulat-ulat itu akan mencabik-cabik dan merobek-robekmu. Bumi akan menelanmu, menjepitmu dan menggilasmu.

Tak ada kemenangan dan kebahagiaan bagi orang yang tidak memiliki baik sangka (husnudzon) kepada Allah Azza wa-Jalla dan kepada hamba-hamba-Nya yang saleh, tak ada kebahagiaan bagi mereka yang tidak tawadlu pada hamba-hamba-Nya itu. Kenapa anda tidak rendah hati kepada mereka ? Padahal mereka adalah para pemuka ruhani dan pemimpin ummat. Apa pangkatmu wahai munafik, dibanding mereka ? Padahal Allah Azza wa-Jalla telah mengikat jiwa para Auliya dan Ulama saleh; dimana hujan turun dan tumbuhan ranum karena mereka. Setiap makhluk seperti dibawah perlindungan mereka. Setiap orang dari mereka ini seperti gunung yang tak tergoyahkan oleh bencana dan guncangan musibah. Tauhid mereka dan ridlo mereka begitu kokoh terhadap Allah, Tuhan mereka. Mereka senantiasa berjuang untuk ummat dan jiwanya.

Bertaubatlah kepada Allah hai munafik ! Mengaku salahlah kepada-Nya, akuilah dosa-dosamu, antara dirimu dengan Allah, dan hinakan dirimu di hadapan-Nya. Sungguh ! Kalau anda tahu apa yang ada padamu saat ini, anda semua pasti tidak seperti ini. Beradablah kamu di hadapan-Nya, sebagaimana para pendahulumu beradab kepada Allah Azza wa-Jalla. Kenapa anda seperti banci ? Watak, perilaku dan keberanianmu ? Keberanian dalam agama adalah berani menegakkan kewajiban Allah Ta’ala.

Janganlah kalian menghina ucapan para Ulama dan para sufi. Karena ucapan mereka adalah obat dan buah. Sekarang tak ada Nabi diantara kalian, kecuali kalian semua mengikuti para Ulama saleh, karena dengan begitu kalian mengikuti jejak Nabi SAW. karena merekalah yang mengukuti jejak nabi dengan sebenar-benarnya. Jika kalian mengikuti seperti mengikuti Nabi, jika kalian melihat seakan-akan melihat para Nabi.

Bergurulah kepada Ulama-ulama yang taqwa. Karena berguru kepada mereka membawa barokah. Jangan berguru kepada Ulama-ulama yang tidak mengamalkan ilmunya, karena berguru kepada mereka malah runyam. Jika kamu berguru kepada orang yang lebih taqwa dan lebih berilmu, maka belajarmu meraih barokah yang banyak. Tapi kalau kamu berguru kepada orang yang lebih tua dari kamu usianya, tetapi tidak ada ketaqwaan dan ilmu, maka belajarmu akan membawa bencana.

Beribadahlah untuk Allah, bukan untuk selain Allah. Tinggalkan hatimu hanya untuk Allah, jangan biarkan hatimu untuk selain Allah. Sebab beramal selain Allah bisa kufur. Membiarkan hati untuk selain Allah Riya’. Siapa pun yang tidak mengenal ini dan beramal untuk selain ini dia berada dalam kesesatan, tanpa disadari maut telah menjemputnya. Hati-hati kalian. Kalian harus sampai kepada Tuhan kalian.

Putuskan hatimu dari selain-Nya. Sebagaimana sabda Nabi SAW. : ”Berwushullah pada orang yang berada diantara dirimu dan Tuhanmu, kalian semua akan bahagia…” Beradalah bersama shaf orang yang diantara dirimu dan Tuhanmu, melalui perlindungan hati orang-orang saleh.Anak-anak sekalian. Jika anda temui dirimu, di hatimu, masih suka membedakan antara orang miskin dan orang kaya, maka kalian tidak akan bahagia. Muliakan orang fakir dengan kesabaran mereka, dan ambillah berkah dari mereka, bertemu mereka dan bermajlis dengan mereka.

Nabi SAW. bersabda : “Kaum fakir adalah para penyabar, merekalah kaum majlis Ar-Rahman di hari kiamat.” Saat ini mereka bermajelis dengan Allah melalui hatinya, besok mereka dengan jasadnya. Para fakir adalah mereka yang hatinya zuhud dengan dunia, berpaling dari pesona dunia, dan mereka memilih kefakiran dibanding kemewahan, mereka bersabar dengan kenyataan itu. Ketika telah sempurna mereka dilamar oleh akhirat. Ketika bertemu akhirat mereka melihat bahwa akhirat ternyata bukan Tuhan mereka, lalu mereka berpindah dari akhirat, lalu mereka lari karena malu kepada Tuhannnya Yang Maha Agung dan Mulia. Bagaimana tidak ? Kenapa harus bermukim pada selain Allah ? Akhirnya mereka bertemu dengan Sang Pencipta dan bermesraan dengan-Nya, lalu menyerahkan semua perbuatannya pada-Nya, dan seluruh kebajikan dan kepatuhan, lalu mereka terbang degan sayap-sayap kebenaran jiwanya menuju Allah Azza wa-Jalla. Mereka terbang menuju yang mewujudkan mereka, mencari Ar-Rafiiqul A’la (Allah Yang Maha Asih lagi Luhur). Meraih Yang Maha Awal dan Maha Akhir, Maha Dzohir dan Maha Bathin, sampai pada cakrawala Kedekatan, sehingga mereka menjadi golongan yang disebut Allah Azza wa-Jalla : ”Dan mereka sesungguhnya, di sisi Kami,. Termasuk orang-orang yang sangat terpilih.” Hati mereka, hasrat mereka dan makna mereka hanya pada Kami. Lubuk jiwa paling dalam, hanya bagi Kami.

Jika para Sufi sudah sempurna, mereka tidak sama sekali tergoda oleh dunia dan akhirat. Langit dan bumi dan diantara langit dan bumi telah terlipat oleh hati, rahasia hati yang telah menfanakan mereka dari selain Allah dan mempertemukan Allah SWT. Kalau saja mereka ada di dunia, tetap dikembalikan pada sikap manusiawinya, demi memenuhi bagian takdir mereka, agar Ilmu dan Qodlo-Qodar-Nya tidak diganti, sehingga mereka memperbaiki adab bersama Ilmunya Allah, Qodlo dan Qodar-Nya. Dan mereka meraih apa yang diberikan Allah melalui jejak Zuhud, bukan dengan Nafsu dan Hawa, atau pun hasrat. Karena itu pula aturan hukum dzohir tetap terjaga bagi mereka dalam segala perilakunya. Mereka tidak pernah bakhil kepada sesama. Kalau diberi kemurahan di dunia, semuanya untuk mendekatkan diri mereka kepada Allah Ta’ala, tak sebesar atom pun di hatinya ada sisa dunia. Kalau kalian masih bersama dunia, kalian tak dapatkan akhirat. Dan selama masih dengan akhirat kalian tak dapatkan Allah Ta’ala.

Jadilah kalian sebagai pelaksana tugas Ilahi. Jangan bodoh lagi ! Jangan sampai kalian tergolong orang yang disesatkan dari pengetahuan kebenaran. Diantara caramu bertemu Allah, temuilah orang-orang miskin melalui hartamu. Karena sedekah itu bekerjasama dengan Allah Ta’ala Yang Maha Kaya dan Murah. Apakah ada yang rugi kalai bekerjasama dengan Yang Maha Kaya dan Maha Murah ? Nafkahkanlah demi Wajah Allah Sebiji atom yang kau nafkahkan demi Allah, akan kau dapatkan segunung balasan dari-Nya. Setetes yang kau nafkahkan, selautan yang diberikan-Nya, di dunia dan di akhirat akan kau raih semuanya, pahala dan balasan-Nya.

Anak-anak…kalau kau beramal untuk Allah, bersihlah tanamanmu, mengalirlah sungai-sungaimu, rimbun, ranum dan subur tanamanmu. Perintahkan kebaikan, cegahlah kemungkaran dan tolonglah agama Allah azza wa-Jalla. Hadiahkan semua di dalamnya dengan benar. Siapa bersedekah dalam kebaikan akan abadi sedekahnya, baik dalam sunyi, sendiri, terang-terangan, suka maupun duka, musim semi maupun kemarau.

Carilah kebutuhanmu dari Allah bukan dari makhluk. Kalau kalian memang bersama sesama makhluk, sunyikan hatimu bersama Allah Ta’ala, Allah akan melimpahkan ilham-Nya untuk dirimu keman arah yang harus kau raih hajatmu. Kalau kalian mendapatkan rizki itu bukan dari mereka tetapi dari Allah SWT.

Orang-orang Sufi mengeluarkan kepentingan hasrat rizkinya dari hati mereka, karena mereka tahu kadar dan bagian dari-Nya, lalu mereka tidak berambisi dan bernafsu mencarinya, lalu hatinya bersemayam pada Sang Pemilik semuanya. Mereka merasa cukup dengan anugerah Allah Ta’ala, atas Maha Dekat-Nya dan Pengetahuan-Nya. Jika sudah sempurna perilaku perjalanannya mereka menghadap arah makhluk lain, dan memberikan pencerahan pada mereka agar menuju kepada Sang Maha Diraja, dimana mereka menata hati ummat untuk dekat kepadaNya, demi diterimanya mereka dan Ridlo dari-Nya.

Diantara para Sufi – semoga Allah merahmati – berkata, “Hamba Allah yang sesungguhnya adalah mereka yang ibadahnya benar-benar hanya bagi Allah, sama sekali tidak pernah mencari ganti dunia dan akhirat. Dia hanya mencari-Nya, bukan lain-Nya.

Ya Allah, tunjukkan semua makhluk menuju Pintu-Mu. Inilah permohonanku selamanya dan sepenuhnya terserah Engkau. Ini doa umum yang kupanjatkan pada-Nya. Adapun Allah azza wa-Jalla berbuat sekehendak-Nya bagi makhluk-Nya. Jika hati telah benar, maka rahmat dan rasa asih akan melimpah ke sesama.

Seorang Sufi berkata, Tak ada orang yang berbuat kebajikan begitu banyak dan tidak meninggalkan dosa, kecuali para Shiddiqun. Kaum Shiddiqun meninggalkan dosa besar dan kecil, kemudian menjaga wara’nya dari kesenangan syahwat, meninggalkan hal-hal yang dibolehkan tetapi masih kabur, dan hanya mencari halal yang mutlak (benar-benar halal). Kaum Shiddiqun siang dan malamnya full ibadah, mereka robohkan kebiasaan watak manusiawi, dan meraih rizki melimpah tak terhingga. Jiwanya jernih dan bersih. Ia tetap bersabar ketika terhalang keinginannya, ketika tujuannya gagal. Coba bayangkan, dia berdoa tapi tidak diijabah, dia memohon tapi tidak diberi, dia mengadu, tapi bertambah aduannya, dia mencari jalan keluar tapi tidak menemukan, dia mendekat tetapi tidak tahu apakah Dia dekat dengannya, seakan-akan dia tak beriman dan tak bertauhid. Dan semua itu dilakukan dengan penuh kesabaran, karena dia hanya tahu bahwa kesabarannya itulah jadi obat bagi kejernihan jiwanya, bagi pendekatan kepada-Nya. Semua kebaikan akan tiba setelah perjuangannya itu.

Maka disinilah bedanya orang beriman dan orang munafik, orang bertauhid dan orang musyrik, orang yang ikhlas dan orang yang pamer, orang yang berani dan orang penakut, orang yang kokoh dan skeptik, orang yang sabar dan orang emosional., orang yang benar dan orang bathil, orang yang jujur dan pendusta, orang pencinta dan pemberang, pengikut sunnah dan pengikut bid’ah.

Dengarkan ucapan kaum sufi. “Jadilah di dunia ini seperti orang yang terluka dan sabar atas obat yang dituangkan demi menghilangkan rasa sakitnya. Semua yang ada di dunia adalah cobaan dan bencana ketika anda bersama makhluk. Mereka memandang dalam bencana, manfaat, anugerah dan kegagalan. Semua obat, dan hilangnya bala’, justru ketika hatimu keluar dari makhluk, dan tekadmu hanya pada ketentuan takdir. Janganlah anda berambisi menjadi pemuka diantara mereka, dan hendaknya hatimu hanya bersama Tuhanmu Azza wa-Jalla, sirrmu jernih bersama-Nya, hasratmu hanya menuju kepada-Nya. Jika nyata bagimu seperti itu maka hatimu membubung di barisan para Nabi dan rasul , Syuhada’ dan Sholihin, serta Malaikat Muqarrabin. Jika langgeng konsistensimu, engkau akan besar, agung, tinggi, membubung, dan semua kembali kepadamu. Allah melimpahkan apa yang dilimpahkanNya, memberikan apa yang diberikan-Nya. Sungguh rugi orang yang tuli dari ucapan ini.

Wahai orang yang sibuk dengan kehidupannya, jauh dari meraca cukup bersamaku, sedangkan laba ada padaku, riasan akhirat pada diriku. Aku mengundang sekali lagi, mengumumkan sekali lagi, kenapa kalian masih menengok selain Diriku? Aku telah memberikan segalanya. Jika berhasil meraih akhirat padaku, aku tidak makan sendiri, karena orang dermawan tidak pernah makan sendiri. jadilah kalian orang yang melihat kemurahan Ilahi, dan anda tidak pernah melihat diriku bakhil bukan? Siapa yang mengenal Allah Azza wa-Jalla, selain-Nya terasa hina. Kebakhilan itu dari ego nafsu, sedangkan nafsu si Arif telah mati jika disandarkan pada nafsu makhluk. Nafsu arif muthmainnah pada janji Allah Azza wa-Jalla, takut dengan ancaman-Nya.

Ya Tuhan, limpahilah rizki pada kami sebagaimana Engkau limpahi rizki pada kaum Sufi. Dan berikanlah kepada kami kebajikan dunia dan kebajikan akhirat, dan lindungi kami dari azab neraka.

[dari : http://tarekatqodiriyah.wordpress.com/nasihat-sultan-auliya-syyaikh-abdul-qodir-al-jilani-qsa/]
Saya sedang ketularan untuk ikutan laman ini, saat pertama kali melihat posting artikel ini di Blog Bunda Neyra ( http://bundainey.blogspot.com ) seminggu yang lalu. Maksud saya ikut laman ini adalah mau mencoba meningkatkan traffic kunjungan blog ini, karena itu langsung saja tulis panduan ini. Buat yang berminat untuk meningkatkan traffic atau yang bingung traffic yang kecil, silahkan mencoba apa yang ditawarkan laman ini. Kalau berhasil beritahu teman yang lain, jika tidak berhasil maafkan saya (dan teruslah berusaha)........Namanya juga usaha.

Sekarang kita akan berbicara mengenai keuntungan yang dapat dtawarkan oleh sistem ini kepada anda. Namun sebelum anda lanjut, mungkin anda bertanya-tanya mengapa anda membutuhkan traffic ? Inilah alasannya :

  1. Traffic adalah salah satu indikator yang digunakan google dan search engine lainnya untuk menentukan seberapa penting blog atau website anda.
  2. Traffic juga menjadi indikator bahwa blog anda adalah blog yang terpercaya, sehingga anda akan jauh lebih mudah meraih posisi di halaman pertama Google .
  3. Jika anda sedang mengikuti program posting berbayar maka anda amat sangat memerlukan traffic melebihi anda memerlukan Pagerank. Jika Alexa anda di atas 300.000, maka anda akan sangat mudah memenangkan bid (tawar menawar) dengan pengiklan.

Ok, akan sangat sulit bagi saya untuk menjelaskan kelebihan program ini, sebelum saya menjelaskan cara bermainnya. Saya pastikan cara ini lebih mudah daripada blogwalking setiap hari.

Coba hitung berapa waktu yang anda habiskan setiap harinya untuk blogwalking ? Dan berapa banyak yang bisa anda undang setiap kali anda blogwalking ? Saya juga sering blogwalking, dan mungkin itu akan menjadi kegiatan harian hanya untuk mempertahankan posisi alexa rank anda.

Di sistem ini ada beberapa tindakan yang perlu anda lakukan. Lakukanlah tanpa menutup halaman ini (soalnya ini adalah panduan bahasa Indonesia anda).

Segeralah menuju ke HALAMAN INI

Segeralah geser halaman dari webpage ini ke bawah sampai anda menemukan tampilan seperti ini (7 gambar thumbnails)
Klik kanan di setiap gambar thumbnails dan pilihlah pilihan untuk membuka di tab baru (open in a new tab). Sehingga terbuka 7 tab baru

Di atas jendela setiap Tab akan ada Bar berwarna biru dengan tulisan “AD CODE GENERATION....please wait”. Tunggulah sampai muncul kode angka.


Letakkan kode angka yang anda temukan sesuai urutan pada kolom-kolom di bawah gambar thumbnail.

Isi formulir pendaftaran seperti gambar

Buka alamat e-mail yang anda masukkan pada formulir tadi dan cari e-mail dari 1millionfreehits.com.

Lalu klik link yang dilingkari merah

Anda akan masuk ke halaman ucapan selamat ini

Catat ID dan Password anda kemudian klik MEMBER ADMIN AREA yang dilingkari merah

Anda akan masuk ke halaman login ini

Masukkan ID dan Password anda kemudian klik SUBMIT. Anda akan dibawa ke halaman berikut....

Yang dilingkari merah adalah URL keanggotaan anda yang perlu anda catat. Kemudian yang berwarna biru adalah kotak yang dapat anda gunakan untuk memantau perkembangan sistem anda.

Tampilan inilah yang akan anda gunakan untuk mengukur pertumbuhan sistem ini

Sekarang anda perlu mempromosikan link keanggotaan anda, layaknya viral service yang lain. Buatlah blog seperti yang sedang anda baca saat ini. Blognya anda buat disalah satu halaman blog anda yang sudah ada saja atau buat postingan baru tentang hal ini (PENTING !!!) karena ini adalah penjelasan berbahasa indonesia. Isilah halaman tersebut itu dengan artikel semacam ini, tapi jika anda malas, silahkan Copy Paste artikel ini.

Baiklah sekarang saya akan menjelaskan keunggulan program ini dibandingkan program viral lainnya.
  1. Program ini adalah program berbahasa inggris sehingga anda bisa mengajak blogger luar negeri untuk bergabung.

  2. Program ini mengharuskan pesertanya mengklik thumbnail untuk mendapatkan kode, jadi pasti pertambahan anggota akan menghasilkan traffic bagi anda.

    Program viral lain hanya menawarkan baclink dan tidak ada jaminan anggota baru mengklik link anda.

    Program ini tidak hanya menawarkan backlink, tapi juga meningkatkan traffic yang membantu Alexa Rank anda.

    Berapa banyak traffic itu ?

    Perhatikanlah bahwa ada 6 thumbnail, setiap kali ada yang mendaftar maka dia akan menempati urutan pertama, dan jika ada referal baru mendaftar dia akan turun ke peringkat 2, dst. Anggap saja masing-masing kita mengajak 10 orang saja (sangat mungkin lebih), maka jumlah kunjungan dan backlink anda adalah :

    Di posisi 1 : 10 link dan kunjungan.

    Di posisi 2 : 100 link dan kunjungan.

    Di posisi 3 : 1000 link dan kunjungan.

    Di posisi 4 : 10.000 link dan kunjungan.

    Di posisi 5 : 100.000 link dan kunjungan.

    Di posisi 6 : 1.000.000 link dan kunjungan.

    Bisakah anda membayangkan jika blog anda dikunjungi 1.000.000 orang dan mendapat 1.000.000 backlink (one-way backlink). Berapa alexa rank, pagerank dan link popularity anda ? Luar biasa besarnya ! Tidak akan ada yang menolak bid anda. Banyak yang akan meminta memasang iklan di blog anda, dan itu berarti income dalam jumlah yang besar.

    Hanya saja anda memang perlu repot melakukan yang diterangkan di sini. Dapatkah anda melihat angka di atas ? Banyak artikel viral link yang diedarkan mengatakan bisa mendapat jutaan link padahal mereka hanya bermain di Indonesia. Blogger serius di Indonesia tidak sebanyak itu....

  3. Backlink yang lebih berkualitas. Mengapa ? Apakah anda memperhatikan bahwa di atas anda diminta untuk membuat backlink dari blog utama anda ke halaman URL keanggotaan anda. Hal ini ditujukan untuk membantu search engine mengindeks halaman keanggotaan anda ini. Untuk 1 link keluar yang menuju URL keanggotaan anda ini, anda berpotensi mendapatkan 1.000.000 backlink yang one way backlink.

    Apakah anda merugikan orang lain ATAU mencuri Pagerank orang lain ?

    Tentu tidak ! Backlink anda akan berasal dari URL keanggotaan orang tersebut dan bukan berasal dari URL blog utama orang tersebut.
Berapa nilai Backlink dari halaman keanggotaan itu ? Meskipun PR-nya sangat kecil, namun karena jumlah link yang ada cuma 7 biji, maka nilai PR yang ditawarkan lebih baik daripada PR yang diperoleh dari blog dengan PR2 yang memiliki 150 link dalam 1 halamannya (Peserta link exchange).

[Disalin dari : http://informasibermanfaat.blogspot.com]
"Undang-undang adab dan budipekerti membentuk kemerdekaan bekerja. Undang-undang akal membentuk kemerdekaan berpikir. Dengan jalan menambah kecerdasan akal, bertambah murnilah kemerdekaan berpikir." (Hamka)

Akhir-akhir ini, santer kembali pentingnya pendidikan yang membentuk karakter anak didik. Bahkan, Menteri Pendidikan Nasional, Prof. DR. M. Nuh, yang "mengomandokan" pentingnya pendidikan karakter. Tema utama Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) belum lama ini pun adalah pendidikan karakter.

Sesungguhnya bagi lembaga pendidikan Islam, seperti pesantren dan madrasah, pendidikan karakter bukan hal asing lagi. Bahkan, di tengah keterbatasan sarana dan prasarana yang dimiliki, ternyata mampu membentuk anak-anak didik yang berakhlak baik atau berkarakter mulia.

Inti pendidikan karakter adalah tauhid, karena tauhid sebagai landasan terhadap segala aspek kehidupan. Ulama terkenal Prof. KH. Quraish Shihab merumuskan masalah tauhid sebagai kesatuan kehidupan antara dunia dan akhirat karena semuanya dari satu sumber, yaitu Allah SWT.

Tauhid juga bermakna kesatuan ilmu, sehingga tidak ada pemisahan antara ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum, seperti yang terjadi di masyarakat, sebab semua ilmu bersumber dari Allah.

Selain itu, tauhid juga berarti kesatuan iman dan akal karena masing-masing dibutuhkan dan saling melengkapi. Makna tauhid lainnya adalah kesatuan agama, sebab agama yang dibawa para nabi sejak Nabi Adam sampai nabi terakhir, bersumber dari Allah dengan prinsip tauhid yang sama. Terakhir, makna tauhid adalah kesatuan antara individu dan masyarakat, karena keduanya harus saling menunjang.

Pendidikan dalam kacamata Islam adalah upaya menyiapkan kader-kader manusia sebagai khalifah di muka bumi, sehingga bisa membangun kerajaan dunia yang makmur, dinamis, harmonis, dan lestari. Dengan makna itu, pendidikan islami merupakan hal ideal karena tidak sebatas mengedepankan akademik, berupa pengasahan otak tanpa melibatkan aspek keimanan dan karakter.

Intinya, khalifah sebagai hasil dari proses pendidikan, seharusnya menjadi manusia-manusia yang bersyukur dengan memanfaatkan alam semesta untuk kepentingan kebaikan bersama. Dia tidak sebatas memperlakukan alam sebagai objek apalagi mengeksploitasinya. Alam diperlukan sebagai komponen integral kehidupan.

Untuk mewujudkan anak didik sebagai khalifah, salah satu komponen utama dalam pendidikan adalah peran guru. Rasulullah SAW. bersabda, "Tinta alim ulama lebih tinggi nilainya daripada darah para syuhada." (HR. Abu Daud dan Tirmizi)

Hadits tersebut menggambarkan, ketinggian kedudukan seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan, karena dapat melahirkan manusia-manusia yang berpikir dan beramal. Namun, tentu seorang pendidik yang tinggi kedudukannya adalah mereka yang mampu melaksanakan amar makruf nahi mungkar (memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran). Mereka menggunakan prinsip tauhid dalam penyebaran iman, ilmu, amal, dan ihsan.

Abdurrahman Al Nahlawi menyebutkan, tanggung jawab guru untuk mendidik individu agar beriman kepada Allah dan melaksanakan syariat-Nya. Guru juga mendidik siswa agar beramal saleh, bahkan mendidik masyarakat untuk saling menasihati dalam melaksanakan kebenaran dan kesabaran. (QS. Al Ashr)

Konsekuensinya, siapa yang memuliakan guru secara tidak langsung telah memuliakan Rasulullah SAW. Tentu tak ada dikotomi antara guru sekolah umum dan sekolah agama. Sebaliknya, bila durhaka kepada guru, berarti durhaka kepada Rasulullah dan Allah pasti murka. Tentunya seorang guru harus memiliki kualitas yang baik dari segi akademik, akhlak, maupiin amalan dalam keseharian. Ulama Al Kanani menyebutkan beberapa syarat sebagai guru, sebagai berikut :
  1. Hendaknya sadar akan pengawasan Allah dalam segala perkataan dan perbuatan. Guru memegang amanah Ilahi yang amat berat, hingga ia tidak berani mengkhianatinya.
  2. Guru hendaknya memuliakan ilmu, sehingga tidak berhak mengajarkan kepada orang-orang yang hanya mengejar duniawi.
  3. Guru bersikap zuhud dengan mencari dunia, sekadar memenuhi kebutuhan pokok diri dan keluarganya.
  4. Hendaknya guru tidak berorientasi kepada persoalan duniawi, dengan mendudukkan ilmu sebagai alat untuk mencari jabatan, harta, kebanggaan, atau gelar.
  5. Hendaknya guru menjauhi usaha-usaha yang hina dalam pandangan Islam dan menjauhi kondisi yang bisa menjatuhkan harga dirinya di mata orang banyak.
  6. Guru hendaknya memelihara syiar Islam, seperti memelihara shalat berjemaah di masjid, mengucapkan salam, dan menjalankan amar makruf nahi mungkar. Guru juga hendaknya rajin dalam melaksanakan sunah agama, seperti dzikir, shalat tengah malam, dan membaca Alquran.
  7. Guru hendaknya mengisi waktu luang dengan hal-hal bermanfaat, seperti membaca dan mengarang. Guru juga hendaknya selalu belajar dan tidak merasa malu menerima ilmu dari orang lain.
Dengan karakter guru seperti itu, akan bisa mewarnai pendidikan menjadi pendidikan berkarakter. Insya Allah !***

[Ditulis Oleh H. PUPUH FATHURRAHMAN, Sekretaris Senat UIN Sunan Gunung Djati Bandung dan Ketua Yayasan Pesantren di Sukabumi. Tulisan ini disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi hari Kamis (Kliwon) 27 Mei 2010 dari kolom "CIKARAKCAK"]
PENGAJIAN SYEIKH ABDUL QADIR AL-JILANY
HARI SELASA, 11 DZUL QA’DAH, 545 H.
Al-Hasan Bashri mengatakan, “Pandanglah dunia ini dengan mata yang hina, maka demi Allah sesungguhnya anda tidak akan meraih kebaikan sebelum anda melihatnya dengan pandangan kehinaan.

Anak-anak sekalian….
Mengamalkan Al-Qur’an berarti memposisikan dirimu pada sisiNya, dan mengamalkan Sunnah berarti memposisikan dirimu di sisi Rasul-Nya, Nabi Muhammad SAW. Hatinya dan citanya tidak pernah bergeser dari jiwa sesama manusia. Orang inilah yang yang diberi anugerah kebajikan dan kedalaman, kejernihan dan riasan atas rahasia-rahasia jiwanya. Orang inilah yang dibukakan pintu taqarrub, yang bangkit, yang pergi meninggalkan diri antara hati dan rahasia hati dan antara Tuhannya Azza wa-Jalla. Setiap langkah jejaknya senantiasa menambah kegembiraan jiwanya.

Maka siapa pun yang dianugerahi rizki seperti itu, ia harus bersyukur dan bertambah taatnya. Kalau seseorang bergembira di luar anugerah seperti itu, berarti seseorang telah meraih ketololan, karena orang bodoh adalah orang yang bergembira dengan dunia. Sedangkan orang yang pandai adalah yang memanfaat peluang semampang di dunia. Orang yang bodoh selalu membantah takdir dan kontra pada ketentuanNya. Orang ‘alim senantiasa selaras dan ridlo kepada takdir-Nya.

Hei kalian, sungguh kasihan sekali. Jangan sampai dirimu menentang takdir dan memberontak-Nya, hingga dirimu masuk dalam jurang kehancuran. Rotasi hakikat adalah rela kepada Perilaku Allah Azza wa-Jalla, mengeluarkan makhluk dari dalam hatimu, sampai kalian bertemu Sang Pemelihara makhluk. Engkau menemui-Nya dengan hatimu, sirrmu dan maknamu. Dengan begitu kalian bisa mengikuti Langkah Ilahi Azza wa-Jalla, jejak Rasul-Nya dan hamba-hamba-Nya yang saleh. Bila kalian punya kemampuan untuk berkhidmah kepada orang-orang saleh, lakukan, karena itu lebih baik bagimu di dunia dan di akhirat.

Kalau kalian memiliki seluruh dunia, sementara hatimu tidak seperti hati mereka, maka kalian tidak memiliki sedikit pun, seperti hati mereka yang dilimpahi kebajikan Allah Azza wa-Jalla. Mereka yang memiliki dunia dan akhirat, dalam aturan antara kalangan publik dan kalangan elit Ilahi dengan aturan Allah Azza wa-Jalla.Aduh, kalian jangan menyandarkan hasratmu kepada sesama makhluk. Sementara dalam benakmu hanya makan dan minum, bergaya pakaian, memuaskan kawin, menumpuk dunia dan ambisius. Orang-orang yang memburu dunia akan terjerumuskan ketika di akhirat. Dagingmu hanya akan jadi santapan ulat dan belatung serta binatang ganas bumi.

Sabda Nabi SAW. : ”Allah Azza wa-Jalla punya malaikat yang terus mengumandangkan pagi dan petang : “Wahai manusia, siapkan dirimu untuk maut….sadarlah kalian datangnya kehancuran….dan bersatulah menghadapi musuh…

Orang mukmin yang benar selalu punya niat yang baik dalam seluruh urusan kerjanya di dunia, bukan demi dunia, tetapi demi akhirat. Ia bangun masjid, gedung, madrasah, pesantren dan membangun jalan bagi ummat. Kalau tidak membangun itu semua, maka ia hanya membangun keperluan keluarga, orang miskin dan orang yang tak berdaya dan hal-hal yang harus dilakukannya. Yang ia inginkan sesungguhnya dari membangun itu adalah membangun di akhirat, bukan membangun menuruti hawa nafsunya.Bila manusia berpijak benar seperti itu, ia bersama Allah Azza wa-Jalla dalam semua perilakunya, lalu kekurangannya tetap bersama Allah, kelebihan materinya tetap bersama Allah, hatinya bertemu dengan para Nabi dan Rasul SAW. Ia menerima apa yang datang dari para Nabi dan rasul itu, baik dalam ucapan maupun tindakan, penuh keimanan dan keyakinan, apalagi jika bisa bertemu mereka di dunia dan di akhirat.

Orang yang berdzikir kepada Allah Azza wa-Jalla adalah orang yang hidup, yang mengalami transformasi dari kehidupan ke kehidupan, maka ia tak pernah mati kecuali sejenak. Manakala dzikir terus langgeng berlangsung dalam hati, langgeng pula dzikir hamba kepada Allah Azza wa-Jalla, walau lisannya tidak berdzikir. Sepanjang hamba langgeng berdzikir, langgeng pula keselarasannya dengan Allah, ridlo dengan perilaku Ilahi. Bila anda tidak berselaras dengan Allah atas datangnya musim dingin, berarti anda mendustai musim dingin, begitu pula jika anda tidak berselaras dengan Allah datangnya musim panas, anda mendustai musim panas. Berselaras atas 2 (dua) musim itulah yang menghilangkan penderitaan anda dan kerasnya 2 (dua) musim itu. Begitu pula berselaras dengan cobaan dan penderitaan menghilangkan keruwetan, kesempitan dan luka, serta depressi, disaat dua musim itu tiba. Betapa mengagumkan perilaku kaum Sufi, betapa indahnya kondisi jiwa mereka. Semua yang datang dari Allah Azza wa-Jalla dirasa baik di hati mereka. Karena mereka telah dilimpahi air ma’rifat dan berapa dalam pangkuan-Nya, senantiasa mesra bersama-Nya di sisi-Nya dan menghapuskan diri dari selain Diri-Nya, senantiasa mati di hadapan-Nya. Ia telah diliputi oleh sifat Kharisma Ilahi, dan jika Allah berkehendak Dia membangkitkan mereka, menghidupkan mereka.

Mereka di Tangan Allah seperti Ashhabul Kahfi dalam guanya. Yaitu mereka dikatakan dalam Al-Qur’an : ”Dan mereka Kami belokkan ke arah kanan dan ke arah kiri.” Mereka adalah manusia paling cerdas, karena menyerahkan harapannya kepada Tuhannya, harapan maghfirah dan keselamatan dalam seluruh perilaku kehidupannya. Sementara kalian, beramal dengan amalnya ahli neraka sembari mengharap syurga. Anda mengangan-angan sesuatu yang bukan tempatnya. Anda jangan terpedaya oleh tipudaya orang yang meminjami, dan dalam waktu singkat mengambil harta anda. Allah telah meminjami kehidupan kepada anda, sampai dirimu taat kepada-Nya dalam kehidupan itu. Allah menahanmu di dunia agar kamu bisa melakukan peluang yang diberikan. Begitu juga kesehatan, kekayaan, keamanan, derajat, semuanya adalah pinjaman dari Allah. Semua kenikmatan adalah pinjaman pula. Jangan anda berbuat sembrono, atas pinjaman tersebut. Maka semua pinjaman Allah itu harus anda jadikan sebagai peluang ketaatan. Semuanya harus dijadikan tempat aktivitas untuk kesalamatan bersama Allah Azza wa-Jalla, dunia hingga akhirat.

Sebagian Sufi mengatakan, “Berselaraslah dengan Allah dalam mengurusi soal sesama makhluk. Jangan berselaras dengan kepentingan makhluk untuk urusan Allah. Bangkrutlah orang yang bangkrut. Tuntaslah orang yang menunaikan. Karena anda tahu, bahwa orang yang berselaras dengan Allah Azza wa-Jalla itu adalah orang-orang yang saleh dari hamba-hamba-Nya yang berselaras.

[dari : http://tarekatqodiriyah.wordpress.com/nasihat-sultan-auliya-syyaikh-abdul-qodir-al-jilani-qsa/]
BUKU PERTAMA
PENJABARAN MENYELURUH IYYAKA NA'BUDU WA IYYAKA NASTA'IN

(18) TAUBAT MENURUT AL-QUR'AN DAN KAITAN TAUBAT DENGAN ISTIGHFAR

Banyak orang yang menafsiri taubat dengan tekad untuk tidak kembali mengulangi dosa, melepaskan diri darinya seketika itu pula dan menyesali apa yang telah dilakukannya di masa lampau. Jika dosa itu berkaitan dengan hak seseorang, maka dibutuhkan cara lain, yaitu membebaskan diri dari dosa itu.

Inilah yang mereka sebut dengan taubat, dan bahkan itulah syaratsyaratnya. Sementara taubat menurut penyampaian Allah dan Rasul-Nya, di samping meliputi hal-hal itu, juga meliputi tekad untuk melaksanakan apa yang diperintahkan dan mengikutinya. Jadi, taubat tidak sebatas membebaskan diri dari dosa, tekad dan menyesal, yang kemudian dia disebut orang yang bertaubat, sehingga dia mempunyai tekad yang bulat untuk mengerjakan apa yang diperintahkan dan mengikutinya. Inilah hakikat taubat, suatu istilah yang memadukan beberapa hal dari 2 (dua) perkara ini. Tapi kalau istilah taubat ini disertakan dengan pelaksanaan apa yang diperintahkan, memang merupakan ungkapan seperti yang mereka sebutkan itu. Namun jika disendirikan, maka secara otomatis dia akan meliputi 2 (dua) perkara ini. Seperti lafazh "Taqwa", yang jika disendirikan mengandung pengertian mengerjakan apa yang diperintahkan Allah dan meninggalkan apa yang dilarang-Nya. Jika disertakan kepada pelaksanaan apa yang diperintahkan, maka artinya bisa menahan diri dari apa yang dilarang.

Hakikat taubat adalah kembali kepada Allah dengan mengerjakan apa-apa yang dicintai-Nya dan meninggalkan apa-apa yang dibenci-Nya, atau kembali dari sesuatu yang dibenci kepada sesuatu yang dicintai. Kembali kepada apa yang dicintai merupakan bagian dari kelazimannya
dan kembali dari apa yang dibenci merupakan bagian yang lain. Karena itu Allah mengaitkan keberuntungan yang mutlak dengan pelaksanaan apa yang diperintahkan dan meninggalkan apa yang dilarang. Firman-Nya,
وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
"Dan, bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman, supaya kalian beruntung." (QS. An-Nur : 31)

Setiap orang yang bertaubat adalah orang yang beruntung. Seseorang tak akan beruntung kecuali dengan mengerjakan apa yang diperintahkan dan meninggalkan apa yang dilarang. Firman-Nya,
وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
"Dan, barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zhalim." (QS. Al-Hujurat : 11)

Orang yang meninggalkan apa yang diperintahkan dan mengerjakan apa yang dilarang adalah orang zhalim. Untuk menghilangkan sebutan zhalim ini, hanya bisa dilakukan dengan taubat, yang menghimpun 2 (dua) perkara sekaligus. Karena manusia itu ada 2 (dua) macam : Orang yang bertaubat dan orang yang zhalim. Tidak ada yang lain. Orang-orang yang bertaubat adalah mereka yang disifati Allah,
التَّائِبُونَ الْعَابِدُونَ الْحَامِدُونَ السَّائِحُونَ الرَّاكِعُونَ السَّاجِدُونَ الْآمِرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّاهُونَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَالْحَافِظُونَ لِحُدُودِ اللَّهِ
"Yang beribadah, yang memuji (Allah), yang melawat, yang ruku', yang sujud, yang menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah berbuat mungkar dan yang memelihara hukum-hukum Allah." (QS. At-Taubah : 112)

Memelihara hukum-hukum Allah merupakan bagian dari taubat. Jadi taubat merupakan kumpulan dari perkara-perkara ini. Seseorang disebut orang yang bertaubat, karena dia kembali kepada perintah Allah dari larangan-Nya, kembali kepada ketaatan dari kedurhakaan kepada-Nya. Jadi taubat merupakan hakikat Islam, dan semua unsur Islam masuk dalam istilah taubat. Karena itu orang yang bertaubat layak menjadi kekasih Allah, karena Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan juga orang-orang yang mensucikan diri. Allah suka jika perintah-Nya dilaksanakan dan larangan-Nya ditinggalkan. Jika taubat juga disebut kembali dari apa yang dibenci Allah secara lahir dan batin kepada apa yang dicintai Allah secara lahir dan batin, berarti di dalamnya terkandung istilah Islam, iman dan ihsan. Inilah yang menjadi tujuan setiap orang Mukmin, permulaan dan kesudahan hidupnya. Banyak orang yang tidak mengetahui porsi taubat dan hakikatnya, terlebih lagi pengamalannya berdasarkan ilmu dan kondisinya. Karena Allah memberikan kecintaan-Nya kepada orang-orang yang bertaubat, berarti mereka adalah orang-orang yang khusus di sisi-Nya.

Istighfar ada 2 (dua) macam: Istighfar yang berdiri sendiri dan istighfar yang dikaitkan dengan taubat. Istighfar yang berdiri sendiri seperti perkatan Nuh Alaihis-Salam atau perkataan Shalih Alaihis-Salam kepada kaumnya, atau seperti firman Allah,
وَاسْتَغْفِرُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
"Dan, mohonlah ampun kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Baqarah : 199)

Istighfar yang dikaitkan dengan taubat, seperti firman Allah,
وَأَنِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُمْ مَتَاعًا حَسَنًا إِلَىٰ أَجَلٍ مُسَمًّى وَيُؤْتِ كُلَّ ذِي فَضْلٍ فَضْلَهُ
"Hendaklah kalian meminta ampun kepada Rabb kalian dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kalian mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus-menerus) kepada kalian sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya." (QS. Hud : 3)

Istighfar yang berdiri sendiri seperti taubat, dan bahkan istighfar itu sendiri adalah taubat, yang berarti menghapus dosa, menghilangkan pengaruhnya dan mengenyahkan kejahatannya, tidak seperti yang dikira sebagian orang, bahwa artinya adalah menutupi aib. Toh Allah menutupi aib orang yang diberi-Nya ampunan atau yang tidak diberi-Nya ampunan. Penutupan aib hanya sekedar kelaziman dari maknanya atau sebagian di antaranya. Istighfar inilah yang mencegah turunnya adzab, sebagaimana firman-Nya,
وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
"Dan, tidaklah Allah akan mengadzab mereka, sedang mereka meminta ampun." (QS. Al-Anfal : 33)

Allah tidak akan mengadzab orang yang meminta ampunan. Sedangkan orang yang masih tetap berbuat dosa, namun dia juga meminta ampun kepada Allah, maka hal ini tidak bisa disebut istighfar yang murni. Karena itu, istighfarnya tidak mampu mencegah adzab. Istighfar mencakup taubat dan taubat mencakup istighfar, masing-masing masuk dalam pengertian yang lain. Jika keduanya disertakan, maka makna istighfar adalah menjaga dari kejahatan yang lampau, sedangkan makna taubat adalah kembali dan mencari penjagaan dari sesuatu yang ditakutinya di masa mendatang, berupa keburukan-keburukan amalnya. Ada 2 (dua) macam dosa, yaitu dosa yang telah lampau dan dosa yang dikhawatirkan akan terjadi di masa mendatang. Istighfar dari dosa yang telah lampau berarti mencari perlindungan dari kejahatannya, dan taubat dari dosa yang dikhawatirkan akan terjadi berarti bertekad untuk tidak mengulanginya lagi. Orang yang berdosa diibaratkan orang yang melewati suatu jalan, padahal jalan ini akan membawanya kepada kehancuran dan tidak menghantarkannya ke tujuan. Maka dia diperintahkan untuk menghentikan langkah kakinya, meninggalkan jalan itu dan kembali ke jalan yang membawanya kepada keselamatan dan menghantarkannya ke tujuan.

Dari sinilah bisa diketahui secara jelas masalah taubatan nashuhan dan hakikatnya, seperti firman Allah,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا عَسَىٰ رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ
"Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Rabb kalian akan menghapus kesalahan-kesalahan kalian dan memasukkan kalian ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai." (QS. At-Tahrim : 8)

An-Nashuh dalam taubat dan ibadah artinya membersihkannya dari kebohongan, kekurangan dan kerusakan serta mengerjakannya sesempurna mungkin. An-Nashuh kebalikan dari tipuan. Orang-orang salaf saling berbeda dalam mendefinisikannya.

Umar bin Al-Khaththab dan Ubay bin Ka'b Radhiyallahu Anhuma berkata, "At-Taubatun-nashuh artinya taubat dari suatu dosa dan pelakunya tidak mengulanginya lagi, sebagaimana air susu yang tidak bisa kembali ke kantong kelenjarnya."

Al-Hasan Al-Bashry berkata, "Artinya, seorang hamba menyesali apa yang dilakukannya di masa lampau dan bertekad untuk tidak mengulanginya lagi."

Al-Kalby berkata, "Artinya, seorang hamba harus memohon ampun dengan lidahnya, menyesal dengan hatinya dan menahan diri dengan anggota tubuhnya."

Sa'id bin Al-Musayyab berkata, "Artinya, kalian harus jujur terhadap diri sendiri."

Muhammad bin Ka'b Al-Qarzhy berkata, "Artinya, seorang hamba harus menghimpun 4 (empat) perkara: Istighfar dengan lidah, membebaskan diri dengan anggota badan, tekad untuk tidak mengulang lagi dengan hati dan menjauhi teman-teman yang masih melakukannya."

Menurut pendapat saya, at-taubatan-nashuh harus mencakup 3 (tiga) perkara :
  1. Mencakup segala macam dosa yang pernah dilakukan, sehingga tidak ada satu dosa pun melainkan sudah tercakup di dalamnya.
  2. Membulatkan tekad dan kemantapan hati secara menyeluruh, sehingga tidak ada lagi keragu-raguan dan penangguhan. Kehendak dan tekadnya harus dibulatkan seketika itu pula.
  3. Membebaskan taubat itu dari kekeruhan dan alasan-alasan tertentu yang bisa mengotori keikhlasannya, hati didorong untuk takut kepada Allah semata dan mengharap apa yang ada di sisi-Nya, tidak seperti orang yang bertaubat karena hendak menjaga kedudukan, pangkat dan harga dirinya, melindungi kekuasaan, kekuatan dan hartanya, agar dipuji orang dan tidak dicela.
Yang pertama berkaitan dengan dosa yang dimintakan taubat. Yang kedua berkaitan dengan hati orang yang bertaubat dan jiwanya. Yang ketiga berkaitan dengan diri orang yang bertaubat.

Ada perbedaan antara menghapus kesalahan dan mengampuni dosa. Di dalam Kitab Allah hal ini disebutkan secara berurutan, dan ada pula yang disebutkan secara sendiri-sendiri. Yang disebutkan secara berurutan seperti firman Allah yang mengisahkan hamba-hamba-Nya yang Mukmin,
رَبَّنَا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّئَاتِنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ الْأَبْرَارِ
"Wahai Rabb kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang berbakti." (QS. Ali Imran : 193)

Yang disebutkan secara sendirian seperti firman-Nya,
وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَآمَنُوا بِمَا نُزِّلَ عَلَىٰ مُحَمَّدٍ وَهُوَ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ ۙ كَفَّرَ عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ وَأَصْلَحَ بَالَهُمْ
"Dan, orang-orang yang beriman (kepada Allah) dan mengerjakan amal-amal yang shalih serta beriman (pula) kepada apa yang diturunkan kepada Muhammad dan itulah yang hak dan Rabb mereka, Allah menghapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan memperbaiki keadaan mereka." (QS. Muhammad : 2)

Firman Allah tentang maghfirah (ampunan),
وَلَهُمْ فِيهَا مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ وَمَغْفِرَةٌ مِنْ رَبِّهِمْ
"Dan, mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Rabb mereka." (QS. Muhammad : 15)

Di sini disebutkan 4 (empat) perkara : Dosa, kesalahan, ampunan dan penghapusan.

Dosa maksudnya adalah dosa besar. Kesalahan maksudnya adalah dosa kecil, yang cukup hanya dengan dihapuskan. Sementara penghapusan ini tidak efektif untuk dosa besar, seperti menghapus dosa membunuh secara sengaja dan sumpah palsu. Inilah dalil bahwa maksud kesalahan di sini adalah dosa kecil dan penghapusannya,
إِنْ تَجْتَنِبُوا كَبَائِرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَنُدْخِلْكُمْ مُدْخَلًا كَرِيمًا
"Jika kalian menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kalian mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahan kalian dan Kami masukkan kalian ke tempat yang mulia (surga)." (QS. An-Nisa : 31)

Disebutkan di dalam Shahih Muslim, dari hadits Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Shalat-shalat lima waktu, Jum'at ke Jum'at dan Ramadhan ke Ramadhan menghapus kesalahan-kesalahan di antara keduanya selagi dosa-dosa besar dijauhi."

Lafazh "maghfirah" (ampunan) lebih sempurna daripada lafazh "takfir" (penghapusan), karena itu maghfirah berlaku untuk dosa-dosa besar dan penghapusan berlaku untuk dosa-dosa kecil. Maghfirah mencakup pemeliharaan dan penjagaan, sedangkan takfir mencakup penutupan aib
dan pengenyahannya. Namun jika disebutkan secara sendirian, maka masing-masing bisa masuk ke dalam pengertian yang lain. Jadi takfir bisa mencakup dosa besar dan dosa kecil, bahkan bisa mencakup amal yang paling buruk sekalipun, seperti firman-Nya,
لِيُكَفِّرَ اللَّهُ عَنْهُمْ أَسْوَأَ الَّذِي عَمِلُوا وَيَجْزِيَهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ الَّذِي كَانُوا يَعْمَلُونَ
"Agar Allah menghapus (mengampuni) bagi mereka perbuatan yang paling buruk yang mereka kerjakan." (QS. Az-Zumar : 35)

Orang-orang yang berdosa mempunyai 3 (tiga) sungai besar yang bisa dipergunakan untuk membersihkan dosa-dosanya di dunia. Jika belum juga bersih, maka mereka akan dibersihkan di sungai neraka di hari kiamat. 3 (tiga) sungai itu ialah :
  1. Sungai at-taubatun-nashuh.
  2. Sungai kebaikan-kebaikan yang melimpah ruah dan menghanyutkan berbagai macam kesalahan di sekitarnya.
  3. Sungai musibah dan cobaan yang menghapus semua dosa.
Jika Allah menghendaki suatu kebaikan pada diri hamba-Nya, maka Dia memasukkannya ke dalam salah satu sungai ini, sehingga dia datang pada hari kiamat dalam keadaan bersih, sehingga dia tidak memerlukan cara pensucian yang keempat.

[Berikutnya....(19) Dosa Besar dan Dosa Kecil]

[Disalin dari Buku dengan Judul Asli : Madarijus-Salikin Manazili Iyyaka Na'budu wa Iyyaka Nasta'in (Karya : Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Muhaqqiq : Muhammad Hamid Al-Faqqy, Penerbit : Darul Fikr. Beirut, 1408 H.) Edisi Indonesia dengan judul : MADARIJUS-SALIKIN (PENDAKIAN MENUJU ALLAH) Penjabaran Kongkrit "Iyyaka Na'budu Wa Iyyaka Nasta'in"(Karya : Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Penerjemah : Kathur Suhardi, Penerbit :Pustaka Al-Kautsar. Jakarta, 1998)]

Ibnu 'Abbas RA. berkata bahwa Rasulullah SAW. bersabda, "Ada 2 (dua) macam nikmat yang banyak dilupakan manusia, yaitu nikmat kesehatan dan kesempatan (umur)." (HR. Bukhari)

Allah SWT. telah menganugerahkan kenikmatan dalam berbagai aspek kehidupan. Nikmat Allah teramat luas serta tak terhingga. Manusia manapun tidak akan pernah bisa menghitung berapa banyak nikmat yang telah Allah anugerahkan. Kebanyakan manusia malah sangat mengingkari nikmat Allah, bukannya bersyukur. Sebagaimana Allah tekankan dalam firman-Nya,

وَآتَاكُمْ مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ ۚ وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ
"Dan Dia telah memberikan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari nikmat Allah." (QS. Ibrahim : 34)

Di antara berbagai kenikmatan itu, ada kenikmatan utama yang justru paling sering dilupakan manusia, yaitu nikmat kesehatan dan kesempatan (umur), seperti yang telah diperingatkan oleh Rasulullah SAW. dalam hadis di atas. Kita seharusnya sadar, bahwa kesehatan merupakan modal dasar dan nikmat yang tak ternilai harganya. Bayangkan, seandainya kita bergelimang dengan harta, kemewahan, kedudukan, keluarga selebritis, tetapi badan sakit-sakitan, semua itu menjadi tidak bermakna. Begitu juga kalau jatah umur kita habis, semua itu menjadi tidak berguna. Kita wajib bersyukur atas semua nikmat tersebut. Allah SWT berjanji, "
Kalau kamu bersyukur, pasti Aku akan menambah nikmat-Ku."

Wujud syukur yang malah menjadi salah kaprah adalah pesta ulang tahun. Oleh karena itu, Rasulullah SAW. dan para sahabat tidak pernah mencontohkannya. Umur itu bukan untuk diperingati setiap tahun dengan meniup lilin dan ucapan happy birthday to you, dilanjutkan pesta pora. Apabila hidup ini hanya diisi dengan hura-hura, hingga meninggalkan shalat serta amal ibadah lainnya, melanggar aturan Allah dan Rasul-Nya, ketika malaikat maut menjemput, kita akan merasakan penyesalan abadi.


Allah SWT. memperingatkan dalam
Surat Al Mu'minun ayat 99-100, ada orang yang sangat menyesal saat malaikat maut menjemput, hingga orang itu berteriak, "Rabbir-ji'uun. La'alli a'malu shalihan fiima taraktu...." (Ya Tuhanku, kembalikan ruhku ke dunia, agar bisa berbuat amal saleh....) Nau'dzubillah mindzalik !

Allah SWT. menganugerahkan umur dan kesehatan kepada kita. Artinya, Allah SWT. memberi peluang dan kesempatan kepada kita untuk beramal saleh, peluang untuk bertobat, bukan untuk pesta pora, sekadar mengejar kesenangan hidup yang ujung-ujungnya kemudaratan dan kemaksiatan. Abu Shafwan Abdullah bin Busrin Al Aslamiy RA. berkata bahwa
Rasulullah SAW. mengingatkan umatnya, "Sebaik-baik manusia adalah yang panjang umurnya serta baik pula amal perbuatannya." (HR. At Tirmidzi)

Istilah umur berasal dari kata dasar omara yang bermakna pula makmur atau subur. Jadi yang dimaksud umur adalah usia yang subur dengan amal saleh. Boleh jadi orang berusia 60 tahun atau 70 tahun, tetapi umurnya masih balita atau malah nol tahun karena jauh dari tuntunan agama.


Umur dan hidup manusia itu diatur dan ditentukan Allah. Manusia tidak mampu mempertahankan fisiknya walau dipelihara dan dimanja obat-obatan, suplemen, vitamin, olah raga, dan sebagainya, akhirnya lemah juga.
Surat Al-Hajj ayat 5, intinya mengingatkan kita;
  1. Manusia berasal dari saripati tanah, tetes mani, kemudian menjadi segumpal darah. Dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, menjadi tulang kemudian dibalut dengan daging, Allah tetapkan dalam rahim sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian lahir bayi.
  2. Berangsur-angsur ada yang sampai dewasa, tua, muda belia, kadang ada yang sudah dipanggilnya, dan bahkan kadang anak kecil atau bayi.
  3. Ada pula yang dipanjangkan umurnya sampai pikun sehingga tidak sadar lagi bahwa dirinya itu manusia.
  4. Semua itu Allah yang mengatur. Allah mempunyai hak prerogatif kapan saja memanggil hamba-Nya, untuk menghadap dan sekaligus mempertanggungjawabkan segala amal perbuatan dirinya.
Umur panjang adalah anugerah Allah Artinya, Allah memberi peluang dan kesempatan kepada kita untuk beramal saleh dan untuk bertobat.

Rasulullah SAW.
mengingatkan kita, "Barang siapa yang kualitas dan kuantitas amal salehnya hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka ia orang yang mendapat rahmat. Dan barangsiapa yang kualitas dan kuantitas amal salehnya hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia orang yang merugi. Serta barangsiapa yang kualitas dan kuantitas amal salehnya hari ini lebih jelek dari hari kemarin, maka orang itu terlaknat."

Imam Ali RA. menyebutkan, rezeki yang tidak dapat diperoleh hari ini masih bisa diharapkan diperoleh esok. Namun umur (waktu) yang berlalu hari ini, tidak mungkin dapat diharapkan besok
.

Dalil-dalil dan keterangan tersebut menasihati kita agar bertambah hari (umur), bertambah ilmu dan bertambah terus amal saleh kita sebagai wujud syukur atas jatah usia yang Allah anugerahkan. Jangan seperti yang disindir Allah dalam
Surat Al Hadid ayat 16 yaitu,
مِن قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ ۖ وَكَثِيرٌ مِّنْهُمْ فَاسِقُونَ
"Orang yang bertambah usia tetapi bertambah keras hati, dan kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang fasik, bertambah jauh dari agama."

Sesungguhnya setiap orang diberi jatah waktu yang sama oleh Allah SWT. Enam puluh detik dalam satu menit. Enam puluh menit dalam satu jam. Tujuh hari dalam satu minggu. Persoalannya, mau diisi dengan apa waktu-waktu tersebut ?


Semoga Allah menganugerahkan kekuatan dan kesadaran kepada kita untuk senantiasa bisa mengisi waktu-waktu tersebut dengan hal-hal yang bermanfaat, sesuai dengan petunjuk Allah dan Rasul-Nya yang termaktub dalam Al-Quran dan Sunah. Hal ini agar kita tidak menjadi orang-orang yang merugi. Amin. Wallahualam.***


[Ditulis Oleh H. EDDY SOPANDI, peserta Majelis Taklim di beberapa Masjid, antara lain Al-Furqan UPI, Istiqomah, Viaduct, dan Salman ITB. Serta tulisan ini disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi hari Jumat (Wage) 21 Mei 2010 dari Kolom "RENUNGAN JUMAT"]
Tujuan hidup manusia di dunia adalah beribadah kepada Allah SWT. Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran Surat Adz-Dzariyat ayat 56,

"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku."

Pada kenyataannya, tidak sedikit orang yang menganggap bahwa hidup di dunia ini hanyalah sebatas menghabiskan waktu dan umur. Toh tidak akan ada lagi kehidupan setelah dunia ini berakhir.

Wajar, kalau kebanyakan orang menjalani kehidupan dunia sekadar untuk mengumpulkan uang, mengejar jabatan tinggi, menjadi pengusaha sukses, dan lainnya, walaupun dengan cara-cara yang tidak lazim. Seolah yang dicapainya adalah hasil usaha sendiri dan tidak akan dipertanggungjawabkan kelak.

Padahal, Allah SWT. telah mengingatkan kepada kita, seperti dalam Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 28,

"Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan ?"

Ayat di atas menunjukkan bahwa seluruh manusia akan menjalani kehidupan dengan status 2 (dua) kali mati dan 2 (dua) kali hidup. Kita menjalani 2 (dua) kali mati, yaitu mati ketika di alam rahim sampai ditiupkannya ruh (usia kandungan empat bulan) dan mati ketika meninggal dunia. Sementara 2 (dua) kali hidup, yaitu hidup setelah ditiupkannya ruh sampai batas ajal kita dan hidup di hari akhir.

Dijelaskan pula dalam Al-Quran Surat Ghafir ayat 11,

"Mereka menjawab, Ya Tuhan Kami, Engkau telah mematikan kami 2 (dua) kali dan telah menghidupkan kami 2 (dua) kali (pula), lalu kami mengakui dosa-dosa kami. Maka adakah sesuatu jalan (bagi kami) untuk keluar (dari neraka) ?"

Ketika zaman Nabi Muhammad SAW., orang kafir dengan tegas tidak memercayai adanya kehidupan setelah mati. Bahkan mereka menyindir kepada Nabi dengan perlakuan mereka menabur-naburkan tulang belulang yang sudah bercampur dengan tanah.

Disebutkan dalam Al-Quran Surat Yasin ayat 77-79,

"Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air (mani), maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata ! Dan ia membuat perumpamaan bagi kami, dan dia lupa kepada kejadiannya; ia berkata, siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang yang telah hancur luluh ? Katakanlah, "Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang pertama dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk."

"Mereka berkata, "Apakah betul apabila kami telah mati dan kami telah menjadi tanah dan tulang belulang, apakah sesungguhnya kami benar-benar akan dibangkitkan ? Sesungguhnya kami dan bapak-bapak kami telah diberi ancaman (dengan) ini dahulu, ini tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu kala ! Katakanlah, "Kepunyaan siapakah bumi ini dan semua yang ada padanya, jika kamu mengetahui ? Mereka akan menjawab, Kepunyaan Allah. Katakanlah, Maka apakah kamu tidak ingat ?" (QS. Al-Mu'minun : 82-85)

Tidak ada alasan bagi manusia untuk tidak percaya bahwa manusia akan dibangkitkan setelah mati. Dalam Surat Al-Hajj ayat 5-7 dijelaskan dengan lebih detail,

"Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan. Kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya Dia tidak mengetahui lagi sesuatu pun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuhan yang indah. Yang demikian itu, karena Sesungguhnya Allah, Dialah yang haq dan sesungguhnya Dialah yang menghidupkan segala yang mati dan sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan Sesungguhnya hari kiamat itu pastilah datang, tak ada keraguan padanya; dan bahwasanya Allah membangkitkan semua orang di dalam kubur."

Dalam hadis riwayat Bukhori disebutkan bahwa seorang hamba apabila telah diletakkan dalam kuburnya dan ditinggalkan keluarganya, juga telah pergi tetapi ia masih bisa mendengar bunyi sandal mereka. Datanglah 2 (dua) malaikat lalu mendudukkannya dan bertanya kepadanya, apa pendapatmu tentang Muhammad SAW. ? Maka ia menjawab, "Aku bersaksi bahwa sesungguhnya ia itu hamba Allah dan utusan-Nya. Maka dikatakan, lihatlah tempat tinggalmu di neraka, tetapi Allah menggantikannya untukmu dengan surga."

Adapun orang yang tidak percaya, mereka akan menjawab pertanyaan kedua malaikat itu, "Aku tidak tahu, aku hanya berkata apa yang dikatakan orang-orang." Maka dikatakan, "Kamu tidak tahu dan tidak mengikuti Muhammad, kemudian dipukullah dengan martil dari besi 1 (satu) kali pukulan di antara 2 (dua) telinganya, maka ia berteriak dengan teriakan yang dapat mendengarnya setiap makhluk yang dekat dengannya, kecuali jin dan manusia."
Dalam hadis Bukhori lain dikatakan bahwa apabila si mayat itu orang saleh, ia minta disegerakan untuk dikuburkan. Sementara apabila si mayat itu tidak saleh, ia bertanya-tanya seraya berkata, "Akan dibawa pergi ke mana saya oleh orang-orang." Semua makhluk akan mendengar jeritan suara mayat, kecuali manusia. Karena kalaulah manusia mendengarnya, pasti akan pingsan.

Suatu ketika Nabi lewat di hadapan 2 (dua) kuburan. Nabi pun bersabda, "Sesungguhnya keduanya sedang disiksa dan keduanya tidak disiksa karena dosa besar. Salah satunya, disiksa karena dia biasa mengadu domba di antara manusia (namimah). Sementara yang satunya lagi, ia disiksa karena dia tidak biasa bersembunyi ketika kencing. Kemudian Nabi mengambil pelepah kurma yang masih basah lalu membelahnya menjadi dua bagian dan menancapkannya pada kuburan masing-masing sambil berkata, "Mudah-mudahan diringankan siksaan keduanya selama belum kering." (HR. Bukhori)

Oleh karena itu, sangatlah tepat Nabi SAW. mengajarkan doa kepada kita supaya terhindar dari siksa kubur dan siksa api neraka.

"Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, dari siksa neraka, dari fitnah hidup dan mati, dan dari fitnah Al-Masih Ad-Dajjal."

Apa yang sudah dipersiapkan untuk kehidupan kita yang kedua kali nanti ?***

[Ditulis oleh : KH. ACENG ZAKARIA, Ketua Bidang Tarbiyyah PP. Persis dan Pimpinan Pondok Pesantren Persis 99 Rancabango Garut. Tulisan ini disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi hari Kamis (Pon) 20 Mei 2010 dari kolom "CIKARAKCAK"]