MENGHADAPI WABAH ULAT

Selama sebulan terakhir, wabah ulat merebak di mana-mana. Sekarang sudah sampai ke Sumedang, Garut, dan Kota Bandung. Belum ada penjelasan resmi dan ilmiah mengenai segala kemungkinan dari wabah ulat yang tiba-tiba merebak itu.

Para pakar lingkungan sudah mengemukakan pendapat-pendapat yang rasional. Masuk akal dan dapat dimengerti. Yaitu, faktor kerusakan alam yang menimbulkan keterputusan mata rantai kehidupan, menjadi salah satu penyebab utama populasi ulat menjadi tidak terkendali.

Binatang pemangsa ulat, terutama burung, sudah nyaris musnah. Jika pun masih ada, kemampuan mereka melahap ulat sudah melemah, karena berada di sangkar-sangkar peliharaan. Hanya menjadi alat kesukaan orang per orang. Tidak berperan dan berfungsi sebagai eksekutor dan penyelia binatang hama semacam ulat dan serangga lain. Sebagian besar mati terbunuh akibat perburuan dan dampak sampingan pestisida serta insektisida sebagai pembasmi hama tanaman.

Bahkan burung sendiri, dimusuhi karena dianggap hama tanaman, seperti serangga. Burung pipit, bondol, galatik, manyar, yang berjasa membunuhi ulat padi, dengan meminta imbalan satu dua tangkai padi, sudah lenyap dari persawahan. Apalagi pohon-pohon tempat mereka bersarang dan berkembang biak, seperti jayanti, dadap, cangkring, dan randu, telah habis pula ditebangi. Burung ekek yang membantu pembuahan jagung dan memakan ulat jagung, dengan mengambil imbalan dua tiga tongkol jagung, juga bernasib sama. Semua itu bersumber dan bermuara pada proses kerusakan di daratan dan di lautan akibat ulah manusia.
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
"Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, Allah menghendaki agar mereka merasakan sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)." (QS.Rum : 41)

Padahal jelas, setiap makhluk bernyawa mendapat rezeki masing-masing atas izin Allah dan kemurahan-Nya. Bahkan binatang melata (dzaabah), yang termasuk golongan binatang "mikroskopik" karena hanya dapat terlihat melalui bantuan kaca pembesar, rezekinya sudah diatur sedemikian rupa.

Al-Qur'an sebagai petunjuk jalan lurus bagi manusia, telah mengungkapkan kisah-kisah masa lampau yang kemungkinan terulang atau sangat relevan dengan masa sekarang. Semuanya merupakan bahan pemikiran, dan contoh bagi orang-orang yang mau berpikir.

لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِّأُولِي الْأَلْبَابِ ۗ مَا كَانَ حَدِيثًا يُفْتَرَىٰ وَلَٰكِن تَصْدِيقَ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ كُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
"Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al-Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman." (QS. Yusuf : 111)

Peristiwa wabah ulat yang menggejala ke seluruh wilayah di Pulau Jawa, sebenarnya amat kecil dibandingkan dengan bencana "tufan" (banjir, longsor, angin puting beliung, gempa bumi, tsunami, dan lain-lain yang menimbulkan kematian), kutu (yang menimbulkan penyakit kulit) katak, dan darah (yang menggenangi semua aliran sungai, selokan, sumur, sehingga tak ada lagi air bersih untuk kebutuhan sehari-hari), yang menimpa bangsa Mesir, zaman Firaun (sekitar 3.000 tahun sebelum Masehi), sebagaimana dikisahkan dalam Al-Qur'an Surat Al A'raaf : 130-136.
وَلَقَدْ أَخَذْنَا آلَ فِرْعَوْنَ بِالسِّنِينَ وَنَقْصٍ مِّنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُونَ وَقَالُوا مَهْمَا تَأْتِنَا بِهِ مِنْ آيَةٍ لِّتَسْحَرَنَا بِهَا فَمَا نَحْنُ لَكَ بِمُؤْمِنِينَ فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمُ الطُّوفَانَ وَالْجَرَادَ وَالْقُمَّلَ وَالضَّفَادِعَ وَالدَّمَ آيَاتٍ مُّفَصَّلَاتٍ فَاسْتَكْبَرُوا وَكَانُوا قَوْمًا مُّجْرِمِينَ وَلَمَّا وَقَعَ عَلَيْهِمُ الرِّجْزُ قَالُوا يَا مُوسَى ادْعُ لَنَا رَبَّكَ بِمَا عَهِدَ عِندَكَ ۖ لَئِن كَشَفْتَ عَنَّا الرِّجْزَ لَنُؤْمِنَنَّ لَكَ وَلَنُرْسِلَنَّ مَعَكَ بَنِي إِسْرَائِيلَ فَلَمَّا كَشَفْنَا عَنْهُمُ الرِّجْزَ إِلَىٰ أَجَلٍ هُم بَالِغُوهُ إِذَا هُمْ يَنكُثُونَ فَانتَقَمْنَا مِنْهُمْ فَأَغْرَقْنَاهُمْ فِي الْيَمِّ بِأَنَّهُمْ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا وَكَانُوا عَنْهَا غَافِلِينَ وَأَوْرَثْنَا الْقَوْمَ الَّذِينَ كَانُوا يُسْتَضْعَفُونَ مَشَارِقَ الْأَرْضِ وَمَغَارِبَهَا الَّتِي بَارَكْنَا فِيهَا ۖ وَتَمَّتْ كَلِمَتُ رَبِّكَ الْحُسْنَىٰ عَلَىٰ بَنِي إِسْرَائِيلَ بِمَا صَبَرُوا ۖ وَدَمَّرْنَا مَا كَانَ يَصْنَعُ فِرْعَوْنُ وَقَوْمُهُ وَمَا كَانُوا يَعْرِشُونَ
"Dan sesungguhnya Kami telah menghukum (Fir'aun dan) kaumnya dengan (mendatangkan) musim kemarau yang panjang dan kekurangan buah-buahan, supaya mereka mengambil pelajaran. Kemudian apabila datang kepada mereka kemakmuran, mereka berkata: "Itu adalah karena (usaha) kami". Dan jika mereka ditimpa kesusahan, mereka lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan orang-orang yang besertanya. Ketahuilah, sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. Mereka berkata: "Bagaimanapun kamu mendatangkan keterangan kepada kami untuk menyihir kami dengan keterangan itu, maka kami sekali-kali tidak akan beriman kepadamu". Maka Kami kirimkan kepada mereka taufan, belalang, kutu, katak dan darah sebagai bukti yang jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum yang berdosa. Dan ketika mereka ditimpa azab (yang telah diterangkan itu) merekapun berkata: "Hai Musa, mohonkanlah untuk kami kepada Tuhamnu dengan (perantaraan) kenabian yang diketahui Allah ada pada sisimu. Sesungguhnya jika kamu dapat menghilangkan azab itu dan pada kami, pasti kami akan beriman kepadamu dan akan kami biarkan Bani Israil pergi bersamamu". Maka setelah Kami hilangkan azab itu dari mereka hingga batas waktu yang mereka sampai kepadanya, tiba-tiba mereka mengingkarinya. Kemudian Kami menghukum mereka, maka Kami tenggelamkan mereka di laut disebabkan mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka adalah orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami itu."

Paparan ayat-ayat tersebut sebagai berikut.

Dan sesungguhnya Kami telah menghukum (Firaun dan kaumnya) dengan mendatangkan kemarau dan kekurangan buah-buahan, supaya mereka mengambil pelajaran.

Apabila mereka mendapat kemakmuran, segera menepuk dada dan berkata, 'Inilah hasil jerih payah kami, sedangkan ketika ditimpa kesusahan, mereka menimpakan kesalahan kepada Nabi Musa AS. dan pengikutnya. Padahal kesialan mereka merupakan ketetapan dari Allah, yang kebanyakan di antara mereka tidak (mau) mengetahui, karena menganggap penjelasan Nabi Musa yang berlandaskan Tauhid (mengesakan Allah), sebagai sihir yang tak perlu diimani.

Maka kepada mereka Kami kirimkan tufan, belalang, kutu, katak, dan darah, sebagai bukti (kekuasaan Allah). Namun mereka tetap menyombongkan diri dan tetap bergelimang dosa. Setelah kondisi semakin sulit, mereka datang kepada Nabi Musa memohon, berdoa kepada Allah, agar melenyapkan azab itu, seraya berjanji, jika sudah bebas akan beriman kepada ajaran Tauhid Musa.

Akan tetapi, setelah semua bencana lenyap, mereka ingkar janji, sehingga Allah SWT. menghukum mereka dengan menenggelamkannya ke laut, akibat dusta dan keingkaran mereka terhadap ayat-ayat Allah (yang diajarkan Nabi Musa AS.).

Menurut tafsir "The Holly Quran" karya Abdullah Yusuf Ali (1956), yang dimaksud "tufan" (QS. Al A'raaf : 133), adalah jenis-jenis bencana yang merenggut korban jiwa. Mungkin berupa banjir, longsor, kekeringan, gempa bumi, dan sebagainya. Sedangkan serangan hama belalang (jarada), menghancurkan daun-daun tanaman hingga merangas dan tidak berbuah. Sedangkan kutu (gumrhala) mengakibatkan penyakit gatal-gatal dan kudis pada permukaan kulit tubuh. Katak (dloffadi'an) memadati sungai, danau, saluran air, dan juga sumur-sumur. Apalagi air di tempat-tempat itu sudah berubah menjadi darah (addamu) menjijikkan. Dapat dibayangkan, warga Mesir kelabakan. Tak punya air bersih untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Baru semua lenyap, keadaan baik seperti semula, setelah Nabi Musa AS. berdoa kepada Allah SWT., untuk melenyapkan azab tersebut. Sayang, Firaun dan kaumnya ingkar janji sehingga harus menghadapi azab lebih hebat lagi berupa penenggelaman ke dasar lautan.

Saatnya kini, di tengah serangan wabah ulat, kita koreksi diri. Kalau-kalau kita sudah terjerumus kepada perilaku Firaun dan kaumnya, yaitu sombong, suka memuji diri jika berhasil, dan menyalahkan orang lain jika gagal, serta ingkar janji. Semua perilaku tersebut, bertentangan dengan asas tauhid, percaya kepada Allah Yang Maha Esa, Yang Maha menentukan dan Maha menguasai hidup dan kehidupan mahluk-Nya.

Membasmi wabah ulat dengan cara lahiriah (menyemprotkan obat anti serangga) perlu dilakukan. Namun membasmi dengan cara batiniah, memperbaiki keimanan (tauhid) dan bertaubat atas segala dosa, perlu juga dilakukan.***

[Ditulis oleh : H. USEP ROMLI H.M., guru mengaji di Desa Cibiuk, Garut serta pembimbing Haji dan Umrah Megacitra / KBIH Mega Arafah Kota Bandung. Tulisan disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi Kamis (Pahing) 14 April 2011 pada Kolom "CIKARACAK"]

by :
u-must-b-lucky

0 comments: