KEAGUNGAN JIWA & AKHLAK RASULULLAH SAW.

Rasulullah SAW. adalah gudangnya sifat-sifat kesempurnaan yang sulit dicari bandingannya. Allah SWT. telah membimbing dan membuatnya maksum, sampai-sampai Allah memuji beliau,

وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ
"Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung." (QS. Al-Qalam : 4)

Sifat-sifat yang sempurna inilah yang membuat jiwa orang-orang merasa dekat dengan beliau, membuat hati mereka mencintai beliau, menempatkan beliau sebagai panutan dan pimpinan yang menjadi tumpuan harapan. Bahkan, orang-orang yang dulunya bersikap keras terhadap beliau berubah menjadi lemah lembut. Hingga akhirnya mereka masuk ke dalam agama Allah.

Sejarah mencatat, sebelum kenabian (nubuwah) beliau sudah dijuluki Al-Amin (orang yang tepercaya) oleh orang-orang Quraisy waktu itu, karena kejujuran dan kesantunannya, serta tidak pernah berdusta. Ummul Mukminin Khadijah RA., istri beliau, menggambarkan, "Beliau membawa bebannya sendiri, menyantuni orang miskin, menjamu tamu, dan menolong siapa pun yang menegakkan kebenaran." (HR. Bukhari)

Sebelum Islam yaitu pada masa jahiliah, beliau ditunjuk sebagai pengambil keputusan. Orang-orang Quraisy waktu itu sedang merenovasi Kabah. Mereka membagi sudut-sudut Kabah untuk direnovasi oleh kabilah-kabilah (kelompok suku) yang berpengaruh waktu itu. Tatkala pembangunan sudah sampai di bagian Hajar Aswad, mereka saling berselisih tentang siapa, kabilah mana yang berhak mendapat kehormatan untuk meletakkan Hajar Aswad di tempatnya semula. Perselisihan meruncing, bahkan menjuras kepada pertumpahan darah antar kabilah, di Tanah Suci.

Abu Umayyah tampil dan menawarkan jalan keluar dari kemelut di antara mereka, dengan menyerahkan urusan ini kepada siapa pun yang pertama kali lewat pintu masjid. Mereka menerima usulan ini. Allah SWT. menakdirkan orang yang berhak tersebut adalah Muhammad, yang pertama kali masuk lewat pintu masjid. Tatkala mengetahui hal ini, orang-orang saling berbicara, "Inilah Al-Amin. Kami ridha kepadanya. Inilah dia Muhammad."

Setelah semua orang berkumpul, Muhammad meminta sehelai selendang. Lalu beliau meletakkan Hajar Aswad di tengah-tengah selendang, lalu meminta pemuka-pemuka kabilah yang berselisih untuk memegang ujung-ujung selendang. Kemudian memerintahkan mereka, secara bersama-sama mengangkatnya. Setelah mendekati tempatnya, beliau mengambil Hajar Aswad dan meletakkannya di tempat semula. Ini merupakan keputusan sangat jitu dan diridhai semua orang. Inilah peristiwa yang sangat fundamental menjelang kenabian beliau.

Selang beberapa waktu kemudian, turun perintah melaksanakan dakwah dari Allah SWT. kepada Nabi Muhamad SAW., mulailah tugas kenabian. Beliau langsung mendapat berbagai perintah, sebagaimana firman-Nya (QS. Al-Mudatsir : 1-7),

يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ
قُمْ فَأَنذِرْ
وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ
وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ
وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ
وَلَا تَمْنُن تَسْتَكْثِرُ
وَلِرَبِّكَ فَاصْبِرْ

"Hai orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu berilah peringatan ! dan Tuhanmu agungkanlah ! dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa tinggalkanlah, dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah."

Hal-hal yang terangkum dalam ayat-ayat ini meliputi :
  1. Tauhid, keesaan Allah, tiada Tuhan selain Allah.
  2. Iman kepada hari akhirat.
  3. Membersihkan jiwa dengan menjauhi kemungkaran dan kekejian.
  4. Menyerahkan semua urusan kepada Allah.
  5. Semua itu dilakukan setelah beriman kepada risalah Muhammad, bernaung di bawah kepemimpinan dan bimbingan beliau yang lurus.
Oleh karena itu, Rasulullah SAW. bangkit, dan setelah itu selama 25 tahun beliau tidak pernah istirahat dan diam. Tidak hidup untuk diri sendiri dan keluarga beliau. Beliau bangkit dan seriantiasa bangkit untuk berdakwah, memanggul beban yang sangat berat di pundaknya. Tidak mengeluh dalam melaksanakan beban amanat yang besar di muka bumi ini, memikul beban kehidupan manusia, beban akidah, perjuangan dan jihad di berbagai medan. Karakteristik yang paling menonjol dari diri Rasulullah SAW. adalah memiliki keberanian, patriotisme, dan kekuatan yang sulit diukur. Beliau adalah orang yang paling berani, mendatangi tempat-tempat yang sulit. Beliau adalah orang yang tegar dan tidak bisa diusik, terus maju dan tidak mundur, serta tidak gentar. Ali RA. berkata, "Jika kami sedang dikepung ketakutan dan bahaya maka kami berlindung kepada Rasulullah SAW. Tak seorang pun yang lebih dekat jaraknya dengan musuh selain beliau."

Rasulullah adalah orang yang paling adil, paling mampu menahan diri, paling jujur perkataannya, dan paling besar amanatnya. Orang yang mendebat bahkan musuh beliau pun mengakui hal ini. Karakter lainnya dari Nabi SAW. adalah orang yang paling tawadhu (merendahkan diri) dan paling jauh dari sifat sombong. Beliau yang paling aktif memenuhi janji, menyambung silaturahmi, paling menyayangi, dan bersikap lembut terhadap orang lain. Paling bagus pergaulannya dari akhlaknya. Tidak membalas keburukan dengan keburukan serupa, tetapi memaafkan dan lapang dada. Mencintai orang miskin dan suka duduk-duduk bersama mereka, menghadiri jenazah mereka. Beliau adalah pemurah hati dan kedermawanan beliau sulit digambarkan.

Ibnu Abbas berkata, "Nabi SAW. adalah orang yang paling murah hati. Terlebih pada bulan Ramadhan. Beliau benar-benar lebih murah hati untuk hal-hal yang baik daripada angin yang berhembus." Jabir juga berkata, "Tidak pernah beliau diminta sesuatu, lalu menjawab 'tidak'." (HR. Bukhari) Nabi SAW. pun adalah seorang yang paling malu dan suka menundukkan mata. Abu Sa'id Al-Khudry berkata, "Beliau adalah orang yang lebih pemalu dari gadis pingitan. Jika tidak menyukai sesuatu maka bisa diketahui dari raut wajahnya." (HR. Bukhari)

Beliau selalu menahan lidahnya, kecuali untuk hal-hal yang dibutuhkan, mempersatukan para sahabat, dan tidak memecah belah mereka. Beliau tidak duduk dan tidak bangkit kecuali dengan zikir. Sifat-sifat di atas hanya sebagian kecil dari gambaran kesempurnaan dan keagungan sifat-sifat beliau. Rasulullah SAW. adalah hamba pilihan Allah, yang senantiasa dibimbing wahyu dan dimaksum, serta mendapat cahaya Rabb-Nya, sehingga akhlaknya pun Al-Quran.***

[Ditulis Oleh H. EDDY SOPANDI, peserta majelis taklim di beberapa masjid, antara lain Al-Furqon UPI, Istiqomah, Viaduct, Salman ITB. Tulisan disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi Jumat (Wage) 25 Januari 2011 pada Kolom "RENUNGAN JUMAT"]

0 comments: