MENJADI “WALIYULLAH”

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (QS. Adz-Dzariyat : 56)
Ayat di atas mengisyaratkan bahwa tujuan Allah SWT. menciptakan manusia adalah hendak menjadikan manusia menjadi waliyullah, karena dengan beribadah dan mendekatkan diri kepada-Nya akan melahirkan kecintaan Allah SWT. dan menjadikannya sebagai waliyullah.

Dalam ajaran Islam, waliyullah merupakan suatu kedudukan yang tinggi lagi mulia. Ia merupakan hamba-hamba pilihan Allah SWT. dan Allah memuliakan mereka dengan memberikan cinta dan karomah-karomah-Nya kepada mereka.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA. ia berkata bahwa Rasulullah SAW. bersabda,
"Sesungguhnya Allah SWT. berfirman, 'Barang siapa yang memusuhi kekasih (wali)-Ku, maka Aku nyatakan perang padanya. Sesuatu yang paling Aku sukai yang dikerjakan hamba-Ku untuk mendekatkan diri kepada-Ku adalah amalan yang aku wajibkan kepadanya. Dan tidak henti-hentinya hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan sunah sehingga Aku mencintainya. Jika Aku mencintainya, maka Aku menjadi pendengarannya yang dengannya ia mendengar; menjadi matanya yang dengannya ia melihat; menjadi tangannya yang dengannya ia memegang menjadi kakinya yang dengannya ia berjalan. Jika ia memohon kepada-Ku niscaya Aku mengabulkannya, dan jika ia memohon perlindungan kepada-Ku niscaya Aku melindunginya." (HR. Bukhari)

Kata wali yang terambil dari akar kata wauw, lam, dan ya makna dasarnya adalah dekat. Dari sini kemudian berkembang makna-makna baru, seperti pendukung, pembela, pelindung, yang mencintai, lebih utama, dan lain-lain, yang kesemuanya diikat oleh benang merah kedekatan. (Quraish Shihab, Menyingkap Tabir Ilahi, halaman 255)
Dengan demikian, waliyullah adalah orang-orang yang senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SWT., mencintai-Nya, mengagungkan-Nya, memerintah dengan perintah-Nya, melaksanakan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, melarang dengan larangan-Nya, mencintai dengan cinta-Nya, dan marah dengan kemarahan-Nya.

Seorang waliyullah tidak selalu identik dengan gamis dan sorban. Begitu pula dengan kesaktian, ataupun bergelut dalam organisasi keagamaan. Boleh jadi, ia itu seorang pedagang, pengusaha, buruh, atau apa pun pekerjaan dan profesinya, asalkan memiliki kedekatan kepada Allah, melaksanakan apa yang diwajibkan Allah kepadanya, dan senantiasa melakukan perkara yang sunah, ia layak menyandang predikat waliyullah.

Setiap orang yang beriman dan bertakwa adalah wali Allah. Hanya saja, tingkatan mereka berbeda, bergantung kepada keimanan dan ketakwaannya. Siapa saja yang iman dan ketakwaannya sempurna, maka kedudukannya di sisi Allah SWT. semakin tinggi lagi mulia.

Ketika seseorang hamba melakukan ibadah dengan sungguh-sungguh kepada Allah SWT. hingga dia sampai pada kedudukan sebagai seorang wali, maka banyak keutamaan-keutamaan yang akan di raihnya, di antaranya Allah SWT. akan menurunkan ketenangan dan ketenteraman ke dalam hatinya, sehingga ia tidak akan merasa khawatir dan bersedih hati dalam hidupnya.

Allah SWT. berfirman,


أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ
لَهُمُ الْبُشْرَىٰ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ ۚ لَا تَبْدِيلَ لِكَلِمَاتِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. Bagi mereka, berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan) jdi akhirat. Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar. (QS. Yunus : 62-64)

Selain itu, Allah SWT. pasti akan mengabulkan segala permohonannya, jika memang pengabulan itu menjadi kebaikan baginya. Atau menggantinya dengan sesuatu yang lebih baik darinya, baik di dunia maupun kelak di akhirat. Sabda Rasulullah SAW. dalam haditsnya yang Beliau riwayatkan dari Allah SWT. yang berfirman,
"Jika ia memohon kepada-Ku, niscaya Aku mengabulkannya." (HR. Bukhari)

Kemudian, Allah SWT. akan menjadi pembela, pelindung, dan akan membalas terhadap orang yang berbuat jahat terhadapnya. Sabda Rasulullah SAW. dalam haditsnya yang Beliau riwayatkan dari firman Allah SWT.,
"Aku pasti balas dendam bagi wali-wali-Ku, seperti balas dendamnya singa yang marah."

Begitu juga Allah SWT. akan memberikan berbagai karomah terhadapnya. Karomah terbesar yang diberikan Allah SWT. kepada orang yang telah sampai pada derajat waliyullah adalah memberikan kemampuan kepadanya untuk konsisten melaksanakan perintah-perintah yang disyariatkan, dan menjauhi hal-hal haram, dan larangan-larangan-Nya.

Mengingat di antara tujuan utama penciptaan manusia adalah menjadi waliyullah dan setiap Muslim berpeluang sama untuk menggapainya, sudah sepantasnya kita berusaha sekuat tenaga untuk meraihnya.

Upaya yang dapat dilakukan untuk menggapai kedudukan waliyullah adalah dengan menumbuhkan iradah (kehendak) yang kuat untuk berpegang teguh pada jalan yang membimbing kepada kebenaran. Hal ini direalisasikan dengan senantiasa taat dan tunduk kepada aturan Allah SWT. (Islam) yang dibawa oleh Rasul-Nya, yakni Nabi Muhammad SAW. Dan senantiasa melaksanakan ibadah wajib yang diikuti dengan selalu melakukan ibadah sunah, seperti melakukan shalat rawatib, shalat malam, dan membaca Al-Qur'an.

Allah SWT. berfirman,


إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ لَهُمْ أَجْرُهُمْ عِندَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (QS. Al-Baqarah : 277)

Selanjutnya, untuk meraih derajat waliyullah adalah dengan mencurahkan kasih sayang kepada sesama dan menolong mereka baik yang taat maupun durhaka agar mereka senantiasa berada di jalan Allah SWT. Hal ini dapat direalisasikan dengan melakukan amar makruf nahi munkar.

Allah SWT. berfirman,


وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ ۚ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ ۚ أُولَٰئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللَّهُ ۗ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang makruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (QS. At-Taubah : 71)

Rasulullah SAW. bersabda,
"Bantulah saudaramu yang berlaku aniaya dan dianiaya." Para sahabat bertanya, "Ini yang dianiaya, maka bagaimana menolong yang menganiaya?" Nabi SAW. menjawab, "Dengan menghalanginya melakukan penganiayaan." (HR. Bukhari)

Wallahualam.***

[Ditulis oleh H. MOCH. HISYAM, Ketua DKM. Al-Hikmah Kel. Sarijadi, Kec. Sukasari, Kota Bandung, Alumnus Pontren KH. Zaenal Musthafa Sukamanah Singaparna Tasikmalaya. Tulisan disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi Kamis (Pon) 21 September 2011 / 23 sYAWAL 1432 H. pada Kolom "CIKARACAK"]

by

u-must-b-lucky

0 comments: