QADA DAN QADAR

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar orang berkata, "Nasib diri kita ditentukan kita sendiri. Rajinlah bekerja pasti sukses." Di lain pihak, ada juga seseorang yang berkata, "Tak perlu bekerja maksimal karena nasib kita sudah ditentukan Allah. Kita hanya bisa menerima. Sudah, pasrah saja."

Dalam ajaran Islam, dikenal adanya iman kepada Qada dan Qadar Allah. Hal itu berdasarkan pada hadits Nabi Muhammad SAW. yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, yang mengisahkan dialog antara Nabi dan seorang tamu yang kemudian diketahui sebagai Malaikat Jibril AS. Sang tamu menanyakan tiga hal kepada Nabi, yakni makna Iman, Islam, dan Ihsan. Untuk persoalan Iman, Nabi Muhammad SAW. menjawab, "Iman adalah engkau mengimani Allah, malaikat, kitab, rasul, hari akhir, dan Qada-Qadar yang baik ataupun buruk." Mendengar jawaban Nabi, sang tamu pun berkomentar, "Engkau benar."

Al-Qur'an tidak pernah menerangkan urutan keimanan dalam rukun iman yang diakhiri dengan iman kepada Qada dan Qadar. Al-Qur'an menyebutkan Qada dan Qadar dalam banyak ayat terpisah. Oleh karena itu, ada sebagian ulama yang menyebutkan rukun iman hanya sampai lima yakni hari akhir, sedangkan Qada dan Qadar tetap harus diimani layaknya kewajiban mengimani adanya jin, setan, dan lain-lain.

Apabila kita keliru dalam memahami ayat-ayat Al-Qur'an akan terkesan Allah menentukan segala-galanya dan manusia tidak mempunyai hak apa pun untuk menentukan nasibnya sendiri.

Ayat Al-Qur'an yang menentukan kekuasaan Allah Maha Mutlak antara lain :

وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الْإِنسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَىٰ بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا ۚ وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُ ۖ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُونَ
"Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan." (QS. Al-An'aam : 112),

لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِّن بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنفُسِهِمْ ۗ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُ ۚ وَمَا لَهُم مِّن دُونِهِ مِن وَالٍ
"Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia." (QS. Ar-Ra'd : 11),

فَإِن تَوَلَّوْا فَقَدْ أَبْلَغْتُكُم مَّا أُرْسِلْتُ بِهِ إِلَيْكُمْ ۚ وَيَسْتَخْلِفُ رَبِّي قَوْمًا غَيْرَكُمْ وَلَا تَضُرُّونَهُ شَيْئًا ۚ إِنَّ رَبِّي عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ حَفِيظٌ
"Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu apa (amanat) yang aku diutus (untuk menyampaikan)nya kepadamu. Dan Tuhanku akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain (dari) kamu; dan kamu tidak dapat membuat mudharat kepada-Nya sedikitpun. Sesungguhnya Tuhanku adalah Maha Pemelihara segala sesuatu." (QS. Hud : 57),

وَمِنَ النَّاسِ مَن يُجَادِلُ فِي اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَلَا هُدًى وَلَا كِتَابٍ مُّنِيرٍ
"Dan di antara manusia ada orang-orang yang membantah tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan, tanpa petunjuk dan tanpa kitab (wahyu) yang bercahaya,"(QS. Al-Hajj : 8),

وَإِن كَادُوا لَيَسْتَفِزُّونَكَ مِنَ الْأَرْضِ لِيُخْرِجُوكَ مِنْهَا ۖ وَإِذًا لَّا يَلْبَثُونَ خِلَافَكَ إِلَّا قَلِيلًا
"Dan sesungguhnya benar-benar mereka hampir membuatmu gelisah di negeri (Mekah) untuk mengusirmu daripadanya dan kalau terjadi demikian, niscaya sepeninggalmu mereka tidak tinggal, melainkan sebentar saja." (QS. Al-Israa : 76),

قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَن تَشَاءُ وَتَنزِعُ الْمُلْكَ مِمَّن تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَن تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَن تَشَاءُ ۖ بِيَدِكَ الْخَيْرُ ۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
تُولِجُ اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ وَتُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ ۖ وَتُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَتُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ ۖ وَتَرْزُقُ مَن تَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ
"Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau beri rezeki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas)"." (QS. Aali Imraan : 26-27).

Dalam ayat-ayat itu, menentukan baik dan buruk seseorang datang dari Allah.

Namun, banyak juga ayat Al-Qur'an yang menyatakan adanya kebebasan manusia untuk menempuh jalan hidup yang dikehendakinya. Ayat-ayat itu antara lain :

وَقُلِ الْحَقُّ مِن رَّبِّكُمْ ۖ فَمَن شَاءَ فَلْيُؤْمِن وَمَن شَاءَ فَلْيَكْفُرْ ۚ إِنَّا أَعْتَدْنَا لِلظَّالِمِينَ نَارًا أَحَاطَ بِهِمْ سُرَادِقُهَا ۚ وَإِن يَسْتَغِيثُوا يُغَاثُوا بِمَاءٍ كَالْمُهْلِ يَشْوِي الْوُجُوهَ ۚ بِئْسَ الشَّرَابُ وَسَاءَتْ مُرْتَفَقًا
"Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir". Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek." (QS. Al-Kahf : 29),

إِنَّ الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي آيَاتِنَا لَا يَخْفَوْنَ عَلَيْنَا ۗ أَفَمَن يُلْقَىٰ فِي النَّارِ خَيْرٌ أَم مَّن يَأْتِي آمِنًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۚ اعْمَلُوا مَا شِئْتُمْ ۖ إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
"Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Kami, mereka tidak tersembunyi dari Kami. Maka apakah orang-orang yang dilemparkan ke dalam neraka lebih baik, ataukah orang-orang yang datang dengan aman sentosa pada hari Kiamat? Perbuatlah apa yang kamu kehendaki; Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan." (QS. Fussilat : 40),

لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا مِّنْ أَنفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِن كَانُوا مِن قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُّبِينٍ
"Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata." (QS. Aali Imraan : 164),

لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِّن بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنفُسِهِمْ ۗ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُ ۚ وَمَا لَهُم مِّن دُونِهِ مِن وَالٍ
"Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia." (QS. Ar-Ra'd : 11),

إِنَّا خَلَقْنَا الْإِنسَانَ مِن نُّطْفَةٍ أَمْشَاجٍ نَّبْتَلِيهِ فَجَعَلْنَاهُ سَمِيعًا بَصِيرًا
إِنَّا هَدَيْنَاهُ السَّبِيلَ إِمَّا شَاكِرًا وَإِمَّا كَفُورًا
"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat. Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir." (QS. Al-Insaan : 2-3),

وَهَدَيْنَاهُ النَّجْدَيْنِ
"Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan," (QS. Al-Balad : 10).

Ayat-ayat itu memberikan kesan manusia menentukan nasibnya sendiri sehingga berhak mendapatkan pahala karena perbuatan baiknya. Manusia juga pantas menerima siksa karena kejahatan yang dilakukannya. Allah menciptakan manusia, tetapi tidak dengan perbuatannya.

Dalam pemikiran Islam, dikenal adanya dua arus utama pemikiran menyikapi Qada dan Qadar yakni aliran Qadariyah dan Jabbariyah. Aliran Qadariyah diambil dari kata Qudrah yang bermakna kekuatan atau kekuasaan. Paham ini menyatakan manusia memiliki kekuatan dan kekuasaan untuk menentukan jalan hidupnya dan bebas melaksanakan keinginan dan kehendaknya.

Qadariyah hanya meyakini penciptaan pertama manusia oleh Allah. Namun, manusia berkembang sesuai dengan hukum alam yang berlaku secara umum. Pandangan kelompok ini meyakini adanya kebebasan manusia untuk berkehendak (free will) dan bebas berbuat (free acf).

Sementara aliran kedua sering disebut Jabbariyah yang berawal dari kata Jabbara (memaksa). Aliran ini meyakni manusia tidak memiliki pilihan dan kebebasan dalam menentukan perbuatannya. Manusia dipaksa untuk memilih dan melakukan sesuatu yang keputusannya telah ditetapkan Allah SWT.

Dalam faham Barat, aliran semacam Qadariyah disebut indeterminisme (serba ikhtiar) dan Jabbariyah sebagai determinisme (serba takdir). Banyak filsuf Barat yang mengembangkan kedua aliran itu yang berpengaruh kepada kaum Muslimin sampai saat ini.

Lalu, bagaimana kita mendekatkan pengertian antara kedua ayat yang terkesan bertolak belakang itu ? Dalam memandang masalah takdir manusia, Nabi Muhammad SAW. menganjurkan agar manusia tidak terlalu banyak memikirkan dan memperbincangkannya karena merupakan kekuasaan Allah SWT. yang tidak mungkin terjangkau secara tuntas dengan pemikiran manusia.

Sahabat Abu Hurairah RA. ketika ditanya masalah takdir memberikan jawaban, "Itu adalah jalan gelap maka jangan kau lalui." Atau, lautan yang amat dalam maka jangan kau terjuni.

Untuk memberikan jawaban terhadap Qada dan Qadar itu, kita bisa belajar dari Khalifah Umar bin Khattab RA. Diriwayatkan panglima perang yakni Abu Ubaidah RA. diminta untuk memindahkan pasukannya dari daerah yang sedang terjangkit penyakit menular. Atas permintaan itu, Abu Ubaidah menolak keras dengan menyatakan, "Apakah engkau akan lari dari Qada Allah yang telah ditentukan ?"

Mendengar hal itu, Umar tersenyum lantas menjawab. "Aku lari dari Qada Allah untuk menuju Qadar-Nya," kata Umar.

Peristiwa itu memberikan gambaran, Allah menetapkan keputusan (Qada) bahwa di daerah itu terjadi penyakit menular, tetapi Allah membuat aturan (Qadar) yakni kalau seseorang berusaha menjauhi daerah itu, ia tidak akan terkena penyakit.

Manusia diwajibkan berupaya, misalnya berikhtiar untuk menjemput rezeki yang telah ditetapkan Allah. Berikhtiar merupakan sarana manusia sekaligus jalan ibadah agar mendapatkan ketentuan dari-Nya.

Wallahualam.***

[Ditulis oleh : KH. MIFTAH FARIDL, Ketua Umum MUI Kota Bandung, dosen ITB, Ketua Yayasan Unisba, dan pembimbing Haji Plus dan Umrah Safari Suci. Tulisan disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi Kamis (Pon) 31 Maret 2011 pada Kolom "CIKARACAK"]

0 comments: