MENGAPA BENCANA BANYAK MENIMPA..?

Ada bencana, ada musibah, ada ujian, dan ada adzab. Ada yang tak siap menerimanya, ada yang siap menerimanya, saat bencana menimpanya. Bencana atau marabahaya adalah sesuatu yang menyebabkan kesusahan, kesedihan, kerugian, atau kecelakaan.

Bencana dapat disebabkan oleh manusia dan juga alam. Bencana yang disebabkan oleh manusia karena olah manusia seperti merusak, berlaku dzalim, tidak adil, memfitnah, memusuhi, berlaku curang atau korupsi, membunuh, membuat teror, membuat maksiat, merampok, dan sebagainya. Sementara bencana yang disebabkan oleh kejadian alam disebut bencana alam. Bencana alam ini terjadi akibat proses alam dan dapat juga akibat dari olah manusia.

Bencana ini semuanya akan mengena kepada lingkungan hidup yang di dalamnya ada manusia sehingga menjadikan manusia mengalami kesedihan, kematian, kegelisahan, ketakutan, kerugian, dan daya kehidupan berkurang dari yang biasanya.


Bencana alam yang pernah terjadi, seperti tanah longsor, angin puting beliung, gempa bumi, pada umumnya terjadi tanpa dapat diperkirakan oleh manusia. Berbeda halnya dengan bencana alam karena olah manusia, seperti pendangkalan sungai misalnya di Sungai Citarum, pembuangan sampah, penggundulan hutan yang seenaknya, kegiatan dan pembangunan di daerah hutan lindung seperti di Taman Nasional Gunung Halimun Salak, serta pembangunan tanpa adanya resapan, dan sebagainya. Hal itu sering mengakibatkan terjadinya tanah longsor dan banjir. Pada musim hujan, luapan air makin banyak dan mengerosi tanah ke daerah yang rendah. Sementara pada waktu musim kering tidak ada simpanan air di dalam tanah sehingga menyulitkan kehidupan manusia.


Musibah berasal dari kata ashoba artinya mengenai, menimpa, atau membinasakan. Imam M. Husin Thobathoba'i mendefinisikan musibah adalah kejadian apa saja yang menimpa manusia yang tidak dikehendaki (perorangan atau kelompok), seperti sakit, kerugian, bencana alam, kalah perang, dan paceklik. Dalam Hadis riwayat Imam Thobroni, Nabi Muhammad SAW. bersabda, "
Apa yang menimpa manusia berupa yang tidak dikehendaki itu namanya musibah." Bagi manusia yang hidup, musibah tersebut sebagai peringatan (nadhir) agar manusia kembali kepada kebenaran Allah.

لِيُنْذِرَ مَنْ كَانَ حَيًّا وَيَحِقَّ الْقَوْلُ عَلَى الْكَافِرِينَ
"Untuk memberi peringatan bagi manusia yang hidup dan ingkar agar kembali (kepada kebenaran Allah)." (QS. Yasin : 7O)

Bagi manusia yang diberi peringatan tetapi masih dusta dan dzalim, musibah tersebut adalah sebagai azab atau siksa.

وَمَا كَانَ رَبُّكَ مُهْلِكَ الْقُرَىٰ حَتَّىٰ يَبْعَثَ فِي أُمِّهَا رَسُولًا يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِنَا ۚ وَمَا كُنَّا مُهْلِكِي الْقُرَىٰ إِلَّا وَأَهْلُهَا ظَالِمُونَ
"Dan tidak adalah Tuhanmu membinasakan wilayah sebelum Dia mengutus seorang rasul yang membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka; dan tidak pernah (pula) Kami membinasakan wilavah; kecuali penduduknya dalam keadaan melakukan kedzaliman." (QS. Al-Qashas : 59)

Azab ini merupakan hukuman atas perbuatannya dalam bentuk 'iqob atau rijzan (dari langit). Bagi manusia yang berbuat amal saleh, musibah tersebut sebagai ujian terhadap kesabarannya atau keimanannya agar makin meningkat. Ujian yang dihadapinya tersebut sebenarnya bukan hanya musibah, melainkan juga berupa kebaikan yang diterimanya.

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
"Tiap diri akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan hidup. Dan kepada Kamilah kamu dikembalikan." (QS. Al-Anbiya : 35)

Kebaikan dan keburukan tersebut juga akan mengujinya, apakah dirinya tetap melangkah sesuai denganyang ditunjukkan Allah atau melangkah yang makin menjauh dari petunjuk-Nya. Masing-masing menentukan langkahnya dalam bentuk perbuatan atau amal sesuai dengan pilihannya sendiri. Oleh karena itu, Allah menyuruh manusia agar selalu tetap sabar.

وَاصْبِرْ عَلَىٰ مَا أَصَابَكَ ۖ إِنَّ ذَٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ
"Bersabarlah atas musibah yang menimpamu, demikian itu merupakan perkara yang diperintahkan." (QS. Luqman : 17)

Dengan adanya musibah, berarti ada sesuatu di luar dugaan yang menjadikan diri manusia dapat terputus dengan yang diangan-angankan. Dengan demikian, ada manusia yang menjadi putus harapan, tetapi juga ada yang telah siap untuk menerimanya. Manusia yang terakhir ini adalah manusia yang sabar yang menyadari bahwa manusia akan selalu diuji tentang keburukan dan kebaikan, diuji tentang ketakutan, kelaparan, kekurangan harta dan jiwa, dan buah-buahan. Dirinya siap menerimanya, dengan ucapan istirja' (inna lillahiwa inna ilaihi rojiun) (QS. Al-Baqarah [2]: 155-156).

Mengapa bangsa ini banyak dilanda musibah berupa bencana, kiranya tidak salah jika dikatakan bahwa hal itu karena olah kelakuan bangsa itu sendiri yang masih banyak berbuat tidak lurus, seperti masih banyak yang berbuat kerusakan di darat, laut, dan udara, masih banyak berbuat kedzaliman dan kemaksiatan, kecurangan atau korupsi, ketidakadilan, permusuhan, fitnah, pembunuhan, perampokan dan teror, pendustaan dan keingkaran baik kepada sesamanya maupun kepada Tuhan Yang Mahaesa. Selama kelakuan bangsa ini tidak ada perubahan, baik dirinya sebagai pemimpin maupun sebagai rakyat kiranya selama itu pula akan selalu dilanda bencana atau marabahaya. Kelakuan ini yang dikenal dengan akhlak atau karakter.

إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ
"Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah. keadaan yang ada pada diri mereka sendiri." (QS. Ar-Ra'd : 11)

Perubahan yang hampir di semua aspek kehidupan bangsa, di pemerintahan dan di masyarakat, dalam bentuk penyempurnaan akhlak (character building) yang mulia. Muhammad Rasulullah SAW. menegaskan, "Aku diutus adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia." (HR. Bukhori, Hakim dan Ibnu Hibban).

Mudah-mudahan bangsa ini (termasuk diri kita) mau mengubah akhlaknya (kelakuannya) sehingga bencana yang datang terus menerus ini akan diganti dengan datangnya keberkahan. Amin...***


[Ditulis oleh MUTA'ALIM MINHAJ pembina Masjid Sabiilul Muttaqiin, penasihat Masjid Al-Ma'adin Lembaga Pengkajian Islam Masjid Salman ITB, IPAHI Masjid Istiqomah, Dewan Tafkir Persis Pusat. Tulisan disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi Kamis (Kliwon) 1 Juli 2010 pada kolom "CIKARAKCAK"]

0 comments: