MEMINJAMKAN UANG KEPADA ALLAH

Kedermawanan tampaknya menjadi ciri yang sangat menonjol dalam diri sahabat-sahabat Rasulullah SAW. Mereka berlomba-lomba menyedekahkan hartanya untuk keperluan jihad. Di antara para sahabat tersebut, nama Abdurrahman bin Auf sangatlah menonjol.

Pada suatu hari, dalam suatu majelis, Rasulullah SAW. bersabda, "Bersedekahlah tuan-tuan. Saya hendak mengirim suatu pasukan ke medan perang."

Mendengar ucapan Rasulullah SAW. tersebut Abdurrahman bergegas pulang ke rumahnya dan cepat pula kembali ke hadapan Rasulullah di tengah-tengah kaum Muslimin. Abdurrahman berkata, "Ya Rasulullah, saya mempunyai uang empat ribu. Dua ribu saya pinjamkan kepada Allah dan dua ribu saya tinggalkan untuk keluarga saya." Lalu uang yang dibawanya dari rumah diserahkannya kepada Rasulullah.

Sabda Rasulullah SAW., "Semoga Allah melimpahkan berkat-Nya kepadamu, terhadap harta yang kamu berikan, dan semoga Allah memberkati pula harta yang kamu tinggalkan untuk keluargamu."

Ketika Rasulullah SAW. bersiap untuk menghadapi Perang Tabuk, beliau membutuhkan jumlah dana dan tentara yang tidak sedikit, karena jumlah tentara musuh yaitu tentara Rum cukup banyak. Selain itu, Madinah tengah mengalami musim panas. Dana yang tersedia hanya sedikit.

Begitu pula hewan kendaraan tidak mencukupi. Oleh karena itu, Rasulullah SAW. memerintahkan kaum Muslimin mengorbankan harta benda mereka untuk jihad fi sabilillah. Dengan patuh dan setia kaum Muslimin memperkenankan seruan Nabi yang mulia.

Abdurrahman turut memelopori dengan menyerahkan dua ratus uqiyah emas. Melihat hal itu, Umar bin Khattab berbisik kepada Rasulullah, "Agaknya Abdurrahman berdosa tidak meninggalkan uang belanja sedikit pun untuk istrinya."

Rasulullah bertanya kepada Abdurrahman, "Adakah engkau tinggalkan untuk uang belanja istrimu ?"

Abdurrahman menjawab, "Ada. Mereka saya tinggali lebih banyak dan lebih baik daripada yang saya sumbangkan." Rasulullah bertanya, "Berapa ?" Abdurrahman menjawab, "Sebanyak rezeki, kebaikan, dan upah yang dijanjikan Allah."

Pada suatu hari iring-iringan kafilah dagang Abdurrahman yang terdiri atas tujuh ratus unta bermuatan penuh tiba di Madinah. Semuanya membawa pangan dan barang-barang lain kebutuhan penduduk.

Ketika mereka masuk kota, bumi seolah-olah bergetar. Terdengar suara gemuruh dan hiruk pikuk. Ummul mukminin Aisyah bertanya, "Suara apa yang hiruk pikuk itu ?" Orang-orang di sekitarnya menjawab, "Kafilah Abdurrahman dengan iring-iringan tujuh ratus ekor unta bermuatan penuh membawa pangan dan sandang serta lain-lainnya."

Aisyah RA. berkata, " dengan baktinya di dunia, serta pahala yang besar di akhirat. Saya mendengar Semoga Allah melimpahkan berkat-Nya bagi Abdurrahman Rasulullah bersabda, ’Abdurrahman bin Auf masuk surga dengan merangkak’."

Sebelum menghentikan iring-iringan unta, seorang pembawa berita mengabarkan kepada Abdurrahman berita gembira yang disampaikan ummul mukminin Aisyah tersebut. Abdurrahman pun bergegas menemui Aisyah. Dia mengatakan, "Wahai ummul mukminin, apakah engkau mendengar sendiri ucapan itu diucapkan Rasulullah ?" "Ya, saya mendengar sendiri," jawab Aisyah

Abdurrahman melonjak kegirangan dan berkata, "Seandainya saya sanggup, saya akan memasukinya dengan berjalan. Sudilah Ibu menyaksikan, kafilah ini dengan seluruh kendaraan dan muatannya kuserahkan untuk jihad fi sabilillah."

Sejak berita yang membahagiakan itu, semangatnya semakin memuncak untuk mengorbankan kekayaannya di jalan Allah. Hartanya dinafkahkannya dengan kedua belah tangan, baik secara sembunyi-sembunyi atau terang-terangan sehingga mencapai 40.000 dirham perak.

Kemudian menyusul pula 40.000 dinar emas. Sesudah itu dia bersedekah lagi 200 uqiyah emas lalu diserahkannya pula 500 ekor kuda kepada para pejuang. Sesudah itu, 1.500 ekor unta untuk pejuang yang lain. Dan tatkala dia hampir meninggal dunia, dimerdekakannya sejumlah besar budak-budak yang dimilikinya.

Kemudian diwasiatkannya supaya memberikan 400 dinar emas kepada masing-masing alumni pejuang Perang Badar. Mereka berjumlah seratus orang, dan semua mengambil bagiannya masing-masing.

Dia berwasiat pula supaya memberikan hartanya yang paling mulia untuk para istri-istri Nabi sehingga Aisyah sering mendoakannya, "Semoga Allah memberinya minum dengan minuman dari telaga salsabil."

Selain itu, dia meninggalkan warisan untuk ahli warisnya sejumlah harta yang hampir tak terhitung jumlahnya. Dia meninggalkan kira-kira 1.000 ekor unta, 100 ekor kuda, 3.000 ekor kambing. Dia beristri empat orang. Masing-masing mendapat pembagian khusus 80.000. Di samping itu masih ada peninggalannya berupa emas dan perak, yang kalau dibagi-bagikan kepada ahli warisnya dengan mengampak, potongan-potongannya cukup menjadikan seorang ahli warisnya menjadi kaya raya.

Pada suatu hari dihidangkan orang kepadanya makanan, padahal ia berpuasa. Dia menengok makanan itu seraya berkata, "Mush`ab bin Umair tewas di medan juang. Dia lebih baik daripada saya. Waktu dikafani, jika kepalanya ditutup, kakinya terbuka. Dan jika kakinya ditutup, terbuka kepalanya. Kemudian Allah membentangkan dunia ini bagi kita seluas-luasnya. Sesungguhnya saya sangat takut kalau-kalau pahala untuk kita disegerakan Allah dengan memberikannya kepada kita (di dunia ini)." Sesudah berkata begitu, dia menangis tersedu-sedu sehingga nafsu makannya jadi hilang.

Berbahagialah Abdurrahman bin Auf dengan ribuan karunia dan kebahagiaan yang diberikan Allah kepadanya. Rasulullah SAW. yang ucapannya terbukti benar, telah memberinya kabar gembira dengan surga jannatun naim.

Telah turut mengantarkan jenazahnya ke tempatnya terakhir di dunia, antara lain sahabat yang mulia Sa`ad bin Abi Waqash. Pada salat jenazahnya turut pula antara lain Dzun Nurain Utsman bin Affan. Kata sambutan saat pemakaman, disampaikan Amirul mukminin Ali bin Abi Thalib karamallaahu wajhah. Dalam kata sambutannya antara lain Ali berkata, "Anda telah mendapatkan kasih sayang Allah, dan Anda berhasil menundukkan kepalsuan dunia." ***

[Ditulis Oleh Hj. NUNUNG KARWATI, serta tulisan disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi Rabu (Pahing) 1 September 2010 pada Kolom "KISAH RAMADAN"]

0 comments: