NILAI IBADAH KURBAN

Iduladha kita lalui setiap tahun. Namun, bagi seorang Muslim, momen tersebut harus dijadikan sarana instrospeksi dan perenungan kembali, seperti yang diterangkan dalam Al-Qur'an. Salah satu yang paling pokok di antaranya adalah pendidikan yang ditanamkan Nabi Ibrahim AS. kepada putranya, Ismail AS.

Ismail AS., anak yang masih remaja mau disembelih oleh bapaknya. Padahal kita tahu, disembelih itu sakit, tetapi Ismail AS. rela disembelih. Kenapa demikian? Karena keduanya, baik bapak maupun anaknya memiliki tauhid yang kuat. Dengan tauhid yang kuat, keduanya rela mengorbankan apa saja, termasuk dirinya demi melaksanakan tauhid kepada Allah SWT.

Menurut sejarah, ibadah kurban ini adalah termasuk ibadah yang paling tua usianya karena kurban sudah disyariatkan oleh Allah kepada putra-putra Nabi Adam AS. Seperti diungkapkan dalam Al-Qur'an, mengenai kisah Qabil dan Habil yang telah melakukan kurban.

Masyarakat Jahiliah sebelum Nabi lahir, sudah ada kebiasaan berkurban. Menurut sejarah, Nabi sendiri pernah mengemukakan, "Saya adalah keturunan dari dua orang yang pernah dikurbankan." Yang dimaksud adalah pertama, Nabi Ismail AS. Kedua adalah Abdullah, ayah beliau pernah dikorbankan yang kemudian diganti dengan mengorbankan seratus ekor unta oleh kakeknya yaitu Abdul Mutholib.

Zaman sekarang kita harus mengikuti pendidikan yang ditanamkan Nabi Ibrahim AS. yaitu mendidik anak-anak kita dengan tauhid yang kuat dan konsisten kepada tauhid. Kita harus ingat yang namanya tauhid bukan rukun iman atau bukan cuma percaya sifat-sifat Allah.

Tauhid adalah konsisten dalam menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, termasuk dalam segala hal. Harus diingat pula, jangan sampai tauhid hanya untuk persiapan di akhirat nanti. Sebetulnya dengan bertauhid akan bahagia di dunia dan di akhirat.

Kisah Nabi Ibrahim AS., dengan bertauhid yang kuat, akhirnya putra-putra beliau menjadi para nabi. Negaranya menjadi baldatun tayyibatun wa rabbun ghafuur. Sebagaimana kita lihat sekarang, Kota Mekah yang asalnya gersang kini menjadi subur makmur. Hal itu berkat doa Nabi Ibrahim AS. yang dikabulkan Allah karena bertauhid secara murni dan konsekuen.

Nabi Ibrahim AS. mendidik anaknya dengan "dipesantrenkan". Nabi Ibrahim AS. tinggal di Palestina, sedangkan anaknya tinggal di pesantren. Pesantrennya di lingkungan Masjidil Haram yang sekarang dinamakan Hijr Ismail. Gurunya tidak lain ibunya sendiri, Siti Hajar. Ternyata dengan dipesantrenkan, berhasil.

Kita mendidik anak pun harus mengikuti Nabi Ibrahim AS., selain menyekolahkan untuk kebutuhan duniawi, tidak lupa mendekatkan anak dengan pendidikan agama. Nabi Ibrahim AS. memesantrenkan anaknya sangat jauh dari tempat tinggalnya. Dari Palestina sampai ke lembah Mekah, jaraknya mencapai ribuan kilo meter.

Jika tauhid ini ditanamkan, Insya Allah negara kita akan beres. Tauhid ini berpengaruh pula kepada akhlaknya. Dalam surat Al-Furqan dijelaskan, "Seorang yang bertauhid kuat tidak mungkin berperilaku menyimpang." Seharusnya korupsi pun akan hilang. Dalam hadits dijelaskan, "Tidak ada agama bagi orang yang tidak amanah." Jadi memperbaiki akhlak harus diikuti dengan tauhid yang kuat.

Iduladha dalam perspektif sosial bagi manusia banyak keuntungannya. Dengan banyaknya umat Islam naik haji, mendorong orang menjadi kaya. Akibatnya, umat Islam mampu membeli binatang yang berimbas pada peningkatan sosial ekonomi peternak, karena setiap Iduladha orang memerlukan jutaan binatang yang akan disembelih.

Peluang ini dapat meningkatkan sosial ekonomi umat Islam. Jangan sampai binatangnya dibeli dari orang lain. Jika umat Islam diberdayakan untuk memelihara dan mengembangkan peternakan, akan lebih bermanfaat.

Dalam ajaran Islam paling tidak ada tiga macam ibadah yang diwujudkan dalam bentuk pemotongan hewan kurban
  • Pertama, tepat tanggal 10, 11, 12, dan 13 Zulhijah yang dilakukan oleh mereka yang mampu untuk melaksanakan pemotongan hewan kurban. Di antaranya, satu ekor kambing untuk satu orang, paling tidak untuk satu keluarga, dan satu ekor sapi untuk tujuh orang.
  • Kedua, adalah yang terikat atau satu paket dengan ibadah haji. Bagi mereka yang melaksanakan ibadah haji tamattu atau qirad diperintahkan untuk untuk melaksanakan pemotongan hewan kurban, atau dikenal dengan Alhadyu atau sering pula disebut dengan Dam Tamattu dan Dam Qirad. Pemotongan hewan yang ada kaitannya dengan ibadah haji ini mesti dilakukan di Mina, dan tidak boleh dilakukan di negeri sendiri. Bagi mereka yang tidak mampu melaksanakan Alhadyu, diperintahkan untuk menggantinya dengan puasa selama sepuluh hari, 3 hari di musim haji yakni di Tanah Suci dan 7 hari setelah pulang ke negeri masing-masing.
  • Ketiga, ibadah memotong seekor kambing itu karena ada acara di tengah-tengah keluarga. Bagi mereka yang dianugerahi oleh Allah kelahiran seorang bayi, ketika bayi itu menginjak hari ketujuh, lakukanlah pemotongan hewan kurban. Inilah yang dinamakan Akikah.
Kurban merupakan syariat yang berlaku secara universal, bahkan kalau kita melakukan kajian berbagai agama, sekurang-kurangnya agama yang resmi di Indonesia, semuanya mengajarkan tentang kurban itu. Walaupun cara dan aturannya berbeda-beda. Islam mengingatkan tentang kurban tersebut.

Dalam Al-Qur'an Surat Al-Kautsar ditegaskan bahwa kurban itu harus menjadi bagian manifestasi syukur atas segala nikmat yang Allah berikan kepada kita. 
Inna a'thoinaa kal kautsar fasholli lirobbika wanhar...." Aku berikan kepadamu nikmat yang serba banyak, maka sikapi nikmat itu dengan fasholli yakni lakukan shalat, wanhar, dan berkurban.

Shalat dan berkurban sebagai salah satu manifestasi syukur atas segala nikmat yang diberikan oleh Allah SWT. Wallahualam. ***

[Ditulis oleh: M. SURIPPUDDIN ABDURROCHIM, Ketua Dewan Kemakmuran Masjid Ar-Rahim Kompleks Guruminda Bandung dan khatib Jumat beberapa masjid di Jawa Barat. Tulisan disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi Jumat (Manis) 4 November 2011 / 8 Zulhijah 1432 H. pada Kolom "RENUNGAN JUMAT"]

by

u-must-b-lucky

0 comments: