SHAUM DAN DOSA PERTAMA MANUSIA

Dosa pertama yang dilakukan manusia bukanlah karena kesombongan, melainkan karena nafsu terhadap makanan. Hal ini dilakukan Adam AS. sebagai manusia pertama yang diciptakan Allah SWT. ketika ia dan istrinya berada di surga. Allah SWT. mempersilakan mereka memakan makanan apa pun yang ada di surga, kecuali satu, yaitu buah dari suatu pohon yang dilarang oleh Allah SWT. Sebagaimana Allah SWT. berfirman,

وَقُلْنَا يَا آدَمُ اسْكُنْ أَنتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ وَكُلَا مِنْهَا رَغَدًا حَيْثُ شِئْتُمَا وَلَا تَقْرَبَا هَٰذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ الظَّالِمِينَ
Dan Kami berfirman: 'Hai Adam, diamilah oleh kamu dan istrimu surga ini dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang dzalim. (QS. Al-Baqarah : 35)

Hawa nafsunya terhadap makanan menjadi jalan bagi setan untuk menggoda dan merayu Adam AS. untuk memakan buah dari pohon yang dilarang oleh Allah SWT. Bisikan dan rayuan setan kepada Adam AS. ini diceritakan oleh Allah SWT. di dalam Al-Qur'an, sebagaimana firman-Nya,

فَوَسْوَسَ إِلَيْهِ الشَّيْطَانُ قَالَ يَا آدَمُ هَلْ أَدُلُّكَ عَلَىٰ شَجَرَةِ الْخُلْدِ وَمُلْكٍ لَّا يَبْلَىٰ
Kemudian setan membisikkan pikiran jahat kepadanya dengan berkata: 'Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa?' (QS. Thaha : 120)

Akhirnya, Nabi Adam AS. tidak kuasa menahan gejolak nafsunya terhadap makanan, kemudian ia mengambil dan memakan buah dari pohon yang dilarang itu. Allah SWT. berfirman,

فَدَلَّاهُمَا بِغُرُورٍ ۚ فَلَمَّا ذَاقَا الشَّجَرَةَ بَدَتْ لَهُمَا سَوْآتُهُمَا وَطَفِقَا يَخْصِفَانِ عَلَيْهِمَا مِن وَرَقِ الْجَنَّةِ ۖ وَنَادَاهُمَا رَبُّهُمَا أَلَمْ أَنْهَكُمَا عَن تِلْكُمَا الشَّجَرَةِ وَأَقُل لَّكُمَا إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمَا عَدُوٌّ مُّبِينٌ
Maka setan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah merasakan buah kayu itu, tampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka: 'Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu, sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua.' (QS. Al-A'raf : 22)

Inilah dosa pertama yang dilakukan manusia yang menjadi sebab Nabi Adam AS. dan Hawa keluar dari surga. Ketika mereka berada di bumi, mereka bertobat atas dosa yang telah dilakukannya yang kemudian Allah SWT. menerima tobatnya. Allah SWT. berfirman,

فَتَلَقَّىٰ آدَمُ مِن رَّبِّهِ كَلِمَاتٍ فَتَابَ عَلَيْهِ ۚ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima tobatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Baqarah : 37)

Hal ini pun terus terjadi kepada anak cucu Adam sampai sekarang dan bahkan sampai kiamat tiba. Nafsu terhadap makanan dan nafsu untuk memenuhi perut menjadikan seseorang dapat melanggar berbagai larangan Allah SWT.

Shaum adalah ibadah yang sudah lama disyariatkan oleh Allah SWT., bukan hanya kepada umat Nabi Muhammad SAW., tapi diwajibkan kepada umat-umat sebelumnya, sejak zaman Nabi Adam AS. Sebagaimana Allah SWT. berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (QS. Al-Baqarah : 183)

Menurut syara, pengertian shaum adalah menahan diri dari makan, minum, berhubungan suami istri, dan hal-hal yang membatalkan puasa lainnya sejak terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari. Ibadah shaum merupakan sarana yang diberikan Allah SWT. agar manusia terhindar dari dosa pertama yang dilakukan manusia. Inti dari ibadah shaum adalah pengendalian diri, termasuk pengendalian diri dari nafsu terhadap makanan. Bahkan, makanan halal pun tidak boleh kita makan sebelum datang waktu berbuka. Kita dididik untuk dapat menahan diri dari memakan makanan yang berlebihan ketika berbuka dan menahan diri agar tidak mengonsumsi makanan yang dilarang atau diharamkan oleh Allah SWT.

Shaum juga mengajarkan kita untuk menahan diri dari memakan makanan yang diperoleh dengan cara yang batil. Sebagaimana Allah SWT. berfirman,

وَلَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُم بَيْنَكُم بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُوا بِهَا إِلَى الْحُكَّامِ لِتَأْكُلُوا فَرِيقًا مِّنْ أَمْوَالِ النَّاسِ بِالْإِثْمِ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ
Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui. (QS. Al-Baqarah : 188)

Dengan shaum pula, kita diajarkan untuk tidak memakan makanan dari harta riba. Allah SWT. berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَأْكُلُوا الرِّبَا أَضْعَافًا مُّضَاعَفَةً ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan. (QS. Ali Imran : 130)

Begitu juga, shaum melarang kita untuk memakan harta anak yatim dengan cara yang tidak benar. Sebagaimana Allah SWT. berfirman,

إِنَّ الَّذِينَ يَأْكُلُونَ أَمْوَالَ الْيَتَامَىٰ ظُلْمًا إِنَّمَا يَأْكُلُونَ فِي بُطُونِهِمْ نَارًا ۖ وَسَيَصْلَوْنَ سَعِيرًا
Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara dzalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya, dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka). (QS. An-Nisa : 10)

Rasulullah SAW. bersabda,
"Jauhilah tujuh hal yang dapat membinasakan." Para sahabat berkata, "Apa ketujuh hal tersebut wahai Rasulullah ?" Rasulullah SAW. bersabda, "Syirik kepada Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali dengan alasan yang benar, memakan riba, memakan harta anak yatim, melarikan diri saat perang, dan menuduh berzina kepada wanita yang suci, beriman, dan lupa (lupa dari maksiat)." (Muttafaqun alaih)

Dengan shaum kita diajarkan tidak mengonsumsi makanan hanya untuk diri sendiri, tetapi hendaknya kita pun memberi makanan kepada orang lain, terutama kepada fakir dan miskin.

Saat ini kita berada pada bulan Ramadhan. Marilah kita gunakan kesempatan ini untuk melaksanakan ibadah puasa dengan sebaik-baiknya agar dapat mendidik diri kita dalam mengendalikan nafsu kita, terutama nafsu terhadap makanan.

Wallahu a'lam.***

[Ditulis oleh H. MOCH. HISYAM, Ketua DKM Al-Hikmah RW.7 Kel. Sarijadi, Kec. Sukasari, Kota Bandung, alumnus Pontren KH. Zaenal Musthofa Sukamanah, Singaparna, Tasikmalaya. Tulisan disalin dari Hraian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi Kamis (Manis) 11 Agustus 2011 / 11 Ramadan 1432 H. pada Kolom "CIKARACAK"]

by

u-must-b-lucky

0 comments: