MEMAKNAI LIBURAN

Menjelang akhir tahun ini, sebagian masyarakat sudah bersiap-siap untuk mengisi liburan akhir tahun. Ada yang sudah merancang ikan pergi ke suatu daerah, liburan di pantai, menghibur diri di tempat-tempat permainan dan outbound, ataupun berlibur ke rumah orang tua di kampung.

Bagaimana Islam memandang liburan ini? 

Ketika penjajahan Belanda, para pekerja perkebunan juga mendapatkan liburan/istirahat dengan cara membelanjakan penghasilannya. Mereka memborong barang-barang sehingga uangnya kembali lagi kepada penjajah.

Demikian pula saat penjajahan Jepang di Indonesia yang menyediakan toko khusus untuk menghibur diri dan menghabiskan uang gajinya. Sementara saat zaman kerajaan di Jawa, khususnya Paku Buwono X, juga dikenal istilah liren yaitu waktu mengistirahatkan seluruh fisik dan batin untuk mendapatkan stimulus baru.

Beristirahat merupakan bagian dari fitrah manusia. 

فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا ۚ لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ 
(Tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (QS. Ar-Rum: 30)

Islam merupakan agama fitrah (sesuai dengan kondisi dan kebutuhan manusia) serta seimbang. Islam menganjurkan pemeluknya untuk bekerja keras, tetapi juga berlibur. Menyuruh untuk beribadah dengan khusyuk, tetapi juga perintah agar umat manusia melakukan refreshing. Menggapai sukses di dunia juga sukses di akhirat.

Berlibur pada dasarnya adalah mengalihkan waktu dengan melaksanakan kegiatan yang bertujuan rehat, bersantai, terbebas dari rutinitas keseharian, tetapi tetap bernilai ibadah dan bermanfaat. Liburan bukan berarti harus sia-sia dalam mengisi waktu. Tidak ada hal sia-sia setiap detik dan jejak kehidupan seorang Muslim.

Liburan merupakan salah satu cara untuk meredakan diri dari kesibukan, seperti men-charge kembali baterai kosong untuk menimbulkan rangsangan semangat baru setelah keluar dari aktivitas normal. Jika kita bisa memanfaatkan liburan dengan baik, hidup kita akan menjadi lebih berarti. Liburan yang baik dapat mencerahkan pikiran, membentuk pola pikir lebih positif, meningkatkan kreativitas dan produktivitas, serta mampu menurunkan kasus depresi klinis.

Allah SWT. menganjurkan manusia untuk mengadakan perjalanan di muka bumi untuk mendapatkan hikmah (pelajaran). 

قُلْ سِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُجْرِمِينَ
Katakanlah, berjalanlah kamu (di muka) bumi, lalu perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang berdosa. (QS. An-Naml: 69)

Dalam suatu riwayat diceritakan, Hanzhalah (salah seorang juru tulis Nabi SAW.) dan Abu Bakar merasa dirinya munafik. Ketika di depan Nabi mereka semangat beriman dan beribadah, tetapi jika mereka bertemu dengan keluarga, istri, atau anak-anak, menyebabkan mereka lupa. Keduanya pun menemui Nabi SAW. dan menceritakan kondisi tersebut. Nabi bersabda, 
"Demi jiwaku yang berada dalam genggaman-Nya, jika kalian senantiasa dalam kondisi berdzikir dalam segala kondisi sebagaimana ketika kalian bersama saya, maka para malaikat akan menyalami kalian, di rumah-rumah kalian dan di jalan-jalan kalian. Akan tetapi, wahai Hanzhalah, sesaat demi sesaat. Beliau mengatakan ini tiga kali." (HR. Muslim)

Imam An-Nawawi mengomentari hadits ini dengan mengatakan, "Sesaat melakukan demikian dan sesaat lainnya melakukan yang lain." Imam An-Nawawi menambahkan, "Rehatkan jiwa kalian dari rutinitas ibadah dengan melakukan hal yang dibolehkan, yang tidak ada dosa tetapi juga tidak berpahala." Dalam persoalan ibadah, beriman, dan bertakwa, tidak ada istilah liburan kecuali bagi anak-anak ataupun orang yang hilang ingatan.
Kenyataan sehari-hari kita menemukan banyak liburan yang menjurus ke foya-foya, bersenang-senang dengan meninggalkan ibadah, ataupun berbuat dosa, seperti mabuk baik minuman keras maupun narkoba. Nabi menyatakan, 
"Apabila banyak dikonsumsi memabukkan, maka sedikit pun haram."


Jadi, Islam tidak memandang kandungan alkohol atau sedikit banyaknya narkoba yang dikonsumsi karena semuanya haram.

Hal lain yang perlu dihindari adalah berutang demi sekadar untuk berlibur. Utang bisa dalam bentuk uang tunai ataupun kartu kredit yang nantinya bisa membebani di kemudian hari. Bahkan, ada juga Muslim yang melakukan ijon dengan menjual barang-barang produksinya untuk mendapatkan uang agar bisa berlibur.

Kalau Anda tak punya dana untuk berlibur, jangan memaksakan diri. Isi masa liburan untuk meningkatkan pemahaman keluarga pada ajaran Islam. Mengikutkan anak pada acara pesantren kilat liburan merupakan salah satu alternatif yang baik. Saat ini pesantren kilat tidak hanya diselenggarakan pada bulan Ramadhan, tetapi ada juga yang diselenggarakan saat liburan sekolah.

Bisa juga menata rumah agar menjadikan surga (baiti jannatii), misalnya bersih-bersih, mempercantik tampilan rumah, belajar memasak dan membuat kue. Liburan juga bisa diisi dengan menyambung kembali silaturahmi dengan keluarga atau teman yang telah lama tidak bertemu. Orang tua juga bisa mengajak anak-anaknya untuk mengasah simpati dengan berkunjung ke panti asuhan, panti jompo, atau tempat pengungsian korban bencana, sehingga anak akan selalu ingat untuk selalu bersyukur dan sabar.

Selamat berlibur!***

[Ditulis oleh: H. PUPUH FATHURRAHMAN, Sekretaris Senat Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati dan Ketua Dewan Pembina Yayasan Pesantren Raudhatus Sibyan Sukabumi. Tulisan disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi Kamis (Wage) 22 Desember 2011 / 26 Muharam 1433 H. pada Kolom "CIKARACAK"]

by

u-must-b-lucky

0 comments: