NIKMAT ALLAH

Secara bahasa, nikmat (an-ni'matu) berarti keadaan yang baik atau serasi. Para ulama ada yang mengartikan nikmat itu sebagai "kelebihan" atau "pertambahan", yaitu sesuatu yang baik dan berlebih dari yang dimiliki sebelumnya.

Manusia ketika lahir di dunia belum memiliki apa pun. la tidak memiliki kekayaan, kekuasaan, jabatan, kedudukan, atau ilmu pengetahuan. Apa pun yang dimiliki manusia setelah lahir ke dunia, itu berarti "kelebihan" atau "pertambahan", dan itulah nikmat dan anugerah dari Allah.

Dalam bahasa Arab, unta disebut dengan an-na'amu, satu akar kata dengan kata nikmat. Unta disebut an-na'amu karena unta terhitung nikmat yang besar bagi mereka yang tinggal di padang pasir, khususnya di negara-negara Arab. Unta dapat menempuh perjalanan jauh, bahkan hingga ratusan kilometer dan mampu menampung air cukup banyak. Dengan demikian, nikmat dapat disimpulkan dengan kesenangan hidup dan kenyamanan yang sesuai dengan diri manusia.

Dalam Al-Quran, terdapat 2 (dua) macam penulisan nikmat pada 2 (dua) ayat yang berbeda tetapi memakai redaksi yang sama. Yaitu pada Surat Ibrahim ayat 34 yang berbunyi,
وَآتَاكُمْ مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ ۚ وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ
"Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)."

Pada Surat An-Nahl ayat 18 berbunyi,
وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ اللَّهَ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ
"Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

Dalam Surat Ibrahim ayat 34, penulisan kata nikmat menggunakan huruf ta maftuhah, sementara pada surat An-Nahl ayat 18, kata nikmat ditulis menggunakan huruf ta marbuthah.

Imam Az-Zarkasy dalam kitabnya, Al-Burhan, menyebutkan bahwa kata nikmat yang ditulis dengan huruf ta maftuhah menunjukkan kepada nikmat hissy (indrawi) yang berupa materiil, baik itu makanan, minuman, pakaian, maupun seluruh kebutuhan hidup manusia secara fisik.

Sementara kata nikmat yang ditulis dengan huruf ta marbuthah bahwa nikmat yang dimaksud adalah nikmat ma'nawy, yaitu berupa ajaran, pedoman, dan bimbingan hidup manusia untuk memenuhi kebutuhan psikis manusia. Dengan demikian, betapa lengkapnya nikmat dan anugerah Allah dalam mencukupi kebutuhan hidup manusia, baik secara fisik maupun psikis, atau kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani manusia.

Sementara umat Islam, umumnya manusia, hanya menganggap dan mengejar kebutuhan hidup jasmani atau hal-hal yang bersifat fisik materiil. Adapun kebutuhan psiMs atau rohani cen-derung terabaikan, bahkan kecenderungan manusia tidak tertarik kepada nikmat ma'nawy. Padahal kalau kita perhatikan lebih lanjut, pada Setiap bacaan Al-Fatihah sebanyak minimal tujuh belas kali dalam sehari, yaitu shirat al-ladzina an'amta 'alaihin (jalan yang Engkau beri nikmat kepada mereka) bahwa nikmat yang dimaksud pada ayat itu adalah nikmat ma'nawy, yaitu nikmat yang paling bernilai, yang tanpa nikmat itu seluruh nikmat yang kita dapatkan sama sekali tidak akan berarti bahkan bisa menjadi bencana bagi kita. Nikmat yang dimaksud tersebut adalah nikmat memperoleh hidayah Allah, serta ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, yaitu nikmat iman dan Islam serta penyerahan diri kepada Allah.

Dalam Al-Quran, tidak sedikit bahwa lafadz nikmat yang dimaksud adalah nikmat agama. Disebutkan dalam Surat Al-Maidah ayat 3,
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا ۚ فَمَنِ اضْطُرَّ فِي مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ لِإِثْمٍ ۙ فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
"... padahari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksakan karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

Demikian juga dalam Surat Ali Imran ayat 103,
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
"Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk."

Dalam Surat Fathir ayat 3 disebutkan,

"Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezeki kepada kamu dari langit dan bumi ? Tidak ada Tuhan selain Dia. Maka mengapakah kamu berpaling (dari ketauhidan) ?"

Dalam Surat Lukman ayat 31 disebutkan,

"Tidakkah kamu memperhatikan bahwa sesungguhnya kapal itu berlayar di laut dengan nikmat Allah, supaya diperlihatkan-Nya kepadamu sebagian dari tanda-tanda (kekuasaan)-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi semua orang yang sangat sabar lagi banyak bersyukur."

Dalam Surat Al-Fath ayat 1-5 disebutkan,
إِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُبِينًا
لِيَغْفِرَ لَكَ اللَّهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ وَيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكَ وَيَهْدِيَكَ صِرَاطًا مُسْتَقِيمًا
وَيَنْصُرَكَ اللَّهُ نَصْرًا عَزِيزًا
هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ السَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوا إِيمَانًا مَعَ إِيمَانِهِمْ ۗ وَلِلَّهِ جُنُودُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا
لِيُدْخِلَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَيُكَفِّرَ عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ ۚ وَكَانَ ذَٰلِكَ عِنْدَ اللَّهِ فَوْزًا عَظِيمًا
"Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang, serta menyempurnakan nikmat-Nya atasmu dan memimpin kamu kepada jalan yang lurus. Dan supaya Allah menolongmu dengan pertolongan yang kuat (banyak). Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang Mukmin, supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allahlah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana, supaya Dia memasukkan orang-orang Mukmin laki-laki dan perempuan ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya, dan supaya Dia menutupi kesalahan-kesalahan mereka. Dan yang demikian itu adalah keberantungan yang besar di sisi Allah."

Bahkan Nabi Daud AS. mengajarkan kepada kita doa untuk senantiasa bersyukur terhadap nikmat yang telah kita terima.

Ternyata, nikmat yang paling besar untuk manusia adalah nikmat agama dan hidup beragama.***

[Ditulis oleh KH. ACENG ZAKARIA, Ketua Bidang Tarbiyyah PP. Persis dan pimpinan Pondok Pesantren Persis 99 Rancabango Garut. Tulisan ini disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi Kamis (Manis) 22 Juli 2010 pada kolom "CIKARACAK"]

0 comments: