SHALAT KHUSYUK

Target dari pelaksanaan ibadah shalat adalah mencegah berbagai bentuk kejahatan dan kemungkaran, sebagaimana firman Allah SWT. dalam Surat Al-Ankabut ayat 45,

اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلَاةَ ۖ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ ۗ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ
Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Alkitab (Al-Qur'an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain) dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Ayat ini menjelaskan, target ibadah shalat itu dapat menghentikan berbagai bentuk kejahatan dan kemungkaran. Ketika semakin merajalelanya kemungkaran dan kejahatan itu merupakan indikasi, umat Islam sangat kurang perhatian terhadap shalat atau kurang memahami shalat dengan arti sesungguhnya.

Untuk mencapai target tergebut, kita pun diperintahkan oleh Allah SWT. agar melaksanakan shalat secara khusyuk. Dalam Surat Al-Baqarah ayat 45, Allah SWT. berfirman,

وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ
Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat, dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat kecuali bagi orang yang khusyuk.

Dalam ayat lain, Surat Al-Mu'minun ayat 1-2, Allah SWT. juga berfirman,
قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ
Sungguh beruntung orang-orang yang beriman (yaitu) orang yang khusyuk dalam shalatnya.

Melaksanakan shalat khusyuk merupakan hal yang tidak dapat ditawar-tawar lagi. Kalau tidak khusyuk, berarti kita asal-asalan melaksanakan shalat. Secara otomatis tidak ada ruh dan pengaruh dari ibadah yang kita jalankan dalam kehidupan sehari-hari.

Allah SWT. pun mengancam ketika shalat kita tidak khusyuk. Dalam Surat Al-Ma'un ayat 4-5 dijelaskan,
فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّينَ الَّذِينَ هُمْ عَن صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ
Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya.

Alangkah beruntung orang yang melaksanakan shalat dengan khusyuk dan betapa binasa serta celaka orang yang melaksanakan shalatnya dalam keadaan sahun (lupa).

Ada tiga kategori lupa dalam shalat.
  • Pertama, lupa dalam shalat. Hal ini masih dapat ditutupi dengan sujud sahwi.
  • Kedua, lupa untuk melakukan shalat. Hal ini pun masih bisa ditoleransi, yaitu dengan shalat saja ketika ingat atau sadar.
  • Ketiga, lupa dari shalat, lupa dari janji, pernyataan, dan bacaan yang diucapkan dalam shalat sehingga shalatnya tidak ada pengaruhnya sama sekali dalam kehidupan sehari-hari. Dan inilah yang dimaksud sahun dalam Surat Al-Maun di atas.
Banyak orang beranggapan, shalat khusyuk itu adalah kita melaksanakan shalat dengan fokus sampai kita tidak sadar apa yang terjadi di sekeliling kita. Ada orang yang batuk saja, tidak kedengaran. Ada orang yang kentut sekalipun tidak ketahuan. Sampai ketika imam salah dalam bacaan ayat pun, orang tersebut diam tidak ikut membetulkan bacaannya yang ia tahu.

Dalam hadits disebutkan, ketika Nabi Muhammad SAW. melihat seseorang memainkan jenggotnya ketika shalat, Beliau bersabda,
Kalaulah hati orang ini khusyuk, pasti anggota badannya pun akan khusyuk.

Artinya, termasuk pengertian khusyuk adalah tidak memainkan sesuatu apa pun dari tubuhnya ketika shalat.

Imam Al-Jurjani memberikan definisi bahwa orang yang khusyuk dalam shalatnya adalah orang yang merendahkan diri karena Allah, baik hatinya maupun seluruh anggota badannya.

Ada beberapa kiat supaya kita bisa melaksanakan shalat dengan khusyuk, diantaranya,
  1. Pertama, mengetahui arti setiap bacaan shalat dari mulai takbir sampai dengan salam. Ketika kita shalat, hakikatnya kita sedang berdoa kepada Allah. Otomatis apa yang diucapkan, kita pun harus mengetahuinya. Dengan mengetahui arti setiap bacaan shalat, kita akan bisa menghayati setiap ucapan dan gerakan kita.
    Dalam membaca Surat Al-Fatihah misalnya, Nabi membacanya dengan santai, satu ayat satu ayat. Nabi berhenti di setiap akhir ayat, tidak di-washal-kan, langsung seperti yang biasa dilakukan banyak orang dalam mengimami shalat Tarawih. Bahkan, dalam hadits qudsi dijelaskan bahwa Allah langsung berdialog dengan hamba-Nya yang sedang shalat, Allah langsung menjawabnya di akhir ayat. Bagaimana mungkin Allah menjawab hamba-Nya jika bacaan Al-Fatihahnya sekaligus ditamatkan dan tidak berhenti di akhir setiap ayat.
    Allah SWT. berfirman (dalam hadits qudsi),
    Kami membagi shalat (al-Fatihah) antara Kami dan antara hamba-Ku menjadi dua bagian. Dan untuk hamba-Ku apa yang ia minta. Jika seorang hamba mengucapkan alhamdulillahi Rabbil 'Alamin, Allah menjawab, hamba-Ku telah memuji-Ku. Jika seorang hamba mengucapkan Arrahman Arrahim, Allah menjawab, hamba-Ku telah menyanjung-Ku. Jika seorang hamba mengucapkan Maliki Yaumi ad-Din, Allah menjawab, hamba-Ku telah mengagungkan-Ku atau hamba-Ku telah berserah diri kepada-Ku. Jika seorang hamba mengucapkan iyyaka Na'budu wa lyyaka Nasta'in, Allah menjawab, ini antara Aku dan hamba-Ku dan bagi hamba-Ku apa yang ia minta. Dan jika seorang hamba mengucapkan Ihdina ash-Shiratha al-Mustaqim, Shirata al-Ladzina An'amta 'Alaihim Ghairi al-Maghdubi Alaihim walaadh Dholin, Allah menjawab, ini permohonan hamba-Ku dan bagi hamba-Ku apa yang ia minta. (HR. Muslim)

    Selain mengetahui setiap bacaan, kita pun dituntut agar melakukan seluruh gerakan shalat dengan tumaninah dan tidak tergesa-gesa. Ketika mulai takbir, dengan nyaman kita mengangkat kedua tangan seukuran bahu lalu menyimpan tangan kanan di atas tangan kiri. Selanjutnya kita diperintahkan agar menjaga pandangan dengan melihat ke tempat sujud kita. Semua gerakan shalat harus dilakukan dengan nyaman dan tumaninah.
  2. Kedua, sadar bahwa kita sedang melakukan shalat. Berarti tinggalkan segala urusan keduniaan dan segala atribut status sosial. Status manusia semuanya sama di hadapan Allah. Tidak ada yang kaya dan yang miskin. Tidak ada yang intelek dan terbelakang. Tidak ada pejabat dan rakyat. Hanya Allah Yang Maha Besar. Serumit apa pun urusan keluarga, kantor, pekerjaan, bisnis, atau yang lainnya, semuanya kita pasrahkan dan serahkan kepada Allah ketika kita sujud melalui doa dengan merendahkan diri kepada Allah dan meminta segala kebutuhan kita, baik urusan dunia maupun akhirat.
    Disebutkan dalam hadits Abu Hurairah RA.,
    Sedekat-dekatnya seorang hamba dengan Tuhannya, yaitu di kala ia sedang sujud, perbanyaklah berdoa kepada-Nya. (HR. Muslim)
  3. Ketiga, sebagaimana anjuran Nabi, shalatlah kalian seakan-akan itu menjadi shalat kalian yang terakhir. Kita harus menyadari bahwa setiap kita melakukan shalat, seolah-olah itu adalah shalat kita terakhir. Segala daya pikir, segala daya tenaga, segala daya jiwa, dan emosi kita curahkan semuanya untuk melaksanakan shalat. Ibarat seorang petinju ketika memasuki ronde terakhir, walaupun lelah dia tetap semangat untuk meng-KO lawan di ronde terakhir sebelum pertandingan usai. Atau ibarat pertandingan final sepak bola, hampir semua pemain akan mempersiapkan segalanya untuk menjadi juara karena belum tentu di kemudian hari tampil kembali di laga final.
Pelaksanaan shalat khusyuk hanya akan benar-benar terwujud ketika kita yakin bahwa kita akan bertemu dengan Allah dan kita pun akan kembali ke hadapan Allah.

Wallahu A'lamu Bish-showab.***

[Ditulis oleh KH. ACENG ZAKARIA, Ketua Bidang Tarbiyyah PP. Persis dan pimpinan Pesantren Persis 99 Rancabango, Garut. Tulisan disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi Kamis (Kliwon) 16 Juni 2011 / 14 Rajab 1432 H. pada Kolom "CIKARACAK"]

by

u-must-b-lucky

0 comments: