MUDAH DIUCAPKAN, SULIT DIAMALKAN (I)

Mungkin diantara sahabat akan bertanya apakah itu? Ikhlas sebuah kata yang ringkas, ringan diucapkan namun berat untuk di praktekan. Meski berat, ikhlas harus selalu hadir dalam segala amalan baik manusia.

Alkisah, ada seorang salaf di zaman dahulu yang selalu pergi menunaikan ibadah haji setiap tahun dengan cara berjalan kaki. Ini merupakan kebiasaanya. Pada suatu malam ketika ia tidur di tempat peraduannya, ibunya meminta tolong agar ia mengambilkan segelas air. Namun ia merasa agak berat untuk bangun mengambilkan air. Kemudian ia kembali teringat pada ibadah haji yang dilakukannya setiap tahun dengan berjalan kaki. Timbul pertanyaan di dalam hatinya, mengapa selama ini ia mengamalkan ibadah berat itu dengan mudah. Sementara, hanya untuk mengambilkan air untuk ibunya ia merasa berat. Kenapa? Ia bermuhasabah, dan kemudian menemukan bahwa yang membuat ia selalu bersemangat adalah pandangan dan pujian manusia. Sadarlah ia bahwa selama ini amalan kebaikannya telah disusupi oleh syirik yang lembut. Belum sepenuhnya ikhlas karena Allah. Demikian sebuah riwayat yang disebutkan dalam Kitab Lathaiful Ma’arif.

Ini menjadi gambaran bahwa keikhlasan begitu berat diraih. Seorang ulama salaf yang lain yaitu Sufyan bin Uyainah pun pernah berkisah, “Pernah suatu hari aku mengalami kekhusuan hati kemudian saya pun menangis. Lantas aku katakan pada diriku sendiri, ‘Seandainya sebagian sahabatku berada disini niscaya ia kan menangis bersamaku.’ kemudian aku tertidur dan bermimpi. dalam mimpi itu saya didatangi oleh seseorang, ia menendang kakiku dan berkata, ’Hai Sufyan ambillah pahalamu dari orang yang kamu suka ia melihatmu!’

MAKNA IKHLAS
Secara bahasa, ikhlas bermakna bersih dari kotoran dan menjadikan sesuatu bersih tidak kotor. Maka orang yang ikhlas adalah orang yang menjadikan agamanya murni hanya untuk Allah saja dengan menyembah-Nya dan tidak menyekutukan dengan yang lain dan tidak riya dalam beramal.

Sedangkan secara istilah, Ikhlas berarti niat mengharap ridha Allah saja dalam beramal tanpa menyekutukan-Nya dengan yang lain. Memurnikan niatnya dari kotoran yang merusak.

CIRI ORANG YANG IKHLAS
Orang-orang yang ikhlas memiliki ciri yang bisa dilihat, diantaranya:
  1. Senantiasa beramal dan bersungguh-sungguh dalam beramal, baik dalam keadaan sendiri atau bersama orang banyak, baik ada pujian ataupun celaan. Ali bin Abi Thalib RA. berkata, “Orang yang riya memiliki beberapa ciri; malas jika sendirian dan rajin jika di hadapan banyak orang. Semakin bergairah dalam beramal jika dipuji dan semakin berkurang jika dicela.
    Perjalanan waktulah yang akan menentukan seorang itu ikhlas atau tidak dalam beramal. Dengan melalui berbagai macam ujian dan cobaan, baik yang suka maupun duka, seorang akan terlihat kualitas keikhlasannya dalam beribadah, berdakwah, dan berjihad.
    Al-Qur’an telah menjelaskan sifat orang-orang beriman yang ikhlas dan sifat orang-orang munafik, membuka kedok dan kebusukan orang-orang munafik dengan berbagai macam cirinya. Di antaranya disebutkan dalam surat At-Taubah ayat 44-45,

    لَا يَسْتَأْذِنُكَ الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ أَن يُجَاهِدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنفُسِهِمْ ۗ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِالْمُتَّقِينَ
    إِنَّمَا يَسْتَأْذِنُكَ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَارْتَابَتْ قُلُوبُهُمْ فَهُمْ فِي رَيْبِهِمْ يَتَرَدَّدُونَ
    Orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, tidak akan meminta izin kepadamu untuk (tidak ikut) berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan Allah mengetahui orang-orang yang bertakwa.
    Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari akhir, dan hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam keragu-raguannya.
  2. Terjaga dari segala yang diharamkan Allah, baik dalam keadaan bersama manusia atau jauh dari mereka. Disebutkan dalam hadits,
    “Aku beritahukan bahwa ada suatu kaum dari umatku datang di hari kiamat dengan kebaikan seperti Gunung Tihamah yang putih, tetapi Allah menjadikannya seperti debu-debu yang beterbangan. Mereka adalah saudara-saudara kamu, dan kulitnya sama dengan kamu, melakukan ibadah malam seperti kamu. Tetapi mereka adalah kaum yang jika sendiri melanggar yang diharamkan Allah.” (HR. Ibnu Majah)
    Tujuan yang hendak dicapai orang yang ikhlas adalah ridha Allah, bukan ridha manusia. Sehingga, mereka senantiasa memperbaiki diri dan terus beramal, baik dalam kondisi sendiri atau ramai, dilihat orang atau tidak, mendapat pujian atau celaan. Karena mereka yakin Allah Maha melihat setiap amal baik dan buruk sekecil apapun.
  3. Dalam dakwah, akan terlihat bahwa seorang dai yang ikhlas akan merasa senang jika kebaikan terealisasi di tangan saudaranya sesama dai, sebagaimana dia juga merasa senang jika terlaksana oleh tangannya.
    Para dai yang ikhlas akan menyadari kelemahan dan kekurangannya. Oleh karena itu mereka senantiasa membangun amal jama’i dalam dakwahnya. Senantiasa menghidupkan syuro dan mengokohkan perangkat dan sistem dakwah. Berdakwah untuk kemuliaan Islam dan umat Islam, bukan untuk meraih popularitas dan membesarkan diri atau lembaganya semata.
IKHLAS BERAT TAPI HARUS
Meski berat, ikhlas adalah sesuatu yang harus selalu ada dalam setiap amalan kebajikan yang dilakukan. Artinya, seseorang wajib berjuang untuk meraih keikhlasan tersebut. Pentingnya masalah ikhlas sendiri bukan sesuatu yang ditawa-tawar lagi. Siapapun yang mentadaburi Kitabullah akan menemukan begitu agungnya nilai keikhlasan ini. Bahkan secara ringkas bisa dikatakan bahwa agama tanpa keikhlasan sesuatu yang mustahil, salah satu buktinya adalah surat Az-Zummar ayat 2-3,

إِنَّا أَنزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ فَاعْبُدِ اللَّهَ مُخْلِصًا لَّهُ الدِّينَ
أَلَا لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ ۚ وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِن دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَىٰ إِنَّ اللَّهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِي مَا هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي مَنْ هُوَ كَاذِبٌ كَفَّارٌ
Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al Quran) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya.
Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya". Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar.

Oleh karena itu, seberapapun besarnya amalan yang dilakukan oleh seseorang, baik shaum/puasa, shalat, zakat, haji, bahkan jihad sekalipun jika tidak disertai dengan keikhlasan maka tak ada manfaatnya sama sekali. Amalan tersebut tidak akan pernah diterima oleh Allah. Karena amalan kebaikan hanya akan diterima oleh Allah bila memenuhi dua persyaratan, yaitu ikhlas dan benar sesuai dengan syariat.

Al-Qur'anul Karim telah menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan amalan shalih adalah yang melengkapi tiga perkara. Disaat salah satu diantaranya kosong maka amalan tersebut tidak akan memberikan manfaat bagi pelakunya pada hari kiamat kelak. Salah satu dari ketiga perkara itu adalah: Ikhlas untuk mengharapkan wajah-Nya yang Maha Mulia. Sesuai dengan Firman Allah: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembahkan Allah dengan memurnikan ke’taat kepadanya dalam menjalankan agama yang lurus,” ungkap oleh Syeikh Muhammad Amin asy syinqithi rahimahullah.

MANFAATNYA IKHLAS
Di saat ikhlas telah tertanam dalam jiwa ketika mengamalkan suatu kebajikan, dan ketaatan ini murni hanya dalam rangka mencari wajah Allah maka akan diperoleh manfaat yang besar. Allah akan memberikan ganjaran yang ekstra besar kepada orang-orang yang ikhlas meskipun bilangannya sedikit.

Ibnul Mubarak
, seorang ulama salaf, memberikan petuah tentang hal ini. “Betapa banyak amal kecil (sedikit, sederhana) menjadi besar dengan sebab niatnya (keikhlasannya). Dan betapa banyak amal yang besar (banyak) menjadi kecil nilainya dengan sebab niat (karena tidak ikhlas).

TANPA IKHLAS PEDIH AZAB
Sebuah amalan tidak akan berguna disisi Allah tanpa disertai keikhlasan. Bahkan tidak berhenti di sini saja. Orang yang tidak ikhlas dalam beramal terancam mendapatkan azab yang pedih dari Allah.

Rasulullah SAW. pernah bersabda:
”Barang siapa belajar ilmu yang seharusnya yang ia mengharapkan wajah Allah, kemudian ia belajar untuk mendapatkan sesuatu dari dunia, maka ia tidak akan mencium baunya surga pada hari kiamat.” (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ahmad)

Demikian pula dalam berbagai bentuk amalan yang lain termasuk dakwah, jika tidak diniatkan ikhlas maka akan berakhir dengan kerugian, Rasululah SAW. bersabda:
”Sebagaimana firman Allah: “Aku tidak butuh kepada semua sekutu. Barang siapa beramal mempersekutukan-Ku dengan yang lain, maka aku biarkan dengan sekutunya.(HR. Muslim, Ibnu Majah)

Dari sini, semakin jelas nilai penting keikhlasan. Ia mesti ada dalam setiap aktivitas kehidupan kita. Dalam berilmu, beramal dan berdakwah. Ya, ikhlas adalah salah satu rahasia amal shalih.

Wahai Rabbi, mudahkan kami untuk ikhlas kepada-Mu.

Wallahu a'lam bishawab.
***

(Dilanjutkan ke Bagian II)

[Dari berbagai sumber]


by

u-must-b-lucky

0 comments: