JANGAN PUTUS ASA DARI RAHMAT ALLAH

Hingga kini, masih banyak orang yang menyangka bahwa karena dosanya telah bertumpuk, tidak mungkin diampuni lagi oleh Allah SWT. Oleh karena itu, jadilah ia seorang yang berputus asa terhadap ampunan, rahmat, serta kasih sayang Allah. Dunia seakan terasa sempit dan gelap menurut pandangannya.

Selama ini, ia tidak sedikit pun mengindahkan ajaran agamanya. Bahkan ia selalu menentang petunjuk yang terdapat di dalamnya. Dia telah dibingungkan oleh rasa putus asa, seolah tidak ada harapan lagi yang tampak olehnya, untuk kembali dari kesesatan dan maksiat yang selalu diperbuatnya. Seolah tidak tampak lagi olehnya jalan kebenaran dan kebaikan yang akan ditempuhnya.

Akan tetapi, Allah SWT. Maha Pengampun dan Penerima Tobat. Sebesar apa pun dosa hamba-Nya, Dia tetap mengasihi, menyantuni, dan melarangnya berputus asa terhadap rahmat dan kasih sayang-Nya. Sebagaimana firman-Nya,
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
"Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. A-Zumar : 53)

Jangankan untuk orang-orang yang beriman, untuk orang-orang yang musyrik pun masih terbuka lebar-lebar pintu tobat apabila mereka benar-benar bertobat dan istikamah dalam Islam, kemudian beriman dan bertakwa kepada Allah dan Rasul-Nya.

Diriwayatkan dalam suatu hadis oleh Imam Ahmad dari Amr bin Anbasah, telah datang menemui Rasulullah SAW. seorang yang telah tua renta bertanya kepada beliau. "Wahai Rasulullah, saya telah banyak melakukan dosa, kesalahan, dan maksiat." Rasulullah SAW. berkata, "Apakah engkau telah mengakui bahwa tiada Tuhan selain Allah ?" Orang tua itu menjawab, "Benar, bahkan saya mengakui bahwa engkau adalah utusan Allah." Rasulullah SAW. menegaskan bahwa Allah mengampuni semua kesalahan dan maksiat yang telah dia lakukan itu.

Hadis tersebut serta hadis-hadis lainnya yang senada menegaskan, Allah mengampuni semua dosa dan kesalahan, sebesar apa pun dan sebanyak dosa dan kesalahan itu. Asalkan, seorang hamba itu benar-benar bertobat (taubatan nasuha) dengan setulus hatinya, dan berikrar tidak mengulangi lagi dosa-dosa dan kesalahan yang telah diperbuatnya, serta selanjutnya senantiasa melakukan amal-amal saleh.

Janganlah seorang hamba berputus asa terhadap ampunan, rahmat, serta kasih sayang Allah, karena pintu rahmat-Nya terbuka seluas-luasnya bagi orang yang mau bertobat, sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya.
وَمَنْ يَعْمَلْ سُوءًا أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللَّهَ يَجِدِ اللَّهَ غَفُورًا رَحِيمًا
"Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. An-Nisa : 110)

Namun, pada ayat sebelumnya, Allah mengingatkan dengan tegas, Dia mengampuni segala dosa, kecuali dosa syirik, yaitu menyekutukan Allah bila tidak bertobat dan terus terbawa mati. Sebagaimana firman-Nya,
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ ۚ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَىٰ إِثْمًا عَظِيمًا
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar." (QS. An-Nisa : 48)

Memang sangat besar dan luas rahmat Allah terhadap hamba-hamba-Nya. Hamba-Nya yang telah melampaui batas mendurhakai-Nya dengan mengabaikan perintah-Nya, melanggar hukum-hukum yang telah ditetapkan-Nya, bergelimang dalam dosa dan maksiat, masih saja dipanggil-Nya dan dinasihati-Nya supaya jangan berputus asa terhadap ampunan dan rahmat-Nya.

Rasulullah SAW. menjelaskan, rahmat atau kasih sayang Allah SWT. itu ada seratus bagian. Ditahan oleh Allah 99 bagian sampai hari kiamat. Sementara yang satu bagian diturunkan Allah SWT. ke dunia. Dengan satu rahmat saja, kasih sayang Allah yang antara lain berupa berbagai kenikmatan hidup dapat dinikmati oleh seluruh makhluk yang ada di langit dan bumi. Bagi manusia, kenikmatan hidup itu diturunkan tanpa membedakan antara orang yang beriman dan yang tidak beriman. Bisa dibayangkan, sisa rahmat Allah yang 99 bagian, yang akan diturunkan Allah SWT. setelah hari kiamat (hari pembalasan), yang akan dianugerahkan khusus kepada orang-orang yang beriman dan bertakwa, yang taat atas segala perintah dan larangan Allah dan Rasul-Nya.

Sebagaimana hadis berikut. Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA., dia berkata, "Saya mendengar Rasulullah SAW. bersabda, Allah menjadikan kasih sayang terbagi menjadi seratus bagian. Yang 99 bagian ditahan-Nya (untuk diberikan kelak di surga), sedangkan yang satu bagian diturunkan-Nya ke bumi. Dengan satu bagian ini, sesama makhluk saling menyayangi, sehingga seekor kuda betina menghindarkan kakinya dari anaknya karena khawatir menginjaknya." (HR. Bukhari)

Di dalam Al-Quran dan hadis, banyak diterangkan tentang surga, baik yang menyangkut penghuninya maupun keadaan surga. Surga adalah suatu tempat di alam akhirat yang disediakan oleh Allah SWT. dengan aneka macam kesenangan dan kenikmatan yang belum pernah dilihat mata, belum pernah didengar telinga, dan belum pernah tergores dalam hati manusia. Bayangkan saja 99 bagian rahmat Allah diturunkan di surga ini, tak terbayangkan betapa kenikmatannya. Semuanya akan diberikan kepada orang-orang yang beriman dan bertakwa serta suka beramal saleh, yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka kekal di dalamnya.

Jadi, kalau masih ada manusia yang tidak mengacuhkan anjuran-Nya, manusia itulah manusia jahat yang tidak diharapkan lagi daripadanya kebaikan apa pun. Manusia seperti ini pantas mendapatkan kemurkaan-Nya selama-lamanya, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Wajarlah bila ia dilemparkan ke dalam neraka Jahannam, meringkuk di dalamnya selama-lamanya. Nauu’dzubillah! Wallahu’alam.

[Ditulis oleh H. EDDY SOPANDI, peserta majelis taklim di beberapa masjid, antara lain Al-Furqon UPI, Istiqamah, Viaduct, dan Salman ITB. Tulisan disali dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi Jumat (Pon) 22 Oktober 2010 pada Kolom "RENUNGAN JUMAT"]

0 comments: