MAKNA DI BALIK ISRA MI'RAJ

"Katakanlah ! Percayalah atau tidak usah percaya sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al-quran dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud." (QS. 17 : 107)

Ayat Al-Quran tersebut merupakan "ujian" dari Allah SWT. kepada seluruh manusia apakah mereka percaya atau tidak dengan kejadian Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW. Secara historis, Isra Mi'raj merupakan perjalanan Nabi Muhammad SAW., dari Mekah ke Bait Al-Maqdis, naik ke Sidrat Al-Muntaha —bahkan melampauinya— lalu kembali ke Mekah dalam waktu sangat singkat. Peristiwa itu membuktikan ilmu dan kodrat Ilahi menjangkau bahkan melampaui segala sesuatu, demikian tegas Quraish Shihab pakar tafsir yang pernah menjadi Menteri Agama.

Memang, dapat saja kaum empiris dan rasionalis yang melepaskan diri dari bimbingan wahyu Ilahi berkata, "Bagaimana mungkin persitiwa tersebut dapat terjadi, bukanlah ia tidak sesuaidengan hukum-hukum alam, tidak dapat dibuktikan dengan patokan-patokan logika ? Bagaimana mungkin kecepatan yang melebihi kecepatan cahaya dapat terjadi pada seseorang ?"

Kita dapat berkata kepada mereka, "Kenyataan ilmiah menunjukkan bahwa setiap sistem gerak mempunyai perhitungan waktu yang berbeda dengan sistem gerak yang lain. Kenyataan empiris pun membuktikan bahwa kebutuhan akan waktu untuk mencapai suatu sasaran berbeda antara sesuatu dan lainnya." Allah SWT. menegaskan,


"Dan sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran, dan perintah Kami (Allah) hanyalah suatu perkataan seperti kejapan mata" (QS. 54 : 49-50)


"Sesungguhnya keadaan-Nya bila dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya : Jadilah ! Maka terjadilah ia." (QS. 36 : 82)

Saat melakukan Isra Mi'raj, Nabi Muhammad SAW. diantar menuju surga oleh Malaikat Jibril. Pada surga pertama, Nabi melihat seseorang yang memiliki daya tarik luar biasa. Jibril menjelaskan, "Inilah ayahmu, Adam." Adam menyambutnya dan berkata kepada Nabi, "Selamat datang anak baik dan nabi yang budiman."

Berikutnya, Nabi diantarkan Jibril ke surga kedua, Darulqarar (tempat kesetiaan). Di surga ini Nabi bertemu dengan dua laki-laki tampan yang duduk di atas singgasana yang terbuat dari batu rubi merah. Nabi bertanya, "Siapa mereka berdua ?" Jibril menjawab, "Mereka berdua keluargamu, Yahya dan Isa."

Nabi bergerak di angkasa selama 500 ribu tahun cahaya yang lain hingga mereka mencapai surga ketiga, yaitu tempat keabadian (Darulkhulud). Nabi melihat sosok lelaki yang sangat tampan yang dengan ketampanannya tersebut membuat segala sesuatu takjub. "Ini Yusuf, sang rasul," kata Jibril. Nabi Muhammad mendekatinya dan menyalaminya Yusuf membalas salam itu dengan sambutan yang terbaik. Jibril berkata, "Dari ketampanan Yusuf diciptakan keindahan seluruh manusia, ia adalah keindahan bulan purnama, matahari, dan bintang-bintang."

Pada perjalanan ke surga keempat yaitu surga perlindungan (Jannatulma'wa) Nabi SAW. melihat para malaikat berdiri, duduk, dan menunduk memuji Allah SWT. seraya berkata, "Keagungan untuk raja Mahasuci, Tuhan bagi malaikat dan ruh." Nabi bertanya pada Jibril, "Hai Jibril bukankah itu doa kakekku Ibrahim ?" Jibril menjawab, "Ya inilah cara bagaimana kakekmu Ibrahim berdoa. Allah SWT. sangatlah bahagia dengan doa ini. Allah SWT. memerintahkan mereka untuk mengulang doa yang sama. Jika setiap orang membacakan pujian di antara manusia, Allah SWT. akan memberikan pahala menurut jumlah malaikat ini." Di dalam surga ini Nabi berjumpa dengan seorang lelaki yang bersandar pada kitab umat manusia yang dituliskan di situ jumlah seluruh amal mereka. Nabi bertanya, "Siapa ini ?" Jibril menjawab dia adalah Nabi Idris. Nabi mendekati Idris dan mengucapkan salam kepadanya. Idris menjawab dan berkata, "Selamat datang saudara yang saleh dan nabi paripurna."

Nabi dalam perjalanan selanjutnya sampai ke surga kelima. Surga ini disebut surga keindahan dan kebahagiaan (Jannatunnaim). Di surga kelima ini Nabi melihat lima perempuan yang cantik dan memancarkan cahaya yang membuat mereka muncul seperti intan yang dikelilingi mutiara. Nabi lalu bertanya, "Siapa mereka wahai Jibril ?" Jibril menjawab, "Ini Hawa, ibu semua manusia. Ini perawan Mariam, ibu Isa. Ini ibu Musa, Yukabid, dan ini Asyiah, istri Firaun." Perempuan kelima kelihatan seperti matahari di antara bintang gemintang. Cahayanya memancarkan ke penghuni surga lainnya seperti angin sepoi-sepoi lembut yang melintasi dedaunan di pepohonan. Jibril berkata, "Ini malaikat yang mewakili putrimu Fatimah wahai Nabi." Nabi bertanya, "Wahai Jibril apa rahasia surga ini ?" Jibril menjawab, "Allah SWT. menciptakan surga ini untuk mencerminkan keindahan dan kesempurnaan perempuan."

Lalu, nabi melanjutkan perjalanan ke surga keenam yaitu Adn dan ke surga ketujuh yaitu Firdaus. Berikutnya, Nabi dan Jibril menempuh sekali lagi perjalanan sehingga sampai pada batas absolut dari intelek yang tercipta, namanya Sidrat Al-Muntaha.

Akhirnya, harus diyakini dengan penuh keimanan bahwa peristiwa Isra Mi'raj hanya terjadi sekali sehingga tidak dapat diamati, dicoba-coba, atau dilakukan terhadapnya suatu percobaan. Jika demikian, setiap usaha untuk membuktikannya secara ilmiah menjadi tidak ilmiah lagi. Tentunya seorang Muslim memercayai peristiwa Isra Mi'raj karena tidak ada perbedaan antara peristiwa yang hanya terjadi sekali dan yang terjadi berulang-ulang, selama yang menjadikannya adalah Allah SWT.

Wallahu a'lam bishowab.***

[Ditulis oleh JUNTIKA NURIHSAN, dosen dan sekretaris DKM Al-Furqon Universitas Pendidikan Indonesia. Tulisan disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi Jumat (Pon) 9 Juli 2010 pada kolom "OPINI"]

0 comments: