KETULUSAN AMAL

Ramadhan telah berlalu. Taqabbalallahu minna waminkum. Semoga Allah SWT. menerima amal kita sekalian. Salah satu kriteria agar amal-amal kebajikan diterima adalah ikhlas. Kata yang ringan diucapkan, tetapi terasa amat berat dilaksanakan.

Beramal dengan ikhlas sering lebih sulit dilakukan daripada amalnya itu sendiri. Ikhlas, bersedekah kadang lebih susah daripada sedekahnya. Ikhlas merupakan sikap batin yang tak bisa diketahui dan diraba orang lain.

Ada satu kisah yang pantas kita renungkan. Ketika Rasulullah dan para sahabatnya telah menetap di Madinah setelah menempuh perjalanan hijrah pada 622 Masehi, tersebar informasi tentang hijrahnya seorang laki-laki. Dia hijrah bukan karena mengikuti jejak langkah Rasulullah, melainkan mengejar tunangannya bernama Umm Al Qais.

Ketika berita itu sampai ke telinga Rasulullah, Beliau pun bersabda,
Sesungguhnya setiap amal tergantung pada niatnya. Setiap orang akan memperoleh hasil amalnya sesuai dengan kualitas niatnya. Barang siapa yang berhijrah mencari ridha Allah dan Rasul-Nya, ia akan memperoleh ridha Allah dan rasul-Nya. Barang siapa yang berhijrah karena mengejar materi, ia hanya akan memperoleh keuntungan materi yang dicita-citakannya, dan barang siapa yang berhijrah karena wanita juga akan memperoleh yang diniatkannya. Hijrah seseorang tergantung pada niat hijrahnya.

Niat menentukan jenis suatu amal ataupun mutu dari amal itu. Bahkan, niat menentukan diterima atau tidaknya suatu perbuatan di mata Allah. Amal yang paling tinggi nilainya ditinjau dari segi niat adalah amal yang dilakukan dengan ikhlas. Sebaliknya amal yang paling rendah nilainya ialah ria (pamer).

Makanya, ada beberapa hadits yang berkaitan dengan shaum Ramadhan seperti,
Barang siapa yang melaksanakan shaum Ramadhan karena iman dan mengharapkan ridha Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.

Secara bahasa, ikhlas bermakna suci, bersih, murni, atau jujur. Ikhlas berupaya membersihkan hati dalam melaksanakan suatu amal dari niat selain mencari ridha Allah. Ikhlas berarti mengkhususkan amal hanya untuk Allah dan menafikan semua tujuan di luar ketentuan Allah.

Gambaran ikhlas antara lain dinyatakan dalam satu pernyataan, "Inna shalatii wanusukii wamahyaaya wamamatii lillahi Rabbil-alamin" (Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup, dan matiku hanya untuk Allah, Tuhan sekalian alam). Dalam QS. Al-Bayyinah : 5 juga ditegaskan,

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ
"Dan mereka tidak diperintahkan kecuali hanya beribadah kepada Allah SWT. dengan penuh keikhlasan."

Keikhlasan bukan sekadar untuk ibadah yang berhubungan dengan Allah (mahdhah atau hablum minallah) melainkan juga ibadah sosial (hablum minannaas). Kesibukan pekerja di kantor, mahasiswa dan siswa yang rajin belajar, ataupun kaum ibu yang mengasuh anak-anaknya apabila diniatkan dengan ikhlas bisa masuk kategori ibadah. Kualitas semua kegiatan seorang manusia tidak hanya ditentukan hasil akhirnya, tetapi ditentukan niat dan motivasinya.

Sejumlah karyawan yang bekerja dengan waktu sama, jenis pekerjaan serupa, gaji dan hasil kerja yang sama akan berbeda nilainya di mata Allah tergantung keikhlasan dalam bekerja. Demikian pula dengan pengusaha yang biasa saja memperoleh penghasilan sama, tetapi nilai ikhlas yang menentukan dalam pandangan Allah.

Ali bin Abi Thalib berkata, "Manusia sesungguhnya celaka kecuali orang-orang yang berilmu. Orang berilmu pun bisa celaka kecuali orang yang beramal, dan orang beramal pun akan celaka kecuali orang yang ikhlas." Makanya, Nabi Muhammad SAW. menegaskan, Allah tidak melihat badan dan parasmu melainkan Allah melihat keikhlasan hatimu.

Keikhlasan juga menjadi penyebab terkabulnya suatu doa dan pelindung di hari kiamat. Rasulullah bersabda ada tujuh golongan manusia yang akan mendapatkan perlindungan langsung dari Allah di hari kiamat ketika tidak ada lagi perlindungan kecuali dari Allah. Ketujuh golongan itu adalah pemimpin yang berlaku adil kepada rakyatnya, pemuda selalu ikhlas dalam beribadah kepada Allah, seseorang yang hatinya selalu terikat dengan masjid, dua orang bersahabat dan berpisah karena Allah, laki-laki yang menolak bujukan zina dari wanita cantik dan terhormat, dermawan yang mengeluarkan sedekahnya secara sembunyi-sembunyi, dan seorang yang berdzikir kepada Allah sehingga air matanya menetes.

Ada satu nasihat yang berbunyi, "Apabila Anda menanam padi pasti rumput akan ikut tumbuh, tetapi kalau Anda menanam rumput pasti padi tidak akan tumbuh." Jika kita beramal dengan niat akhirat, hasil di dunia akan kita dapatkan. Sebaliknya apabila kita beramal sebatas untuk dunia, misalnya ingin dipuji atau dikenang sebagai orang baik, hasil akhirat tidak akan bisa digapai.

Semoga kita termasuk dalam golongan orang-orang yang bersih dan suci selepas Ramadhan karena amal-amal kita dilandasi kebersihan niat.

Wallahualam. ***

[Ditulis oleh KH. MIFTAH FARIDL, Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota. Bandung, Ketua Yayasan Unisba dan Ad Dakwah, dan pembimbing haji plus dan umrah Safari Suci. Tulisan disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi Kamis (Wage) 8 September 2011 / 9 Syawal 1432 H. pada Kolom "CIKARACAK"

by

u-must-b-lucky

0 comments: