KEKERASAN TERHADAP ORANGTUA

Seorang sahabat yang tinggalnya dari wilayah jauh, suatu hari datang menghadap Rasulullah SAW. "Wahai Rasulullah, saya datang dari dusun yang jauh menghadap untuk berikrar kepadamu bahwa saya siap hijrah melaksanakan perintahmu dan berjuang menegakkan titahmu. Saya juga siap mati melaksanakan perintah agama," kata pemuda tersebut.

Rasulullah SAW. bertanya, "Baik. Apakah kau masih mempunyai ayah ibu atau salah seorang di antara keduanya masih hidup?"

"Wahai Rasulullah, malah keduanya masih hidup. Oleh karena itulah, saya siap melaksanakan tugas berat sebab ayah dan ibu masih hidup."

"Baiklah. Jika ayah dan ibumu masih ada, kembalilah ke rumah, berbuat baiklah kepada ayah ibumu. Setelah kamu secara maksimal berbuat baik pada ayah ibumu, kami akan segera memanggilmu agar segera berangkat ke medan perjuangan," ujar Rasulullah SAW.

Kita renungkan dialog antara Rasulullah SAW. dan pemuda itu. Jihad dengan berbakti kepada kedua orangtua ternyata lebih disarankan Rasulullah SAW. daripada berjihad di medan perang. Sekarang ini kita dihadapkan pada kenyataan munculnya krisis kewibawaan orangtua. Krisis hubungan antara ayah dan ibu dengan anaknya maupun sebaliknya, pada era modern ini memaksa hubungan yang tak harmonis yang berakhir kepada konflik keluarga.

Bukan hanya terjadi kekerasan antara suami kepada istrinya, istri kepada suami, bahkan anak juga kerap melakukan kekerasan kepada orang tuanya. Hal semacam itu sudah menjadi hal biasa dalam keseharian. Malah media massa sering memberitakan kekerasan di dalam rumah tangga antara suami, istri, dan anak-anaknya.

Sering kita menyatakan dusta sebagai dosa, tetapi kita kerap lupa bahwa membentak orangtua juga dosa yang lebih besar daripada dusta. Kita sebagai anak sering merasa sudah memiliki keimanan yang tinggi karena sudah melaksanakan shalat dan shaum (berpuasa), tetapi melupakan kewajiban lain yakni menghormati dengan sungguh-sungguh kepada orang tua. Padahal, menghormati dan patuh kepada orangtua merupakan ciri utama seorang Muslim.

Meski data lama dan terjadi di Jepang, patut kita renungkan. Pada tahun 1978 sebuah lembaga penelitian di Jepang mencatat adanya 6.763 kasus kekerasan yang dilakukan anak-anak. Mereka terlibat dalam berbagai tindak kejahatan dan sangat menyedihkan 4.288 kasus (80 persen) dari 6.763 kasus itu dilakukan oleh anak-anak di bawah usia 15 tahun! Lalu dua tahun kemudian dilakukan penelitian lagi yang ternyata hasilnya kenakalan anak-anak meningkat hampir dua kali lipat. Lebih aneh lagi, dari 9.058 kasus kenakalan anak-anak, 7.108 kasus dilakukan anak-anak di bawah usia 15 tahun.

Fenomena berbeda terjadi di Jerman Barat (saat belum menjadi Jerman bersatu dengan Jerman Timur). Mereka mencatat 2,5 persen dari jumlah seluruh anak di Jerman melakukan tindak kekerasan. Sementara itu, Amerika Serikat mencatat angka 5,9 persen dari jumlah anak-anak melakukan tindakan kekerasan. Bagaimana dengan Indonesia? Sampai sekarang belum ada data resmi mengenai kasus-kasus kekerasan dan kejahatan yang dilakukan anak-anak.

Dalam sebuah pidato, Rasulullah SAW. pernah bertanya kepada para sahabat dengan pertanyaan yang membangkitkan perhatian luar biasa, "Wahai para sahabat, amal apa saja yang paling dicintai Allah (ayyul'amal ahabbu ilallah)?"

Para sahabat menjawab, "Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu."

"Amal yang paling dicintai Allah adalah pantas kamu lakukan adalah shalat di awal waktu, kedua berbuat baik kepada ayah dan ibu serta ketiga berjuang menegakkan amalan di jalan Allah," ujar Rasulullah SAW.

Hadits itu sangat tegas menyatakan berbuat baik kepada orang tua termasuk di antara tiga amal besar yang paling dicintai Allah. Pantas Al-Qur'an menyatakan berbuat baik kepada orangtua merupakan rangkaian dari tiga amal besar yang menjamin keselamatan manusia. 

وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا ۖ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَن كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا
Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri, (QS. An Nisa: 36)

Allah juga menyatakan, "Allah telah menetapkan sesuatu hukuman yang pasti/suatu ketetapan yang pasti yaitu janganlah menyembah kecuali Allah. Setelah itu hendaklah berbuat baik kepada orangtua.

Ungkapan-ungkapan hampir senada juga dapat kita temukan dalam Al-Qur'an dan sunnah nabi. Intinya menegaskan berbuat baik kepada ayah dan ibu merupakan bagian terpenting dari tiga amal utama.

Dalam kesempatan lain, Rasulullah SAW. bertanya kepada para sahabatnya. "Wahai kaum Muslimin, inginkah aku tunjukkan dosa paling besar di antara dosa-dosa besar?" Para sahabat menjawab, "Baiklah wahai Rasulullah, tentu kami ingin mendapatkan penjelasan darimu tentang dosa paling besar di antara kelompok dosa-dosa besar."

"Pertama, menyekutukan Allah dan ini dosa paling besar. Kemudian menyakiti ayah atau ibu," jawab Rasulullah SAW.

Semoga anak-anak kita dijauhkan dari perbuatan tak menghormati kedua orangtuanya sebagai dosa besar yang berdampak langsung di dunia maupun akhirat. Sebagai orangtua, kita juga berkewajiban mendidik dan membiasakan anak-anak agar selalu taat kepada Allah, rasul, dan orang tuanya. ***

[Ditulis oleh KH. MIFTAH FARIDL, Ketua Umum MUI. Kota Bandung, Ketua Yayasan Unisba dan Ad Dakwah, serta pembimbing Haji Plus dan Umrah Safari Suci. Tulisan disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi Kamis (Pahing) 15 Desember 2011 / 19 Muharam 1433 H. pada Kolom "CIKARACAK"]

by

u-must-b-lucky

0 comments: