NILAI-NILAI ISRA MI'RAJ

Perjalanan malam (Isra) Nabi Muhammad saw. dari Masjidil Haram (Mekah) ke Masjidil Aqsa (Palestina), dan kenaikan beliau (Mi'raj) ke ufuk terjauh langit semesta (Sidratul Muntaha) merupakan peristiwa penuh makna. Peristiwa yang berlangsung pada tahun kedua kenabian itu, mengandung ajaran-ajaran moral spritual dan sosial. Dengan demikian, patut disegarkan terus-menerus, agar dapat diaplikasikan dalam kehidupan umat Islam sehari-hari.

Berbagai kisah unik dan ajaib, terjadi selama menempuh jarak Mekah - Yerusalem, sering diungkapkan dalam aneka macam literatur klasik berbagai bahasa, baik prosa maupun puisi. Bahkan, diakui banyak pihak, karya sastra dunia "Divina Comedia" karya pujangga Italia, Dante Alighieri (abad 13), bersumber dari kisah Isra Mi'raj. Sudah barang tentu para penulis Muslim dari abad ke abad, perlu menggali terus-menerus nilai-nilai luhur Isra Mi'raj, dari sebatas kisah imajinatif kontemplatif, hingga rumusan pemikiran yang realistik.

Dalam kitab "Qashshotul Isro wal Mi'roj" karya Syekh Najmuddin al Ghaiti (abad 14), diungkapkan, Nabi SAW. yang disertai Malaikat Jibril dan Mikail, sempat berhenti di beberapa tempat, untuk melaksanakan shalat 2 (dua) rakaat sesuai syariat Nabi Ibrahim AS. Kepada Nabi SAW. Jibril menerangkan bahwa tempat-tempat Nabi SAW. bershalat itu, antara lain bukit Thursina, tempat Nabi Musa AS. menerima wahyu dari Allah SWT., serta Bait Lahim (Betlehem) tempat Nabi Isa AS. dilahirkan. Hal itu menunjukkan penghormatan Nabi SAW. kepada para nabi dan rasul pendahulunya, yang pada masa kini dapat dimaknai sebagai toleransi beragama, toleransi antara sesama umat beragama, tanpa harus mengubah akidah tauhid, dan ikut-ikutan tatacara ibadah ritual agama lain. Bagi umat Islam, toleransi agama dan beragama cukup mengacu kepada prinsip "Lakum dinukum waliyadin (Bagimu agamamu dan bagiku agamaku)" (QS. Al Kafirun : 6).

Masih menurut Syekh Najmuddin, di tengah perjalanan menembus keheningan malam, Nabi SAW. melihat sekumpulan petani sedang bercocok tanam. Begitu benih ditebar ke tanah, begitu tumbuh subur dan langsung berbuah lebat, sehingga bisa dipanen. Kepada Nabi SAW. Jibril menjelaskan bahwa hal itu merupakan lambang orang-orang yang suka berbuat kebaikan dan kebajikan di jalan Allah. Orang-orang yang menyerahkan harta dan jiwa raga bagi kepentingan agama dan umat. Apa saja yang mereka dermakan, mendapat pahala kontan berlipat ganda penuh berkah dan ridha Allah SWT.

Berturut-turut, Nabi SAW. menyaksikan kelompok orang memukuli kepala mereka sendiri dengan palu godam besar. Kelompok manusia setengah telanjang, mengunyah kulit pohon berduri yang pahit kesat dan bara api menyala. Kelompok manusia memakan daging busuk penuh belatung. Padahal, di sampingnya terdapat daging segar berbumbu lezat. Kelompok manusia yang tak henti-henti menumpuk beban. Padahal tubuhnya sudah rubuh ke tanah. Tak kuat menahan beban yang sudah ada. Kelompok manusia berenang dan menyelam di sungai darah berbau busuk. Kelompok manusia mengguntingi lidahnya sendiri hingga putus, tetapi lidahnya tumbuh memanjang lagi, digunting lagi berulang-ulang. Juga kelompok manusia yang mencabik-cabik dada dan mulutnya sendiri dengan kukunya yang setajam logam.

Mereka adalah gambaran manusia yang suka melalaikan shalat. Manusia kikir yang tak mau mengeluarkan zakat, infaq / sedekah. Manusia bersuami atau beristri tetapi suka menyeleweng / selingkuh. Manusia yang suka menggunjing (gibah), adu domba (namimah), menyebarkan berita mengada-ada tentang aib orang lain (fitnah).

Perjalanan malam Nabi SAW. berujung di salah satu lapangan luas, yang dinamakan masjid (tempat sujud), karena berabad-abad silam, di situ pernah menjadi tempat bersujud para ahli ibadah yang tunduk patuh menjalankan perintah Allah SWT. sekaligus menjauhi larangan-Nya.

Atas perkenan Allah SWT., Nabi Muhammad SAW., dipertemukan dengan para nabi dan rasul terdahulu, sejak Adam AS. hingga Isa ibnu Maryam AS. Menurut hadis-hadis terpercaya (sahih), Allah SWT. telah mengutus 124.000 nabi kepada umat manusia di muka bumi. Sebanyak 313 orang di antaranya mendapat pangkat dan jabatan struktural rasul. Yang namanya tercantum dalam Al-Quran, sebanyak 25 yaitu Adam, Idris, Nuh, Hud, Soleh, Ibrahim, Luth, Ismail, Ishaq, Yakub, Yusuf, Ayyub, Dzulkifli, Syu'aib, Musa, Harun, Daud, Sulaiman, Ilyas, Ilyasa, Yunus, Zakariya, Yahya, Isa, dan Muhammad SAW.

Setelah itu, Nabi SAW. menuju ke batu karang di sebelah utara masjid. Melakukan mi'raj. Beliau beraudensi langsung dengan Allah SWT., untuk menerima perintah shalat fardhu 5 (lima) waktu sehari semalam, bagi segenap umat Islam. Tata cara salat itu sendiri dicontohkan oleh Nabi SAW., mulai dari takbiratul ihram, ruku, iktidal, sujud, duduk antara dua sujud, tahiyat awal, tahiyat akhir, hingga salam.

Manfaat shalat, selain sebentuk ibadah fardhuain (wajib bagi setiap Muslim yang sehat akal pikiran, dan fisik, serta memenuhi batas usia minimal yang disebut balig sebagaimana diungkap para ulama ahli hikmah (hukama) adalah :
  1. Pertama, menumbuhkan kedisiplinan membagi waktu. Selain untuk disiplin menghadapi kedatangan waktu shalat wajib (Subuh, Zuhur, Asar, Magrib, Isya), juga kewajiban memelihara kekhusyukan shalat itu sendiri (QS. Al Baqarah: 238).
  2. Kedua, mencegah kerusakan dan kemungkaran pada pribadi dan umat pelaku shalat (mushollin), karena shalat itu berfungsi sebagai pencegah kerusakan dan kemunkaran (QS. Al Ankabut : 45).
  3. Ketiga, sarana menumbuhkan kesabaran. Perpaduan sabar dan shalat, menjadi salah satu syarat memohon pertolongan kepada Allah SWT., untuk mengatasi segala problema kehidupan (QS. Al Baqarah : 45).
Wallahualam.***

[Ditulis oleh H. USEP ROMLI H.M., Guru mengaji di pedesaan Cibiuk, Garut. Tulisan ini disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi Jumat (Manis) 2 Juli 2010 pada kolom "RENUNGAN JUMAT"]

0 comments: