AL-AWWAL DAN AL-AKHIR

Di antara Al-Asma`ul Husna adalah Al-Awwal dan Al-Akhir sebagaimana termaktub dalam firman Allah berikut ini :

هُوَ اْلأَوَّلُ وَالآخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ

Dialah Yang Awal dan Yang Akhir; Yang Zhahir dan Yang Bathin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-Hadid : 3)

Sebagaimana disebutkan pula dalam hadits
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sekaligus keterangan Beliau tentang makna berikut ini :

Suhail mengatakan: “Dahulu Abu Shalih memerintahkan kami apabila seseorang di antara kami hendak tidur agar berbaring di atas sisi kanan lalu mengucapkan :

اللَّهُمَّ رَبَّ السَّمَاوَاتِ وَرَبَّ اْلأَرْضِ وَرَبَّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ رَبَّنَا وَرَبَّ كُلِّ شَيْءٍ، فَالِقَ الْحَبِّ وَالنَّوَى وَمُنْزِلَ التَّوْرَاةَ وَاْلإِنْجِيْلَ وَالْفُرْقَانَ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ كُلِّ شَيْءٍ أَنْتَ آخِذٌ بِنَاصِيَتِهِ، اللَّهُمَّ أَنْتَ اْلأَوَّلُ فَلَيْسَ قَبْلَكَ شَيْءٌ وَأَنْتَ اْلآخِرُ فَلَيْسَ بَعْدَكَ شَيْءٌ وَأَنْتَ الظَّاهِرُ فَلَيْسَ فَوْقَكَ شَيْءٌ وَأَنْتَ الْبَاطِنُ فَلَيْسَ دُوْنَكَ شَيْءٌ، اقْضِ عَنَّا الدَّيْنَ وَأَغْنِنَا مِنَ الْفَقْرِ

Ya Allah Rabb sekalian langit dan bumi dan Rabb ‘Arsy yg agung Rabb kami dan Rabb segala sesuatu Allah yang menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan. Yang menurunkan Taurat Injil dan Al-Qur`an Aku berlindung dari kejahatan segala sesuatu yang Engkaulah yang menguasai ubun-ubunnya. Ya Allah engkaulah Al-Awwal yang tiada sesuatu sebelum-Mu dan engkaulah Al-Akhir yang tiada sesuatu setelah-Mu Engkaulah Yang Zhahir Yang tiada sesuatu di atas-Mu dan engkau Al-Bathin tiada yang lebih dekat dari-Mu sesuatupun lunasilah hutang kami dan cukupilah kami dari kefakiran.” (Dari Abu Shalih meriwayatkan ini dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam)

Makna
Al-Awwal adalah Dzat yang tiada sesuatu sebelum-Nya sehingga nama ini menunjukkan kedahuluan Allah. Dan kedahuluan Allah itu bersifat mutlak bukan kedahuluan yang relatif semacam bila dikatakan : Ini lebih awal dibanding yang setelah dan ada yang lain sebelumnya. Sehingga nama Allah Al-Awwal menunjukkan bahwa segala sesuatu selain-Nya baru ada setelah sebelum tiada.

Hal ini menuntut seorang hamba agar memerhatikan keutamaan
Rabb dalam tiap ni’mat baik berupa ni’mat agama ataupun dunia di mana sebab dan musabab berasal dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Makna
Al-Akhir adalah Dzat yang tiada sesuatu setelah-Nya. Nama Allah Subhanahu wa Ta’ala ini menunjukkan keabadian-Nya dan kekekalan-Nya. Dan ini menunjukkan Dia bahwa merupakan tujuan dan tempat bergantung yang seluruh makhluk menuju kepada-Nya dengan ibadah harapan rasa takut dan seluruh keperluan mereka.

Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullahu mengatakan : “Dan janganlah dipahami bahwa ini menunjukkan batas akhir-Nya. Karena ada juga hal-hal yang abadi namun berupa makhluk seperti al-jannah dan an-nar. Atas dasar itu maka Al-Akhir mengandung makna bahwa Ia meliputi segala sesuatu tiada kesudahan bagi keakhiran-Nya.”

Asy-Syaikh Abdurrahman As-Sa’di mengatakan : “Perhatikanlah makna-makna yang agung ini yang menunjukkan keesaan Rabb Yang Maha Agung dalam hal kesempurnaan dan liputan-Nya yang mutlak. Baik yang berkaitan dengan liputan waktu yaitu pada nama-Nya Al-Awwal dan Al-Akhir maupun yang berkaitan dengan tempat yaitu pada nama-Nya Azh-Zhahir dan Al-Bathin.

Ibnul Qayyim menjelaskan : “Keawalan Allah Subhanahu wa Ta’ala mendahului keawalan segala sesuatu dan keakhiran-Nya tetap setelah keakhiran segala sesuatu. Sehingga makna keawalan-Nya adalah kedahuluan-Nya atas segala sesuatu dan makna keakhiran-Nya adalah kekekalan-Nya setelah segala sesuatu Poros empat nama ini adalah pada makna liputan yaitu dua liputan yang berkaitan dengan waktu dan tempat maka segala yang mendahului itu berakhir pada kedahuluan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan segala yang berakhir maka kembali kepada keakhiran Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sehingga dua nama tersebut meliputi segala sesuatu yang awal dan akhir. Tiada sesuatu yang awal melainkan Allah mendahului dan tiada sesuatu yang akhir melainkan Allah Subhanahu wa Ta’ala setelahnya. Sehingga Al-Awwal arti kedahuluan-Nya dan Al-Akhir arti keabadian-Nya.

KONSEKUENSI KEIMANAN HAMBA TERHADAP NAMA AL-AWWAL DAN AL-AKHIR
Pada jiwa seseorang dua nama tersebut akan menimbulkan pengaruh sebagaimana yang dikatakan
Ibnul Qayyim rahimahullahu : “Manakala seorang hamba mengimani nama tersebut maka perhatikanlah buah ibadah dari dua nama ini dan bagaimana kedua mengharuskan pasrah yang sempurna kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala semata serta membuahkan rasa butuh yang terus menerus kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala tanpa selain-Nya dan bahwa semua urusan bermula dari-Nya dan kembali kepada-Nya.

Wallahu a'lam.

Sumber Bacaan:
-
Shifatullah Al-Waridah fil Kitabi was Sunnah
-
Syarh Al-Wasithiyyah karya Ibnu ‘Utsaimin
-
Syarh Al-Wasithiyyah karya Muhammad Al-Harras
-
Syarh An-Nuniyyah karya Muhammad Al-Harras
-
Thariqul Hijratain karya Ibnul Qayyim
- dll.

[Ditulis oleh AL-USTADZ QOMAR ZA. Lc. Dari : RAHMAT BLOG - http://blog.re.or.id/]

0 comments: