STRATEGI JEBAKAN SETAN

Dikisahkan seorang suami istri yang hidup dalam kemiskinan dan kekurangan. Meskipun melarat, mereka taat kepada perintah Allah. Segala yang dilarang Allah dihindari dan ibadah mereka tekun sekali. Si suami adalah seorang yang alim yang takwa dan tawakal.

Pada suatu hari, lelaki yang alim itu berangkat ke ibu kota hendak mencari pekerjaan. Di tengah perjalanan ia melihat sebatang pohon besar yang sedang disembah dan dipuja oleh masyarakat sekitar. Melihat pohon disembah orang, tergerak hatinya untuk menebang pohon itu. Akan tetapi, ketika hendak menuju pohon besar itu, tiba-tiba ia dihadang oleh seseorang yang tinggi besar dan hitam. Dia adalah iblis.

Iblis itu menghalangi laki-laki alim tersebut sehingga terjadilah perkelahian di antara mereka. Kalau melihat perbedaan badannya, seharusnya orang alim itu dengan mudah dibinasakan. Namun, ternyata iblis menyerah kalah dan ampun. Kemudian dengan berdiri menahan kesakitan, dia berkata, "Tuan, maafkanlah kekasaran saya. Saya tak akan berani lagi mengganggu Tuan. Sekarang pulanglah. Saya berjanji, setiap pagi, apabila Tuan selesai menunaikan shalat Subuh, di bawah tikar tuan saya sediakan uang emas empat dinar."

Mendengar janji iblis dengan uang emas empat dinar itu, lunturlah kekerasan tekad si alim tadi. Ia teringat akan istrinya yang ingin hidup berkecukupan. Patah niatnya semula hendak memberantas kemungkaran. Hari pertama, ketika si alim selesai shalat, dibukanya tikar yang menjadi alas shalatnya. Betul, di situ tergolek empat benda berkilat, empat dinar uang emas. Dia meloncat riang, istrinya gembira. Begitu juga hari yang kedua. Empat dinar emas. Ketika pada hari yang ketiga, matahari mulai terbit dan dia membuka tikarnya, masih didapatinya uang itu. Akan tetapi, pada hari keempat, dia mulai kecewa. Di bawah tikarnya tidak ada apa-apa lagi, keculai tikar pandan yang rapuh. Istrinya mulai marah karena uang yang kemarin sudah dihabiskan sama sekali.

Merasa dipermainkan oleh si iblis, lelaki tersebut langsung bergegas hendak menebang pohon besar yang disembah penduduk. Di tengah perjalanan, iblis berdiri siap menghadang lagi. Akhirnya terjadilah perkelahian yang kedua kalinya. Akan tetapi, kali ini bukan iblis yang kalah, tetapi si alim yang terkulai. Dalam kesakitan, si alim tadi bertanya penuh heran, "Dengan kekuatan apa engkau dapat mengalahkan saya ? Padahal, dulu engkau tidak berdaya sama sekali."

Iblis itu dengan angkuh menjawab, "Tentu saja engkau dahulu boleh menang, karena waktu itu engkau keluar rumah untuk Allah, demi Allah. Andai kukumpulkan seluruh bala tentaraku menyerangmu sekalipun, aku tak akan mampu mengalahkanmu. Sekarang kamu keluar dari rumah hanya karena tidak ada uang di bawah tikar sajadahmu. Maka, biarpun kau keluarkan seluruh kekuatanmu, tidak mungkin kamu mampu menjatuhkan aku."

Mendengar penjelasan iblis ini, si alim tadi termangu-mangu. Ia merasa bersalah dan niatnya memang sudah tidak ikhlas karena Allah lagi. Sebab tujuannya adalah karena harta benda, mengatasi keutamaan Allah dan agama.

Cerita di atas memberikan pelajaran bagi kita bahwa iblis dan setan akan selalu menggoda dan menjerumuskan seorang mukmin dengan strategi-strategi jitu yang sudah dipersiapkannya. Menurut Ashabuny dalam tafsir ayat Al-Ahkam, setan berasal dari kata syathana artinya menjauh. Dinamai setan karena dia menjauhkan manusia dari jalan kebenaran. Setan pernah bersumpah akan menjauhkan manusia dari jalan yang benar dan akan menyesatkan manusia dari segala penjuru.

Dalam QS. Al-A’raf ayat 16-17 dinyatakan,
قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ
ثُمَّ لَآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ ۖ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ

"Setan berkata, ’Karena engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan menghalang-halangi manusia dari jalan Engkau yang lurus. Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur’."

Setiap manusia berpeluang terjerumus dalam jeratan setan karena Allah menyertakan setan pada diri manusia, bahkan ia berada pada aliran darah manusia. Dalam hadis dinyatakan, "Sesungguhnya setan berada pada peredaran darah manusia dan aku khawatir ia membisikkan keburukan pada hatimu." (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam menjalankan strateginya, setan mempunyai dua target, yaitu memperbudak manusia dan mengondisikan manusia untuk lupa kepada Allah SWT.
اسْتَحْوَذَ عَلَيْهِمُ الشَّيْطَانُ فَأَنْسَاهُمْ ذِكْرَ اللَّهِ ۚ أُولَٰئِكَ حِزْبُ الشَّيْطَانِ ۚ أَلَا إِنَّ حِزْبَ الشَّيْطَانِ هُمُ الْخَاسِرُونَ
"Setan telah menguasai mereka, lalu menjadikan mereka lupa kepada Allah. Mereka itulah golongan setan. Ketahuilah, sesungguhnya golongan setan itulah golongan yang merugi." (QS. Al-Mujadilah : 19)

Untuk menjadikan manusia budaknya dan lupa kepada Allah, setan telah memasang jebakan-jebakan untuk menjerat setiap orang Mukmin. Jebakan-jebakan itu di antaranya,
  • Pertama, waswasah ini digunakan setan dengan membisikkan keraguan pada manusia agar tidak bersegera melakukan kebaikan dan amal saleh. Ketika tugas dan kewajiban memanggil untuk segera dilaksanakan, setan membisikkan dengan kenikmatan tayangan televisi atau kegiatan lain yang tidak bermanfaat. Kita lebih nikmat terbalut selimut daripada bersegera wudhu dan pergi ke masjid. Itulah waswasah-nya setan.
  • Kedua, jebakan tazyin. Strategi ini digunakan setan dengan membungkus kemaksiatan dengan kenikmatan. Salah satu contohnya adalah kita kadang merasa terkesan jalan-jalan saat pacaran dibandingkan dengan setelah menikah. Ini adalah karena unsur tazyin. Pacaran itu maksiat, sedangkan nikah itu ibadah.
  • Ketiga, jebakan tamanni. Jeratan ini digunakan setan untuk memperdaya manusia dengan khayalan dan angan-angan. Jeratan ini berhasil terhadap manusia yang terlalu banyak keinginan, angan-angan, dan harapan, sedangkan kenyataan hidupnya jauh dari angan-angan tersebut. Akhirnya dengan menghalalkan segala cara, ia berupaya menggapai, merebut, dan merampas segala keinginannya.
  • Keempat, jebakan ’adawah. Strategi ini digunakan setan untuk menumbuhkan permusuhan di antara sesama Muslim. Setan menumbuhkan prasangka buruk di antara manusia agar mereka saling membenci dan bermusuhan. ’Adawah ini menyeret manusia menjadi makhluk pemarah, iri dan hasud, serta tamak dan rakus terhadap sesama.
  • Kelima, jeratan takhwif. Strategi ini menjadikan manusia enggan berbuat baik karena ketakutan-ketakutan yang tidak mendasar. Mungkin kita sering merasa takut menginfakkan sebagian harta kita karena takut jatuh miskin. Kita sering takut berbuat jujur dan mengungkapkan kebenaran karena takut dipecat oleh atasan.
  • Keenam, jebakan shaddun. Strategi ini dijalankan setan dengan menghalang-halangi manusia menjalankan perintah Allah SWT. dengan menggunakan berbagai hambatan. Kita sering merasa malas untuk melaksanakan shalat sunat padahal biasanya rajin. Kita sering merasa ngantuk sewaktu membaca Al-Quran padahal kita sudah cukup tidur. Itulah shaddun setan.
Semua strategi jebakan di atas dijalankan oleh setan secara sungguh-sungguh. Maka, upaya agar terhindar dari jeratannya, kita harus selalu ingat kepada Allah SWT karena Allah itu lebih dekat daripada urat leher kita sendiri. Jangan lengah dari aturan-aturan-Nya, barengi seluruh aktivitas kita dengan doa dan dzikir serta memohon perlindungan-Nya. ***

[Ditulis oleh USEP SAEFUROHMAN, pegiat Majelis Taklim Pemuda Yayasan Pesantren Islam (YPI) Wilayah Pacet, Koordinator Kajian Ilmu Muslim Muda (KIMM) Kabupaten Bandung. Tulisan disalin Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi Jumat (Kliwon) 24 September 2010 pada Kolom "RENUNGAN JUMAT"]

0 comments: