MANFAATKAN KESEMPATAN UNTUK BERTOBAT

Bertobat atau mohon ampun atas segala dosa merupakan kewajiban setiap manusia, terutama bagi orang-orang yang beriman kepada Allah SWT. Soalnya, Allah telah memerintahkan semua orang beriman untuk bertobat kepada-Nya

وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Dan bertobatlah kalian semua kepada Allah, wahai orang-orang beriman supaya kamu beruntung. (QS. An-nuur: 31)

Pada saat melaksanakan seluruh rangkaian ibadah haji, memohom ampunan, pengakuan tobat atas segala dosa, menjadi porsi utama. Jemaah selalu mendahulukan bacaan istighfar sebelum melanjutkan ke doa-doa lain. Semua dilakukan jemaah, baik ketika berada di Masjidilharam (shalat, zikir, tawaf, sai) maupun di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (wukuf dan melontar jumrah).

Hal itu tumbuh berkat kesadaran (alyagzah) yang muncul spontan mengikuti suasana sakral dan ghirah (semangat) menjalankan perintah Allah sekaligus menjauhi larangan-Nya (takwa). Bertobat adalah melaksanakan perintah Allah, sebagaimana telah dinyatakan di atas, juga menjauhi larangan-Nya. Soalnya, orang yang tidak (mau) bertobat termasuk dzalim, sikap dan perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT. Hal itu dinyatakan dalam Al-Qur'an Surat Al-Hujuraat ayat 11,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّن قَوْمٍ عَسَىٰ أَن يَكُونُوا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِّن نِّسَاءٍ عَسَىٰ أَن يَكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّ ۖ وَلَا تَلْمِزُوا أَنفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ ۖ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ ۚ وَمَن لَّمْ يَتُبْ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.

Di dalam kitab Manazilus-saa'iriin, Syekh Ismail Alharawi (abad ke-12) menyebutkan bahwa penyebab manusia berbuat dosa adalah 'ishmat, merasa lepas (terbebas) dari pengawasan Allah SWT. Dengan demikian, orang akan merasa tenang-tenang saja dan terus-menerus mengarungi gelombang dosa kemaksiatan.

Syekh Ismail pun menyebutkan tiga syarat dalam bertobat
  • Pertama, membesar-besarkan arti dosa yang pernah dilakukan, jangan sekali-kali meremehkan (menganggap kecil) perbuatan dosa. 
  • Kedua, jangan mencari kambing hitam atas perbuatan dosa yang dilakukan. Sebaiknya, tuduhan diarahkan kepada diri sendiri sebagai sumber sekaligus pelaku dosa. 
  • Ketiga, memohon maaf kepada semua orang atas dosa dan kesalahan yang pernah diperbuat.

Terkait dengan hal itu, Rasulullah SAW. pernah bersabda bahwa Allah tidak akan mengampuni dosa seseorang sebelum dia beroleh maaf dari orang yang pernah disakiti.

Itulah yang disebut "hak adami", dosa antar-manusia yang hanya akan diampuni oleh Allah SWT. apabila di antara sesama orang itu sudah saling memberi maaf.

Pada waktu di Arafah, doa wukuf yang paling masyhur adalah yang dimulai dengan kalimat permohonan ampun (astaghfiru-llaaha-l'azhim), diikuti dengan pengakuan bahwa tiada zat yang patut disembah, kecuali Allah yang Mahakekal, Mahahidup, dan tempat meminta ampunan dari segala dosa. Doa itu diucapkan sebanyak seratus kali. Astaghfiru-llaaha-l'azhim al-ladzii laa ilaaha illaa huwa-lhayyu-lqayyuum wa atuubu ilaiih.

Itulah istighfar (permohonan ampun) paling sederhana. Di samping itu, banyak model istighfar lain, baik yang diucapkan oleh para nabi dan rasul Allah, yang tercantum di dalam Al-Qur'an, maupun yang diucapkan oleh Nabi Muhammad SAW. di dalam sunahnya (hadits). Istighfar para nabi dan rasul yang tercantum di dalam Al-Qur'an antara lain, 

Istighfar Nabi Adam AS. 

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi. (QS. Al-A'raaf: 23)

Istighfar Nabi Yunus AS. 

فِي الظُّلُمَاتِ أَن لَّا إِلَٰهَ إِلَّا أَنتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنتُ مِنَ الظَّالِمِينَ
Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim. (QS. Al-Anbiyaa': 87)

Istighfar Nabi Musa AS. 

رَبِّ اغْفِرْ لِي وَلِأَخِي وَأَدْخِلْنَا فِي رَحْمَتِكَ ۖ وَأَنتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ 
Ya Tuhanku, ampunilah aku dan saudaraku dan masukkanlah kami ke dalam rahmat Engkau, dan Engkau adalah Maha Penyayang di antara para penyayang. (QS. Al-A'raaf: 151)

رَبِّ بِمَا أَنْعَمْتَ عَلَيَّ فَلَنْ أَكُونَ ظَهِيرًا لِّلْمُجْرِمِينَ
Ya Tuhanku, demi nikmat yang telah Engkau anugerahkan kepadaku, aku sekali-kali tiada akan menjadi penolong bagi orang-orang yang berdosa. (QS. Al-Qashash: 16)

Istighfar Nabi Nuh AS. 

رَّبِّ اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِمَن دَخَلَ بَيْتِيَ مُؤْمِنًا وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَلَا تَزِدِ الظَّالِمِينَ إِلَّا تَبَارًا
Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kebinasaan. (QS. Nuuh: 28)

Doa para tabi'in (pengikut Nabi Muhammad SAW.

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ
Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Hasyr: 10)

Semuanya dapat dan mudah dipelajari dari para guru, ustaz, kiai di majelis taklim, pesantren, madrasah, dan tempat-tempat pengajian lainnya.

Semoga haji mabrur yang kita ikhtiarkan dapat dipetik dan terasa hasilnya. Hal itu berupa pembersihan diri kita dari segala dosa dan peningkatan amal ibadah kepada Allah SWT. sesuai dengan petunjuk rasul-Nya, Muhammad SAW. Selain itu, tentu saja, peningkatan kualitas amal kebaikan terhadap sesama manusia.***

[Ditulis oleh WAWANG F. RATNAWULAN, S.Ag., pernah "nyantri" di Pondok Pesantren Al Jawami, Bustanul Wildan, dan AlFalah, Kabupaten Bandung. Tulisan disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi Kamis (Pon) 27 Oktober 2011 / 29 Zulkaidah 1432 H. pada Kolom "DI BALIK RITUS"]

by

u-must-b-lucky

0 comments: