KEUTAMAAN DOA

Dalam situasi perekonomian yang kian terpuruk, serta pergaulan dan persaingan hidup yang semakin ketat dan berat, kini banyak orang terkena stres berat. Hidup seperti kehilangan pegangan, bahkan tidak sedikit orang kemudian terjerumus ke lembah maksiat dan dosa.

Bagi orang yang beriman, seharusnya tidak terjerumus ke dalam situasi seperti itu karena baginya masih mempunyai tempat untuk mencurahkan segala macam problematika hidup ini kepada Allah SWT. melalui doa yang ikhlas, khusyu' dan benar.

Berdoa bagi seorang Muslim hukumnya wajib. Allah mengategorikan orang yang tidak mau berdoa sebagai manusia takabur. Orang ini merasa dirinya mampu memenuhi segala kebutuhan hidupnya dan mengatasi segala persoalan hidupnya. Orang seperti itu diancam Allah tempat kembalinya kelak adalah neraka jahanam.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Al-Hakim, Rasulullah SAW. menjelaskan bahwa ikhtiar dan upaya manusia tidak ada faedahnya ketika takdir Allah datang. Karena takdir Allah ada di atas ikhtiar dan usaha manusia. Akan tetapi, doa itu sangat bermanfaat bagi hal-hal yang sudah menimpa kita dan yang belum menimpa kita.
Allah SWT. telah memberikan jaminan akan memenuhi setiap doa hamba-Nya, sebagai firman-Nya,

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ
Dan Tuhanmu berfirman, "Berdoalah Kepada-Ku, niscaya akan Ku-perkenankan bagimu. (QS. Ghaafir : 60)

Selain itu, tentu saja dengan memperhatikan dan memenuhi segala ketentuan dan adab-adab lainya dalam berdoa, antara lain:
  • Pertama, syarat utama dikabulkannya doa adalah hadirnya hati yang disertai optimisme bahwa Allah akan mengabulkannya. Sebagaimana diriwayatkan Imam Tarmidzi dari Abu Hurairah RA., Rasulullah SAW. bersabda,
    "Berdoalah kepada Allah dan kamu yakin akan dikabulkan. Sesungguhnya Allah tidak akan menerima doa dari hati yang lalai dan lupa."
  • Kedua, tidak terburu-buru dan putus harapan dalam berdoa. Dalam hadits Imam Bukhari, Rasulullah SAW. mengingatkan bahwa
    Allah akan memenuhi setiap doa asal tidak terburu-buru dan putus harapan dengan mengatakan, "Aku sudah berdoa, tetapi tidak diijabah juga."
  • Ketiga, berdoa dengan suara yang lembut, dengan perasaan takut tidak dikabul, tetapi besar keiinginan untuk dikabul,
    ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ
    وَلَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا ۚ إِنَّ رَحْمَتَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِينَ
    Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.
    Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. (QS. Al-A'raaf: 55-56)


    Diriwayatkan dari Ibnu Abi Hatim, suatu hari datang kepada Nabi SAW. seorang Arab bertanya tentang Allah itu dekat atau jauh. Jika dekat, ia berdoa dengan berbisik, tetapi jika jauh akan berteriak. Jawabannya malah langsung dari Allah dengan turunnya Surat Al Baqarah: 186, yang menegaskan bahwa Allah itu dekat.
    وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّيفَإِنِّي قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
    Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.
    Maka sesuai dengan logika pertanyaan sahabat tadi, berdoa bukan dilakukan dengan suara keras-keras sampai tegang urat leher, bahkan mengganggu orang sekitar, melainkan dengan lembut. Ingat kita sedang berdoa kepada Zat Yang Maha Mendengar dan Maha Melihat.
  • Keempat, apik dalam makan, minum, pakaian, dan segala kebutuhan hidup, jangankan yang jelas-jelas haram yang subhat pun harus dihindari, baik zatnya maupun cara perolehannya. Di antara penghalang dikabulkannya doa adalah manakala seseorang tidak mempedulikan halal dan haram dalam mendapat rizkinya. Sebagaimana ditetapkan dalam hadits sahih, Rasulullah SAW. bersabda,
    "Seorang laki-laki mengulurkan kedua tangannya ke langit, seraya berkata, "Wahai Tuhanku, sementara makanannya, haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan diberi makan dengan haram, maka bagaimana doanya bisa dikabulkan." (HR. Muslim dan yang lainnya)
  • Kelima, Allah akan menggantikan permintaan hamba dengan sesuatu yang mengandung kebaikan. Sebagaimana diriwayatkan dari Abu Sa'id RA., Rasulullah SAW. bersabda,
    "Tidak ada seorang Muslim yang berdoa dengan suatu doa, yang di dalamnya tidak ada unsur perbuatan dosa atau pemutusan silaturahim kecuali Allah akan memberikan kepadanya tiga pilihan. Pertama, segera mengabulkan doanya, kedua, menyimpannya untuk di akhirat, dan ketiga, melepaskannya dari kesulitan." (HR. Hakim)
Berdoa itu bisa dilakukan kapan dan di mana saja, tetapi ada saat-saat doa kita besar harapan untuk diijabah, antara lain : Ketika wukuf di padang Arafah (ketika ibadah haji), antara azan dan ikamat (HR. Nasai), pada hari Jumat, Imam Ahmad meriwayatkan setelah shalat Ashar hari Jumat, dalam Shalat Tahajud (Imam Bukhari meriwayatkan sabda Rasulullah SAW. bahwa setiap dini hari Allah turun ke bumi dan mengimbau, "Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku saat ini pasti Aku kabulkan. Barangsiapa meminta pasti aku beri, dan Barangsiapa yang beristighfar pasti aku ampuni."), dalam sujud, Imam Muslim meriwayatkan anjuran Nabi SAW. yang menyatakan,
"Saat yang paling dekat seorang hamba Allah adalah ketika sedang sujud. Oleh karena itu, perbanyaklah doa."

Setiap orang mempunyai kesempatan yang sama untuk berdoa, dan dikabul doanya oleh Allah SWT. Akan tetapi ada orang-orang yang mempunyai peluang yang lebih untuk diijabah doanya, antara lain orang tua untuk anaknya, orang yang dizalimi untuk yang menzaliminya, musafir, orang yang sedang shaum, pemimpin yang adil.

Mengenai redaksi doa, ada yang sudah mashyur, yakni dengan meminjam redaksi dari ayat-ayat Al-Qur'an, dan hadits-hadits Nabi SAW., dengan memahami maknanya agar tepat sasaran. Atau menggunakan redaksi dan bahasa sendiri, sesuai kebutuhan masing-masing.

Wallahu a'lam. ***

[Ditulis oleh H. EDDY SOPANDI, peserta majelis taklim di beberapa masjid antara lain Al-Furgon UPI, Istiqomah, Viaduct, Salman ITB. Tulisan disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi Jumat (Pon) 16 Desember 2011 / 20 Muharam 1433 H. pada Kolom "RENUNGAN JUMAT"]

by

u-must-b-lucky

0 comments: