GUGUR PAHALA

Apabila kita membaca kitab-kitab fiqh, sesungguhnya hanya sedikit perbuatan yang membatalkan shaum (puasa), yakni makan, minum, berhubungan seks, haid atau nifas, serta gila atau hal serupa dengannya. Namun, kita harus merenungkan sebuah pertanyaan besar, apakah shaum kita diterima Allah SWT. ? Apakah shaum kita telah mampu meningkatkan kualitas iman dan ketaqwaan ? Hal itu disebabkan banyak perbuatan yang tidak membatalkan shaum, tetapi mengurangi nilai dan pahala puasa.

Rasulullah SAW. bersabda,
Ada lima perkara yang dapat mengurangi nilai puasa yaitu berdusta atau berkata bohong, memfitnah, bersumpah palsu, membicarakan orang lain, dan melepaskan pandangan kepada sesuatu yang diharamkan.

Imam Al Ghazali membagi orang-orang yang shaum ke dalam tiga tingkatan.
  • Pertama, orang yang shaum dengan sekadar berhenti dari perbuatan yang membatalkan puasa, seperti tidak makan dan minum serta berhubungan badan. Secara fiqh termasuk sah. Namun, kita perlu merujuk kepada sinyalemen Rasulullah yang menyatakan,
    Banyak orang yang shaum, tetapi sekadar mendapatkan lapar dan dahaga.
  • Kedua, tingkatan orang shaum yang meninggalkan perbuatan yang membatalkan puasa dan berhenti dari perbuatan-perbuatan dosa yang tampak. Bukan hanya mulut yang shaum, melainkan juga kaki, tangan, mata, telinga, dan anggota tubuh lainnya.
  • Ketiga, tingkatan shaum terbaik ketika orang tersebut menjaga imajinasi, fantasi, perasaan, dan pikirannya agar tetap dalam koridor shaum. Dia tidak pernah berpikir buruk dan melamunkan sesuatu yang jelek.
Untuk menjadikan shaum menjadi tingkatan terbaik dan kualitas tertinggi ajaran Islam mengajarkan agar kaum Muslimin mengiringi ibadah shaum dengan ibadah-ibadah lainnya. Selama shaum harus menjaga lisan. Sibukkan diri kita dengan membaca Al-Qur'an, membaca buku-buku yang baik, mengikuti pengajian, belajar bersedekah, dan lain-lain.

Kaum Muslimin harus ingat, shaum merupakan urusan pribadi antara hamba dengan Allah, seperti dinyatakan dalam hadits qudsi. Bisa saja terjadi "gaji" yang akan kita terima selepas shaum dilipatgandakan Allah, tetapi dapat pula terjadi sebaliknya, kita tidak mendapatkan "gaji" karena shaum yang kita laksanakan sebatas gugur kewajiban. Kita asal-asalan melaksanakan perintah dari Sang Pemilik alam.

Untuk menilai kualitas orang yang shaum memang lebih sulit dibandingkan dengan menilai orang yang shalat. Seseorang yang mengerjakan shalat akan tampak jelas rukun-rukun shalat yang dikerjakannya. Namun, orang yang shaum sulit dinilai sebab belum tentu orang yang tidak makan atau minum sedang shaum. Bisa saja terjadi niat shaum sebatas untuk menguruskan badan, menyehatkan tubuh, atau mendapatkan pujian.

Salah satu amalan khusus yang dianjurkan Rasulullah pada Ramadhan adalah itikaf atau berdiam diri di masjid. Rasulullah beritikaf pada sepuluh hari terakhir Ramadhan dan melaksanakannya secara rutin sampai meninggal dunia. Itikaf dimulai dengan memasuki masjid, shalat tahiyyatul masjid, dan melaksanakan berbagai ibadah.

Memperbanyak doa kepada Allah termasuk rangkaian dari ibadah shaum. Apalagi Allah menjanjikan di antara sekian doa yang paling banyak didengar Allah adalah doa dari orang-orang yang shaum. Di antara doa yang paling banyak dipenuhi (ijabah) Allah ketika dipanjatkan saat Ramadhan.

Secara khusus, kaum Muslimin dianjurkan untuk beristighfar untuk bertobat dan memohon ampunan Allah. Upaya membersihkan diri atau menyucikan diri dan menghapus dosa dengan cara berdoa, berdzikir, dan berjanji tidak akan mengulangi lagi perbuatan dosa.

Terakhir, shaum merupakan usaha yang paling efektif untuk mengekang dan mengendalikan nafsu. Allah telah menganugerahkan nafsu kepada setiap manusia. Nafsu membuat manusia makin maju. Nafsu menjadikan manusia mengukir prestasi. Namun, nafsu pula yang membuat manusia berbuat jahat, bahkan lebih kejam daripada hewan. Al-Qur'an menyebutkan adanya nafsu baik (muthmainnah) dan nafsu jelek (ammarah).

Shaum pada hakikatnya tidak untuk membunuh nafsu, melainkan mengendalikan dan mengaturnya. Shaum melatih seseorang untuk mengatur nafsunya sehingga (mungkin) inilah makna dari hadits Nabi yang menyatakan ketika Ramadhan seluruh setan diikat, pintu surga terbuka lebar, dan pintu neraka tertutup rapat.

Amalan lain yang dianjurkan adalah melaksanakan umrah Ramadhan bagi kaum Muslimin yang mampu. Apalagi ada sebuah hadits Nabi Muhammad SAW. yang menyatakan, pahala berumrah di bulan Ramadhan setara dengan ibadah haji. Umrah Ramadhan membuat kaum Muslimin lebih berkonsentrasi dalam beribadah dan mengejar keutamaan Ramadhan seperti lailatul kadar. Itikaf yang dianjurkan Nabi Muhammad SAW. juga bisa lebih khusyuk ketika dilaksanakan saat melaksanakan umrah.

Tak heran apabila minat kaum Muslimin yang mampu berbondong-bondong untuk umrah Ramadhan. Padahal, kuota maupun tiket pesawat untuk umrah Ramadhan cukup terbatas apalagi biaya umrahnya relatif lebih tinggi dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya.

Selamat melaksanakan shaum. Ingatlah tradisi yang dianjurkan Nabi yakni makan sahur agar mendapatkan berkah dan mengakhirkan sahur. Tradisi lainnya yang dianjurkan adalah cepat berbuka ketika adzan Maghrib berkumandang dengan memulai berbuka dengan hal-hal yang manis.

Wallahu-a'lam.***

[Ditulis oleh KH. MIFTAH FARIDL, Ketua Umum MUI Kota Bandung, Ketua Yayasan Unisba dan Ad Dakwah, dan pembimbing Haji Plus dan Umrah Safari Suci. Tulisan disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi Kamis (Wage) 4 Agustus 2011 / 4 Ramadhan 1432 H. pada Kolom "CIKARACAK"]

by

u-must-b-lucky

0 comments: