JALAN MENUJU SURGA

Diriwayatkan dari Abu Abdullah Jabir RA., seseorang bertanya kepada Rasulullah SAW. ia berkata, "Bagaimana pendapatmu jika saya melakukan shalat-shalat fardhu, shaum pada bulan Ramadhan, menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram, serta tidak menambah sedikitpun, apakah saya masuk surga ?" Nabi Muhammad SAW. menjawab, "Ya."(HR. Muslim)

Rasulullah SAW. sebagai rahmatan lil alamin. Allah SWT. telah mengutus Nabi Muhammad SAW., sebagai rahmat bagi manusia. Menyelamatkan mereka dari kesesatan yang akan menjerumuskan ke dalam neraka. Menuntun mereka ke jalan hidayah yang akan mengantarkan mereka ke surga. Jalan menuju surga adalah jalan yang jelas dan mudah. Allah memberikan batasan-batasannya dan mewajibkan adab-adabnya. Barangsiapa yang komitmen dan berpegang teguh dengannya, akan diantarkan kepada tujuan. Akan tetapi, barangsiapa yang melampaui batas dan menyalahinya, akan dicampakkan ke dalam neraka.

Sesungguhnya apa yang telah ditetapkan dan diwajibkan Allah ada pada batas kemampuan manusia karena Allah-lah yang telah menciptakan manusia. Karena Allah juga menghendaki kemudahan dan tidak menghendaki kesusahan bagi hamba-Nya.

Muhammad adalah seorang manusia biasa seperti kita, seorang hamba-Nya. Beliau dipilih oleh Allah SWT. sebagai utusan-Nya, pembawa berita dan pemberi peringatan yang tertuang dalam Al-Qur'an. Wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. yang disertai petunjuk pelaksanannya yang berupa sunnah Nabi yang sahih. Sunnah adalah aplikasi amal perbuatan dalam tataran kehidupan sehari-hari yang dicontohkan Nabi.

Meliputi akidah yaitu keimanan dan keyakinan yang teguh kepada Rukun Iman yang enam, yaitu iman kepada,
  1. Allah;
  2. Malaikat Allah;
  3. Kitab Allah;
  4. Rasul Allah;
  5. Hari kiamat;
  6. Takdir Allah (qada dan qadar atau baik dan buruk).
Sebagaimana tertuang dalam firman Allah,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا آمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي نَزَّلَ عَلَىٰ رَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي أَنزَلَ مِن قَبْلُ ۚ وَمَن يَكْفُرْ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيدًا

"Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya." (QS. An-Nisa : 136)

Juga dalam hadits sahih, Dari Umar bin Khatthab RA., ia berkata, "Kabarkanlah kepadaku tentang iman." (Rasul) menjawab, "Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan kepada hari akhir, serta engkau beriman kepada ketentuan yang baik dan yang jelek-Nya." (HR. Muslim, 1 : 22)

Serta melaksanakan amal-amal ibadah mahdhah kepada Allah yang tertuang dalam Rukun Islam yang lima, yaitu,
  1. Mengucapkan dua kalimat syahadat;
  2. Mendirikan shalat (lima waktu);
  3. Mengeluarkan zakat;
  4. Shaum di bulan Ramadan;
  5. Menunaikan ibadah haji bagi yang mampu.
Juga melakukan muamallah sosial antar sesama manusia (ghairamahdhah).

Maka ketika seseorang bertanya, jika ia hanya mampu mengamalkan yang fardhu seperti shalat lima waktu, shaum pada bulan Ramadhan, menghalalkan yang halal serta mengharamkan yang haram, apakah ia bisa masuk surga. Nabi Muhammad SAW. menjawab "Ya." Rasulullah menjawab pertanyaan tersebut dengan jawaban yang menenangkan hati orang itu, melapangkan dadanya, membahagiakan hatinya, memuaskan keinginannya untuk mewujudan cita-citanya. Bahwa amalan yang dikerjakan itu sudah cukup untuk mewujudkan keinginannya masuk surga, bagaimana tidak ?

Karena beliau mengabarkan apa yang difirmankan Allah dalam ayat-ayat Al-Qur'an. Bahwa berbahagialah wahai orang-orang Mukmin dengan kabar gembira dari Allah sebagiaman dalam firman-Nya,

وَالْحَافِظُونَ لِحُدُودِ اللَّهِ ۗ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ
"...Dan yang memelihara hukum-hukum Allah dan gembirakanlah orang-orang Mukmin itu." (QS. At-Taubah : 112)

Diriwayatkan pula, Rasulullah pernah bersabda, "Tidak ada seorang hamba yang shalat lima waktu, shaum di bulan Ramadhan, mengeluarkan zakat, meninggalkan dosa-dosa besar yang tujuh, kecuali akan dibukakan baginya pintu-pintu surga, dia masuk dari mana yang dia kehendaki."

Sebagaimana firman Allah SWT.,

إِن تَجْتَنِبُوا كَبَائِرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَنُدْخِلْكُم مُّدْخَلًا كَرِيمًا
"Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (Surga)." (QS. An-Nisa : 31)

Rasul menjelaskan, dosa-dosa besar yang tujuh adalah zina, minum khamer, syirik/sihir, menuduh zina kepada orang baik-baik, membunuh tanpa dosa sebelumnya, makan riba, lari dari medan perang ketika menghadapi musuh Islam.

Sesungguhnya agama Islam itu mudah, sebagaimana diriwayatkan dari Abu Hurairah RA. Bahwa Rasulullah SAW. pernah bersabda, "Sesunguhnya agama itu mudah (ringan), siapa yang memperberat dirinya dalam beragama, dia tidak akan bisa melaksanakannya, karena itu amalkanlah agama sesuai tuntunannya (sesuai contoh dari Rasul), berusahalah mendekatkan diri kepada Allah, bergembiralah dengan pahala yang akan kau terima, dan kerjakanlah shalat pada pagi hari, siang, dan menjelang malam." (HR. Bukhari)

Sikap Rasulullah SAW. seperti ini menunjukkan kemudahan Islam bahwa Allah SWT. tidak membebani seseorang dari hamba-Nya dengan beban yang membuatnya sulit dan sempit.

Sebagaimana firman-Nya,

يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ
"Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu." (QS. Al-Baqarah : 185)

لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا
"Allah tidak membebani seseorang, melainkan sesuai dengan kesanggupannya." (QS. Al-Baqarah : 286)

وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ
"Dan sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan." (QS. Al-Hajj : 78)

Semua kewajiban dalam syariat Islam bercirikan kemudahan, ada pada batas-batas kemampuan manusia karena bersumber dari Dzat Yang Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui.

Maka, tidak ada pilihan lain bagi orang yang berakal sehat, kecuali mendengar dan menaatinya agar dia mendapat kebahagiaan di dunia dan kesenangan abadi di akhirat.

Wallahu A'lam. ***

[Ditulis oleh : H. EDDY SOPANDI, peserta majelis taklim di beberapa masjid, antara lain Al-Furqon UPI, Istiqomah, Viaduct, dan Salman ITB. Tulisan disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi Jumat (Manis) 8 April 2011, pada Kolom "RENUNGAN JUMAT"]