MEMBENTUK PRIBADI ZUHUD

"Sebagus-bagus harta yang baik adalah harta seorang saleh. Dengan harta itu, dia menyambung silaturahmi dan melakukan amal kebaikan." (HR. Ahmad)

Setiap kebaikan, pasti ada nilai keutamaan yang akan diperoleh bagi orang yang memiliki dan melakukannya, termasuk orang yang zuhud. Secara harfiah, zuhud artinya menolak sesuatu karena sesuatu itu dianggap remeh. Secara syar'i, zuhud adalah mengambil sesuatu yang halal hanya sebatas keperluannya. Zuhud kepada dunia bukanlah mengharamkan yang halal dan membuang semua harta, serta tidak mau menikmati hal-hal yang bersifat duniawi, tetapi lebih meyakini apa yang ada di sisi Allah SWT. daripada apa yang ada di tangan kita.

Zuhud adalah kondisi mental yang tidak mau terpengaruh oleh harta dan kesenangan duniawi dalam mengabdikan diri kepada Allah. Artinya, orang yang zuhud bukanlah orang yang tidak mempunyai harta, tetapi ia tidak terikat dan tidak terbelenggu oleh harta. Namun dia terikat hanya karena Allah.

Zuhud bisa dilakukan oleh siapa saja, bukan hanya oleh mereka yang dianggap sudah "memilih akhirat" alias sudah uzur saja. Namun ada hal yang harus menjadi perhatian.

Pertama, selalu berorientasi pada kebahagiaan di akhirat tanpa harus mengabaikan kebahagiaan di dunia. Seperti yang termaktub dalam Al-Quran Surah Al-Qashash ayat 77,

وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ ۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِن كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ
"Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan."

Kedua, selalu merasa dalam pengawasan Allah hingga membuatnya tidak mau menghalalkan segala cara. Jangankan dalam urusan mencari nafkah yang haram, segala yang turun dari langit, yang masuk ke bumi pun yakin semuanya diketahui oleh Allah SWT.

Ketiga, menyadari adanya pertanggungjawaban pada kehidupan di akhirat nanti, termasuk yang terkait dengan harta.

Zuhud pun dapat mencakup tiga hal.

Pertama, mengharapkan pahala dari musibah duniawi yang dialaminya. Rasulullah SAW. berdoa sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar, "Ya Allah, berikanlah kami rasa takut kepada-Mu yang bisa menghalangi kami dari kemaksiatan kepada-Mu, ketaatan kepada-Mu yang bisa menyampaikan kecintaan kami kepada kecintaan-Mu, dan keyakinan yang bisa menjadikan kami menganggap remeh berbagai musibah duniawi."

Kedua, lebih menyakini apa yang di sisi Allah daripada apa yang berada di tangan. Hal ini jangankan manusia, binatang saja ada rezekinya dan setiap kita harus berusaha mengambilnya. Ketika rezeki ada di tangan Allah, kita berusaha mengambilnya dengan usaha yang halal dan sunguh-sungguh.

Ketiga, pujian dan cercaan tidak memengaruhinya dalam memegang teguh nilai-nilai kebenaran. Dalam pandangan orang bijak, dia tidak maju karena dipuji dan tidak mundur karena dicela. Ini mengakibatkan dicintai oleh Allah dan manusia dengan nilai-nilai kebenaran.

Pengaruh positif yang ditunjukkan oleh orang yang zuhud adalah antara lain, memiliki semangat yang tinggi dalam mencari harta. Dia menyadari bahwa harta termasuk perjuangan di jalan Allah. Selain itu, orang yang zuhud selalu mencari yang halal, karena dalam mencari harta dengan motif untuk kebaikan, tidak menghalalkan segala cara dengan 3H-nya (halal, haram, hantam).

Parameter lainnya, orang yang zuhud adalah mempunyai semangat spiritual atau semangat keagamaan yang tiiiggi. Jadi kalau ada multipel intelegensi, kecerdasan jama' atau kecerdasan yang multi. Salah satunya adalah kecerdasan spiritual, dan kecerdasan spiritual inilah yang akan memberikan warna kepada kecerdasan-kecerdasan lainnya. Akan tetapi, kecerdasan yang satu ini akan mewarnai kecerdasan-kecerdasan lainnya yaitu kecerdasan spiritual.

Pribadi zuhud adalah takut kepada Allah. Kalau akan melakukan sesuatu, dia seolah-olah merasa diawasi oleh Allah. Oleh karena itu yang paling takut adalah dibenci oleh Allah SWT., yang paling takut adalah dimurkai oleh Allah SWT., bukan dimurkai oleh manusia. Kemudian dalam kehidupannya mempunyai perasaan dosa. Jadi orang yang zuhud, dia mempunyai perasaan bahwa hidupnya itu selalu berbuat dosa. Kalau kemudian dalam perasaannya itu selalu mempunyai dosa, dia tidak akan menambah dosa-dosa yang lainnya pada hari-hari berikutnya.

Pribadi zuhud, indikatornya adalah keikhlasan masyarakat. Jadi yang mempunyai kesalehan yang tinggi ialah suatu masyarakat apabila dia berbuat sesuatu mempunyai nilai ikhlas. Iman kuat, ilmu kuat tetapi dia tidak ikhlas, maka ia masuk dalam kategori orang sombong.

Pribadi zuhud, kalbunya terbuka untuk menerima kebenaran dan dia tidak merasa benar sendiri serta menang sendiri tetapi dia terbuka untuk menerima pendapat orang lain, sehingga di dalam dirinya mempunyai sifat; sikap menerima, sikap kompromi, sikap tasamuh (toleransi) terhadap temannya serta masyarakat lainnya.

Kemudian parameternya lainnya ialah tidak senang membeberkan aib orang lain di depan orang lain. Jadi dia tidak merasa senang kalau menjelekkan orang lain. Dia tidak merasa senang kalau menjatuhkan orang lain di hadapan orang lain.

Wallahu a'lam.

[Ditulis oleh DEDY SUTRISNO AHMAD SHOLEH, alumnus Fakultas Dakwah & Komunikasi UIN SGD Bandung dan khatib Jumat di beberapa Masjid. Tulisan diaslin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi Jumat (Pon) 15 April 2011 pada Kolom "RENUNGAN JUMAT"]

by:
u-must-b-lucky

0 comments: