WASIAT SHALAT

Imam Nasa'i, seorang ahli hadits, meriwayatkan 1 (satu) wasiat Rasulullah SAW. menjelang wafat. Setelah turun ayat Al-Quran terakhir, ada di antara sahabat yang bergembira karena menandakan bimbingan Allah sudah lengkap. Namun, sebagian sahabat menangis karena bermakna saat-saat bersama dengan Rasulullah SAW. akan segera berakhir.

Tak lama setelah itu, Rasulullah SAW. pun jatuh sakit. Pada saat itu, beberapa menit sebelum dipanggil Allah SWT., Rasulullah SAW. sempat berwasiat yang digambarkan ahli haditst sebagai inti dari misi Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW. Wasiatnya cukup sederhana dan sangat pendek, "Ash Shalat, ash-shalat, ash-shalat, wa maa malakat aimaanukum." Tak lama setelah itu, Nabi SAW. pun wafat meninggalkan keluarga dan umat Islam seluruhnya.

Wasiat Nabi SAW. bermakna, "Kami titipkan shalat, shalat, shalat, dan orang-orang yang lemah di antaramu." Para ahli haditst mengabadikan dan menggambarkan shalat sebagai bentuk hubungan antara hamba dan Allah secara langsung. Sementara menolong orang-orang lemah mencerminkan hubungan antar sesama manusia.

Dalam QS. Ali Imran: 112, Allah SWT. berfirman,

ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ أَيْنَ مَا ثُقِفُوا إِلَّا بِحَبْلٍ مِنَ اللَّهِ وَحَبْلٍ مِنَ النَّاسِ
"Sesungguhnya manusia akan mendapat derita di dunia dan akhirat nanti, kecuali jika ia sukses menghubungkan diri dengan Allah dan menghubungkan dengan sesama manusia." Hubungan manusia dengan Allah (hab-lum-minallah) dan hubungan manusia dengan sesamanya (hab-lum-minannas) sebagai inti sari dari Islam.

Rasulullah SAW. melakukan shalat rutin selama hidupnya setiap hari 40 rakaat, yakni 17 rakaat shalat wajib, 10 rakaat shalat rawatib yang mengiringi shalat wajib, 11 rakaat shalat tahajud dan witir, serta 2 rakaat shalat syukrul wudu setelah berwudu. Jumlah 40 (empat puluh) rakaat biasa kita lakukan saat bulan Ramadhan bahkan bisa berlebih. Namun selepas Ramadhan, jumlah rakaat shalat kita berkurang drastis. Setidaknya jangan sampai kita meninggalkan shalat wajib 17 (tujuh belas) rakaat.

Nabi Muhammad SAW. bersabda, "Jika kau ingin berusaha menghapuskan dosa, perbanyaklah shalat. Ketika engkau dihadapkan pada keadaan gelisah dan kebimbangan dalam menjalani kehidupan, maka dirikanlah shalat. Ketika kau dihadapkan dalam suatu masalah dan engkau tidak bisa mengambil keputusan, maka dirikanlah shalat."

Soal menolong sesama manusia dapat ditemukan dalam puluhan ayat Al-Quran. Allah SWT. memberikan isyarat perlunya menolong orang-orang lemah dengan menyatakan, "Tahukah kamu apa sebenarnya pendaWan dan inti perjuangan seorang Muslim ?" Lalu, Allah SWT. sendiri menjawabnya, "Intisari dan seluruh gerak juang seorang Muslim adalah pembebasan yang lemah dan memberikan makan kepada orang-orang yang butuh makan."

Seorang penghuni surga digambarkan Al-Quran sedang mengajukan pertanyaan kepada penghuni neraka. "Mengapa kau masuk neraka Saqar dan mendapat siksa Allah ?" Penghuni neraka menjawab, "Kesalahanku cuma dua. Aku belum siap melaksanakan shalat saat hidup di dunia dan kami tidak sempat menolong si miskin."

Nabi Muhammad SAW. sendiri dalam ratusan haditstnya menyatakan pentingnya memperhatikan kondisi orang-orang lemah. Nabi SAW. menyatakan, "Berikan upah kepada pegawaimu sebelum keringatnya kering. Berikan makan kepada pembantumu apa yang biasa engkau makan, dan perlakukan anak yatim sebagaimana engkau memperlakukan anakmu sendiri."

Istri Nabi Muhammad SAW., Siti Aisyah RA., pernah menceritakan kepada Nabi SAW. adanya seorang wanita dusun yang rajin shalat wajib dan shalat sunah, tak pernah meninggalkan puasa wajib dan sunah, dan menunaikan ibadah haji yang tak cukup hanya sekali. Bahkan, wanita itu rajin memohon khusus kepada Allah untuk keselamatan Nabi dan keluarganya dengan membaca shalawat. Siti Aisyah RA. merasa yakin tipe wanita seperti itu yang akan masuk surga.

Di luar dugaan, Nabi SAW. menyatakan wanita tersebut merupakan contoh wanita yang akan mendapat siksa Allah dan dibenci-Nya. "Aku tahu wanita itu memang rajin shalat, taat menjalankan puasa, tak lepas dari zikir, berdoa tiada henti, dan melaksanakan ibadah haji. Namun, aku juga tahu wanita itu tak pernah rukun dengan tetangganya," jawab Rasulullah SAW.

Semoga kita bisa menjalin hubungan yang baik dengan Allah melalui shalat dan ibadah-ibadah khusus lainnya. Hubungan baik dengan sesama manusia juga harus tetap terjaga. Insya Allah !***

[Ditulis oleh KH. MIFTAH FARIDL, Ketua Umum MUI Kota Bandung, Ketua Yayasan Unisba, dosen ITB, dan pembimbing Haji Plus dan Umrah Safari Suci. Tulisan ini disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi hari Kamis (Pon) 29 Juli 2010, pada kolom "CIKARACAK"]

0 comments: