BERPADUNYA SABAR DAN SYUKUR

Iman, menurut Imam al-Gazali, setengahnya adalah sabar. Lalu, syukur adalah setengahnya lagi. Pada bulan Ramadhan ini, sabar dan syukur menjadi dua hal yang begitu khusus. Itulah makanya Ramadhan sering dinyatakan sebagai bulan pendidikan tentang sabar ("tarbiyyah shabr").

Sabar dikaitkan dengan segala bentuk amaliah ibadah, dapat dimaknai sebagai suatu ketaatan yang sungguh-sungguh di dalam menjalankan perintah Allah. Demikian pula halnya di dalam pelaksanaan ibadah shaum Ramadhan, karena kesabaran akan perintah-Nya-lah yang menjadikan kita dapat menjalankan ibadah shaum Ramadhan.

Tentu saja, pada saat kita menjalankan ibadah shaum, kesabaran yang harus kita miliki tidak sekadar pada persoalan tahannya mengadapi godaan rasa lapar, dahaga, dan nafsu syahwat lahiriah lainnya. Namun juga kesabaran di dalam menghadapi hal-hal yang dapat merusak dan menjadikan ibadah saum kita tidak diterima oleh Allah SWT.

Kita tidak ingin menjadi orang yang menjalankan ibadah shaum, tetapi digolongkan oleh Rasulullah SAW. sebagai orang yang tidak memperoleh nilai apa-apa. Sebagaimana ucapan beliau : "Banyak orang yang puasa, tetapi tidak dapat apa-apa dari puasanya kecuali rasa lapar saja. Dan banyak orang yang bangun beribadah, tetapi tidak dapat apa-apa kecuali menahan rasa kantuk." (HR. Ibnu Majah)

Bahkan lebih tegas lagi dinyatakan oleh beliau dalam hadits lainnya : "Barangsiapa yang tidak menghentikan omongan-omongan dusta kemudian melakukan kedustaan tersebut, maka Allah tidak merasa butuh pada orang itu meski telah meninggalkan makan dan minumnya." (HR. Bukhari).

Lalu berkaitan dengan sikap syukur kita kepada Allah SWT., pada saat kita menjalankan semua amaliah ibadah, termasuk amaliah ibadah shaum didalamnya, maka semestinyalah apa yang kita lakukan itu didorong oleh keinginan untuk bersyukur kepada-Nya. (QS. Al-Baqarah : 185)


Hidup yang kita jalani pada hakikatnya adalah sebuah anugerah yang wajib disyukuri.
وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا
"Jika kamu akan menghitung-hitung nikmat dari Allah, maka kamu tidak akan mampu untuk menghitungnya." (QS. An-Nahl : 18)

Jadi, tugas kita berkaitan dengan anugerah nikmat Allah tadi, tiada lain adalah mensyukurinya. Meskipun tentu saja upaya untuk senantiasa mensyukuri nikmat Allah tadi bukan pula perkara yang mudah.

Hal ini dapat dilihat dari apa yang diminta oleh Rasulullah SAW. dalam doanya, "Ya Allah, bantulah aku untuk dapat mengingat-Mu, untuk dapat mensyukuri nikmat-Mu, dan beribadah dengan benar kepada-Mu."

Betapa tingginya inti dari pendidikan yang terkandung dalam pelaksanan ibadah shaum Ramadhan. Keterpaduan antara sabar dan syukur mengutuhkan kepribadian orang-orang yang menjalankan ibadah Ramadhan dengan sungguh-sungguh.

Dengan sabar, terbentuklah jati diri seorang hamba Allah yang mampu bertahan dari godaan setan. Lalu dengan senantiasa bersyukur, maka ia bisa menggapai kemuliaannya.
لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ
"Jika kamu bersyukur, maka akan Kami (Allah) tambah lagi anugerah kebaikan untukmu." (QS. Ibrahim : 7)

Kita semua tentu saja ingin menjadi orang–orang yang berhasil melewati tempaan pendidikan Ramadhan . Terlebih-lebih tempaan tentang sikap sabar dan syukur yang menurut Imam al- Gazali tadi merupakan dua hal yang menjadi inti dari keimanan. Semoga kita mampu menggapai kemuliaan itu.****

[Ditulis Oleh : H. ABUBAKAR, Bupati Bandung Barat. Tulisan disalin dari dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi Selasa (Pon) 7 September 2010 pada Kolom "RAMADAN KARIM"]

0 comments: