PENDIDIKAN KARAKTER (2)

Istilah lain dari karakter adalah watak, sifat, sikap. Karakter menyatu dalam perilaku, mulai dari niat, pikiran, ucapan, dan tindakan. Istilah yang lebih populer dan lebih mengandung makna mendalam adalah akhlak.

Akhlak yang baik, yang mulia (ahlaqul karimah) merupakan karakter paling mendasar dari setiap Muslim beriman. Sebab, akhlak mulia tennasuk kerangka paling utama, dalam ajaran Islam, sejajar dengan aqidah (keimanan kepada Allah SWT.), dan syariah (hukum ibadah, baik yang bersifat ritual, maupun sosial). Antara ketiga keutamaan tersebut, saling tertaut erat satu sama lain tidak dapat dipisah-pisahkan.

Bahkan, pokok risalah kenabian Muhammad SAW., bertumpu kuat pada akhlak mulia itu. Sebagaimana sabdanya yang terkenal,

Innama bu'itstu li utami makarimal ahlaq.

Sebenar-benarnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia.

Sebagai penegak akhlak mulia, Muhammad SAW. menjadikan dirinya pribadi sebagai suri tauladan. Akhlak mulia bagi Nabi SAW. bukan sekadar omongan. Bukan sekadar pendidikan teoretis, melainkan menjadi satu praktik nyata dalam kehidupan pribadi dan bermasyarakat. Pada diri Nabi SAW. terdapat contoh yang baik sebagaimana firman Allah SWT.,

لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. Al-Ahzaab : 21)

Karena Allah SWT. telah menyatakan bahwa Nabi Muhammad SAW. memiliki akhlak mulia, sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur'an,

وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ
Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (QS. Al-Qalam : 4)

Akhlak mulia menjadi salah satu bagian terpenting dari empat keutamaan setiap Muslim beriman. Dalam satu Hadits Riwayat Imam Thabrani, Rasulullah SAW. menyatakan,

Orang beriman yang paling sempurna keislamannya, adalah yang menyelamatkan orang-orang Islam dari lidah dan tangannya. Orang beriman yang paling tinggi keimanannya, adalah yang memiliki akhlak paling baik. Orang berhijrah paling utama, adalah yang menyingkir menjauhi larangan Allah. Orang berjihad paling hebat, adalah yang berjuang menguasai hawa nafsunya di jalan yang diridai Allah Az-zawajallaa."
  • Poin pertama, dari Hadits di atas, menegaskan tentang kesempurnaan keislaman orang beriman, yaitu mewujudkan bukti Islam yang bermakna selamat, sejahtera, damai, dan sebagainya. Dengan demikian, dalam mengatur hubungan dengan Maha Pencipta (hablum minallahi) dan dengan sesama manusia (hablum minannasi), selalu berada dalam koridor keselamatan, kesejahteraan, kedamaian. Beribadah kepada Allah SWT. selalu penuh ketulusan, kepasrahan, ketakwaan (tunduk patuh menjalankan segala perintah-Nya dan meninggalkan segala larangan-Nya). Berinteraksi dengan sesama manusia, tetap dalam niat dan tujuan saling menyelamatkan, baik dari lidah atau ucapan yang bersih dari fitnah (mengada-ada), ghibah (menggunjing), namimah (adu domba atau provokasi), dan sebagainya, maupun dari tangan, jauh dari tindakan aniaya, perusakan, anarkisme, dan lain-lain.
    Dalam Al-Qur'an dan Hadits, banyak perintah dan petunjuk agar manusia mampu menciptakan hubungan harmonis dengan sesama, antara lain, saling mengenal, mempererat persaudaraan. Diibaratkan satu kesatuan tubuh (kal jasadil wahid) yang betul-betul senasib sepenanggungan, toleran, saling menghargai, saling menyayangi.
  • Poin kedua, akhlak mulia yang telah lebih dulu dipaparkan tadi, dapat diibaratkan sebagai hiasan indah dalam satu bangunan yang indah pula, serta penuh peran dan fungsi amat bermanfaat. Satu bangunan Islam (al-bina'ul Islam), yang berdiri kokoh di atas fondasi akidah tauhid (asasul Islam), mengggunakan tiang-tiang amat kuat berupa kekhusyukan ibadah kepada Allah (arkanul Islam), serta hubungann sosial kepada sesama penuh kebaikan dan kebajikan (muamalah). Semua itu akan tampak serasi, berkat hiasan ahlaqul karimah. Akhlak mulia. Bangunan kokoh dengan segala kegunaannya akan hancur lebur, jika mengabaikan keberadaan akhlak mulia. Jika yang muncul dari sana justru akhlak tercela (ahlaqul mazmumah), maka ketinggian nilai keimanan dan keislaman akan tercemar dan penuh ketercelaan. Pantaslah, Nabi SAW. begitu menekankan pentingnya pembinaan akhlak mulia, yang membawa kebaikan kepada sesama.
  • Poin ketiga, hijrah dari larangan Allah SWT. Meninggalkan segala perbuatan haram. Untuk kepentingan itu, pada masa sekarang dibutuhkan hijrah mental, hijrah kejiwaan. Bukan fisik seperti yang dilakukan Nabi SAW. bersama para sahabat dan segenap umat Islam generasi awal, dari Mekah ke Madinah, 1.500 tahun yang lalu. Kesempatan hijrah bagi generasi sekarang, adalah hijrah batin, hijrah qalbuniyah. Memelihara diri, keluarga, sanak saudara dari perbuatan maksiat, dan mengarahkannya kepada perbuatan yang penuh ketaatan kepada Allah SWT. dan Rasul-Nya.
  • Poin keempat, jihad. Bukan dalam artian jihadul qital (membunuh musuh, meledakkan bom bunuh diri di sembarang tempat, dan lain-lain), melainkan jihad melawan hawa nafsu yang berada dalam kendali setan, sebagai musuh nyata (aduwwun mubin). Jihad dalam artian bersungguh-sungguh mencurahkan pikiran dan kekuatan untuk kemaslahatan hidup umat manusia.
    Jihad paling afdal sebagaimana Hadits di atas, adalah melawan hawa nafsu. Itulah jihad besar (jihadul akbar). Bahkan, lebih besar dari Perang Badar, perang pertama umat Islam melawan kaum kafirin musyrikin Mekah, tahun 2 Hijriyah, yang dimenangkan umat Islam Madinah, walau hanya berjumlah 313 orang, menghadapi 950 orang prajurit dan panglima berpengalaman. Sungguh berat situasi dan kondisi Perang Badar itu. Namun, Rasulullah SAW., menganggap kecil, karena sewaktu-waktu saja, dibandingkan dengan perang melawan hawa nafsu, yang akan berlangsung terus-menerus tanpa henti sepanjang hidup.
Pendidikan karakter yang kini digalakkan kembali untuk menghadapi bermacam kasus negatif di masyarakat, seyogyanya diarahkan kepada pembinaan dan pembentukan akhlak mulia, yang tak terpisahkan dari nilai-nilai keimanan, keagamaan, dan tata aturan sosial yang sudah menjadi darah daging setiap manusia sejak lama.

Wallahu a'lam bishawab.***

[Ditulis oleh H. USEP ROMLI H.M., guru mengaji di Desa Cibiuk, Garut serta pembimbing Haji dan Umrah Megacitra / KBIH Mega Arafah Kota Bandung. Tulisan disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi Jumat (Wage) 10 Juni 2011 / 8 Rajab 1432 H. pada Kolom "RENUNGAN JUMAT"]

by


u-must-b-lucky

0 comments: