وَاذْكُرِ اسْمَ رَبِّكَ بُكْرَةً وَأَصِيلًا

Waothkuri isma rabbika bukratan waaseelan

Dan sebutlah nama Tuhanmu pada (waktu) pagi dan petang. (QS. Al-Insan: 25)

Penggalan ayat di atas dapat dipahami sebagai ayat perintah dari Allah untuk senantiasa berdzikir pada-Nya. Kita diperintahkan mengingat Allah baik pagi maupun petang. Dzikir adalah mengingat Allah setiap saat di mana pun dan sedang apa pun kita.

Ibnu Athaillah As-Sakandari, ulama abad ke-V,  mendefinisikan dzikir sebagai aktivitas melepaskan diri dari kelalaian dengan senantiasa kalbu bersama Allah SWT. atau mengulang-ulang nama Allah dalam hati ataupun lisan kita.

Sementara tokoh spiritual Imam Khomeini mengatakan, dzikir mengingat Allah adalah mengingat seluruh nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada kita. Kemudian menurut Abu Bakar Aceh, dzikir merupakan ucapan yang dilakukan dengan lidah atau mengingat Allah dengan hati, dengan ucapan atau ingatan yang menyucikan Allah dan membersihkannya dari sifat-sifat yang tidak layak untuk-Nya.

Terlepas dari definisi di atas, makna dzikir intinya mengingat Allah setiap saat di mana pun kita berada dan sedang apa pun kita. Setelah shalat diperintahkan berdzikir agar hati jadi tenang dan tenteram. Berdzikir dengan perpaduan aktivitas lidah dan hati menyebut nama-nama Agung Allah SWT. Lidah melafalkan asma Allah. Sementara hati berusaha semaksimal meresapi makna ucapan tersebut.

Keselarasan antara lidah dan hati ini harus tercipta karena kalbu membutuhkan penyesuaian dengan lidah agar sanggup hadir dalam dzikir. Karena kalau dibiarkan, kalbu atau hati akan sibuk dengan imajinasi yang melintas dan ke mana-mana. Kondisi ini hanya bisa diakhiri ketika hati mengikuti lisan dalam setiap berdzikir.

Aktivitas dzikir memang kewajiban kita sebagai Muslim. Mengingat Allah dalam shalat, ibadah sehari-hari, ataupun aktivitas yang lainnya. Luqman Junaidi, dalam bukunya The Power of Wirid, menyebutkan bahwa ketika berdzikir hanya lidah sedangkan hati tidak maka aktivitas tersebut tidak dikatakan sebagai bagian dzikir. Mengapa? Karena hal itu tidak sesuai dengan makna dasar dari kata dzikir itu sendiri; yaitu mengingat dan menyebut. Dzikir yang hanya dilakukan lidah tak ubahnya seperti ujaran-ujaran biasa yang meluncur bebas tanpa tujuan. Dzikir seperti ini tidak akan berdampak positif bagi pelakunya. Dengan kata lain, ia tidak akan mendapatkan apa-apa dari dzikir yang dilakukannya tersebut.

Kehadiran hati dalam berdzikir sangat penting karena hal itu akan jadi nilai kekhusyukan bagi Muslim beriman ketika berdzikir. Baik sehabis melaksanakan shalat maupun dzikir mengingat Allah dalam bermuamalah sehari-hari. Dalam berdagang selalu dzikir, ingat pada Allah agar rezeki yang didapatkan jadi berkah dan terhindar dari praktik curang. Kerja di kantor sesibuk apa pun fisik kita, usahakan hati tetap ingat pada Allah. Jika hati selalu berkomunikasi dengan Allah, peluang berbuat jahat dan curang di kantor pun bisa terhindarkan karena kita sadar betul kalau tingah laku kita diawasi Allah.

Banyak faidah atau keutamaan dalam berdzikir. Seperti yang diungkapkan Ibnu Athaillah As-Sakandari, ada banyak faidah yang akan didapatkan ketika berdzikir dengan khusyuk.
  • Pertama, menghilangkan segala kerisauan dan kegelisahan serta mendatangkan kegembiraan dan kesenangan. Dengan segudang aktivitas keduniawian yang dilakukan setiap hari, kadang membuat pikiran penat dan stres. Semua ini akan hilang jika hati selalu hadir dengan dzikir pada Allah SWT. Allah pemberi ketenangan dan ketenteraman maka selayaknya kita mengingat pada-Nya.
  • Kedua, memunculkan sikap muraqabah (merasa diawasi Allah) yang mengantarkan pada kondisi ihsan, yaitu kondisi saat hamba menyembah Allah dalam keadaan seolah-olah melihat-Nya. Setiap dzikir yang kita lakukan dengan khusyuk maka hal itu akan menimbulkan rasa bahwa kita benar-benar melihat Allah. Merasakan kehadiran hati dalam dzikir.
    Merasa kalau diri kita diawasi
    Allah. Dzikir bisa menghindarkan diri dari sifat jahat dan curang jika selalu merasa diawasi oleh Allah. Tak ada setiap aktivitas apa pun yang lepas dari pengawasan Allah SWT. Gerak-gerik, tindakan, amal perbuatan kita, selalu ada dalam penglihatan-Nya. Seorang Muslim yang taat akan selalu memegang prinsip ihsan di mana pun. Sejatinya prinsip ini diterapkan dalam dzikir, hal ini akan menuntun kita ke jalan yang benar-benar diridhai Allah. Segala bentuk amal perbuatan kita akan senantiasa bermanfaat karena merasa diri diawasi terus oleh Allah.
  • Ketiga, menghalangi lidah seseorang untuk melakukan gibah, berkata dusta, dan melakukan kebatilan lainnya. Dzikir yang padu dan khusyuk akan menimbulkan kebaikan serta terhindar dari keburukan lidah kita. Orang yang senantiasa lidahnya basah dengan dzikir, hatinya tetap berkomunikasi dengan Allah. Lidah akan terselamatkan dari gibah atau menggosipkan kejelekan orang.
  • Keempat, dzikir bisa membuat wajah dan kalbu orang dzikir di dunia ini diliputi oleh cahaya dan ketenangan. Di akhirat nanti wajahnya pun jauh lebih putih dan bersinar daripada bulan. Hati yang tenang akan berdampak tenang juga pada wajah kita. Karena ketenangan itulah wajah orang yang selalu berdzikir akan penuh cahaya. Penuh dengan senyum ketenteraman jiwa. Jiwa yang selalu dekat dengan Tuhannya. Konsisten dengan kekhusyukan dzikirnya maka itu akan menambah lagi nilai dan balasan dari Allah, yaitu di akhirat wajahnya akan terang dan bersinar bagaikan cahaya bulan.
  • Kelima, dzikir bisa mengangkat derajat hamba pada kedudukan yang paling tinggi. Tak ada manusia yang paling untung kecuali kedudukannya tinggi karena kesalehannya. Karena aktivitas dzikirnya yang senantiasa istiqamah dilakukan setiap saat tanpa berhenti. Orang-orang kurang dalam aktivitas dzikirnya tentu saja tidak akan mendapatkan kedudukan tinggi. Kedudukan tinggi dan mulia karena ibadah, akan didapatkan oleh orang-orang yang senantiasa mengingat Allah.
Senjata terakhir yaitu memohon pada Allah agar diberikan kekuatan untuk senantiasa istiqamah dalam aktivitas dzikir. Banyak orang setelah shalat tidak berdzikir. Padahal, dzikir itu perintah Allah agar kita jadi manusia takwa, manusia yang ingat pada pencipta, dan untuk menenteramkan kegundahan hati.

فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ

Faothkuroonee athkurkum waoshkuroo lee wala takfurooni

Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku agar Aku juga ingat kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku. (QS. Al-Baqarah: 152)

Wallahu a'lam. ***

[Ditulis oleh FERI ANUGRAH, Kabid Dakwah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Cabang Kota Bandung periode 2010-2011. Tulisan disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi Jumat (Manis) 28 Desember 2012 / 14 Safar 1434 H. pada Kolom "RENUNGAN JUMAT"]

by
u-must-b-lucky
Blog Review SEO Contest Iconia 2012-2013Dengan makin terus berkembangnya teknologi informasi saat ini, membawa dampak yang sangat mempengaruhi manusia. Kemajuan teknologi ini pada satu sisi memberikan berbagai kemudahan pada kehidupan dan di lain sisi secara halus telah mengubah gaya dan pola hidup manusia. Seolah-olah tidak ada lagi sekat ruang dan waktu, dimana teknologi informasi membuat segalanya menjadi tidak berjarak dan lebih mudah.

Hingga saat ini sudah banyak produk yang lahir dari kemajuan teknologi canggih ini, tidak terkecuali PC Tablet. Simpel, praktis, menyenangkan, dengan performa komputasi mengagumkan. Mungkin itulah kata yang cocok untuk menggambarkan PC Tablet saat ini. Apalagi setelah munculnya OS terbaru Windows 8 dari Microsoft yang ikut meramaikan industri kreatif ini. Telah banyak upaya dari produsen mencari tahu apa yang konsumen inginkan dalam sebuah PC Windows 8. Sebagai salah satu pelaku industri ini Acer sejauh ini telah melihat bahwa model PC Tablet adalah sebuah celah pasar baru yang potensial dan segera menjadi trend saat ini.

Dengan menghadirkan seri terbaru Iconia PC tablet dengan Windows 8 yaitu Iconia W510 yang menggunakan prosesor Intel Atom Z2760 "Clovertrail" terbaru yang berdaya rendah sebagai kekuatan utamanya, yang menghadirkan kinerja prosesor dual-cores (4 threads) dengan kecepatan 1.5 GHz. Segala aplikasi yang dijalankan pada perangkat ini semakin terasa nyaman, mudah dan menyenangkan. Acer Iconia W510 hadir dengan bobot yang ringan yaitu 580 gram, juga dilengkapi dengan memory internal 2GB DDR3, internal storage hardisk 32GB, dengan grafik Intel Graphics Media Accelerator 3650 yang kompatibel dengan seluruh aplikasi Windows.
Iconia PC tablet dengan Windows 8 terbaru ini solusi terbaik untuk segala kebutuhan. (Gambar dari: http://www.acerid.com/)
Secara fisik perangkat ini berbeda dengan perangkat laptop, notebook konvensional atau ultrabooks, perangkat ini terdiri dari dua bagian terpisah yaitu,
  • Bagian pertama adalah sebuah tablet dengan layar berukuran 10,1" yang berisi semua perangkat lunak dan perangkat keras yang diperlukan saat perangkat ini beroperasi.
  • Bagian kedua adalah docking station yang menawarkan keyboard, touch pad, port USB tunggal, dan baterai terintegrasi.
Dengan melihat pada bentuk fisik perangkat setidaknya ada 3 format penggunaan yang bisa dimanfaatkan dengan Iconia W510 ini:

1. Tablet Mode 
Tanpa menggunakan docking, Anda bisa menggunakannya sebagaimana layaknya sebuah tablet. Ukuran layar 10.1" yang digunakannya membuat Iconia W510 tampil tidak terlampau besar dan serupa dengan ukuran tablet terbesar yang umum beredar di pasaran. Hal ini membuatnya mudah untuk dioperasikan.

2. Presentation Mode 
Saat menggunakan keyboard docking, Anda bisa mendorong layar Iconia W510 hingga posisinya membalik 295 derajat dan meletakkannya di atas meja dengan tuts keyboard menghadap ke meja. Ini adalah posisi ideal saat ingin browsing berlama-lama di atas meja café langganan Anda.

3. Productivity Mode 
Posisi normal saat menggunakan keyboard docking membuat Iconia W510 berpenampilan sebagaimana layaknya sebuah laptop. Anda bisa mengetik tulisan panjang dengan tuts keyboard-nya yang cukup besar dan nyaman. Bagi Anda yang terbiasa dengan penggunaan keyboard fisik, adanya tuts keyboard ini akan terasa menyenangkan.

Dalam tampilan fisiknya, Tablet Acer Iconia W510 ini jika dipadukan dengan keyboard docking, akan menjelma menjadi sebuah mini notebook PC yang umum kita kenal. Untuk melakukan proses pemindahkan berbagai macam file via port Micro USB 2.0 yang tersedia ke External Hard Drive atau langsung ke dalam notebook yang lain menjadi lebih mudah dan cepat. Dari sini juga terlihat jelas bahwa, dengan Acer Iconia W510 kita tidak perlu lagi membawa banyak gadget. Cukup membawa Acer Iconia W510 yang menyatukan fungsi PC tablet dan mini notebook dalam satu perangkat terpadu. Kemudian kita tidak perlu dipusingkan oleh masalah kompatibilitas perangkat keras dan lunak.
Iconia W510 hadirkan kinerja prosesor dual-cores (4 threads) dengan kecepatan 1.5 GHz. (Gambar dari: http://www.acerid.com/)
Salah satu bagian terbaik dari perangkat keras yang terpasang pada Acer Iconia W510 adalah layar IPS (In-Plane Switching) yang memiliki resolusi native sebesar 1,366 x 768 dan menghasilkan tingkat kecerahan gambar yang dihasilkan pada pengaturan tertinggi dengan sangat baik. Ditambah kejelasan hasil foto dan film yang ternyata lebih baik daripada pada layar laptop standar. Dikarenakan perangkat ini memiliki sudut tampilan yang sangat lebar membuat Iconia W510 dapat digunakan untuk menonton video dengan sudut kemiringan lebih dari 45 derajat dengan tetap terasa nyaman.

Bukan hanya itu kelebihan lainnya terletak pada kamera. Kamera utama tablet ini memiliki resolusi 8 Megapixel (autofocus) dan kamera kedua (menghadap ke pengguna) dengan 2,1 Megapixel, Acer Iconia W510 memberikan perpaduan kamera dengan spesifikasi tinggi pada sebuah tablet. Kedua kamera ini bisa merekam video hingga resolusi Full-HD (1080p). Untuk Video conference, lalu menggunakan aplikasi Skype ataupun software video chat/conference lainnya dapat dilakukan dengan mudah. Tersedia pula socket untuk mikrofon (tergabung dengan headset) membuat Acer Iconia W510 menjadi perangkat yang berpotensi menjadi andalan para video blogger. Dimana kita bisa merekam video sambil menyodorkan mic ke narasumber (sebuah fitur yang jarang ditemui pada sebuah tablet). Disamping itu pula Acer Iconia W510 dilengkapi pula fitur Always On, Always Connect yang akan membuat gadget yang satu ini tetap standby dan terhubung dengan koneksi internet seperti pada perangkat smartphone.
Dari pemaparan dan video di atas jelas terlihat bahwa Acer Iconia W510 adalah tablet yang dapat dipergunakan untuk beragam kebutuhan. Kita dapat memakainya sebagai tablet untuk kebutuhan browsing biasa atau konsol permainan yang menyenangkan. Ingin menggunakannya sebagai alat untuk menyelesaikan pekerjaan kantor seperti membuat laporan, menyusun presentasi, dan tabel perhitungan keuangan? Bisa. Ingin menjadikannya sarana multimedia untuk memutar beragam video berkualitas? Juga bisa. Kita bisa memperlakukannya sebagaimana layaknya sebuah tablet modern sekaligus juga sebagai mini notebook (dengan keyboard docking). Melihat berbagai kelebihan Iconia PC tablet dengan Windows 8, ada satu hal yang sudah jelas, Acer Iconia W510 ini adalah PC tablet multifungsi yang handal dan "Acer truly explore beyond limits". *** [Tulisan ini disusun dalam rangka mengikuti SEOCONIA "Blog Review SEO Contest Iconia 2012-2013" yang diadakan oleh ACER Indonesia.]

by
 u-must-b-lucky
Enhanced by Zemanta
أَحَسِبَ النَّاسُ أَن يُتْرَكُوا أَن يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ

Ahasiba alnnasu an yutrakoo an yaqooloo amanna wahum la yuftanoona

Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan begitu saja berkata, 'Kami telah beriman.' Sedangkan mereka tidak diuji lagi. (QS. Al-Ankabut: 2)

Banyak orang mengalami kegelisahan karena mungkin sudah puluhan tahun merasa selalu ditimpa musibah dan masalah. Kalau keluarganya sedang berada dalam kerukunan, masalah bisa datang dari tetangga maupun saudara-saudaranya. Maka timbul pertanyaan "Apakah Allah mentakdirkan dalam menjalani hidup ini selalu harus menghadapi berbagai masalah yang kadang kita tidak kuat menanggungnya?"

Untuk menjawab keluhan tersebut di atas, penulis merujuk pada sejarah Nabi Yusuf AS. Saat usia belum balig, Yusuf bermimpi bahwa bintang, mentari, dan bulan sujud kepadanya. Akibat mimpi itu, saudara-saudara Yusuf merasa iri dan dengki sehingga berupaya mencampakkannya.

Berbagai ujian dan tantangan harus dijalani Yusuf karena jauh dari keluarga. Namun, pada akhirnya kehormatan dan kemuliaan diperoleh Yusuf setelah mengalami tahapan demi tahapan ujian. Nabi Yusuf AS. mendapat kedengkian saudara-saudaranya, konspirasi jahat berencana, dimasukkan ke sumur, Yusuf dijual (QS. Yusuf: 20) sebagai budak hina, godaan perempuan, dipenjarakan, dan menolak diajak berbuat mesum (QS. Yusuf: 125). Akan tetapi, pada akhir kisah, Nabi Yusuf AS. menjadi penguasa negeri Mesir.

Sesunguhnya tidak ada orang yang tidak terkena ujian. Bahkan, terhadap orang yang hidup di keluarga penguasa dan memiliki harta melimpah. Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Allah akan menguji manusia dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Ujian kebaikan berupa anak, istri, harta kekayaan, pangkat jabatan, dan sejenisnya, sedangkan ujian keburukan bisa berupa fitnah, gibah, dan fitnah kubur.

Ujian yang diberikan juga bisa berupa musibah dan bencana yang semuanya peristiwa yang menyedihkan. Dalam Al-Qur'an, Allah secara tegas menyatakan,

وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ
أُولَٰئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ

Walanabluwannakum bishayin mina alkhawfi waaljooAAi wanaqsin mina alamwali waalanfusi waalththamarati wabashshiri alssabireena Allatheena itha asabathum museebatun qaloo inna lillahi wainna ilayhi rajiAAoona Olaika AAalayhim salawatun min rabbihim warahmatun waolaika humu almuhtadoona

Sesungguhnya Kami telah menguji kalian dengan ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, kematian, dan buah-buahan. Dan sampaikan kabar gembira kepada mereka yang sabar. Ialah mereka yang bila ditimpa musibah berkata, 'Innaa lillaahi wa innaa ilaihi rooji'uun.' Mereka yang sabar itu mendapat selawat (keberkahan yang sempurna) dan rahmat dari Tuhannya. Dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. Al-Baqarah: 155-157)

Pada dasarnya terdapat tiga macam musibah yakni musibah sebagai upaya meningkatkan keimanan. Nabi SAW. bersabda,

"Orang yang paling pertama dipanggil masuk ke surga adalah orang-orang yang mengucapkan 'alhamdulillah' (memuji Allah) atas kesenangan dan ditimpa kesukaran / kesusahan / bencana. Sesungguhnya orang-orang yang sabar diberi ganjaran pahala tanpa dihitung. Sesungguhnya Allah bila akan memberi seseorang kebaikan atau akan menjadikannya kekasih, dituangkan ujian dengan deras. Lalu hamba itu berdoa maka disambut Allah, "Labbaika wa sa'daika." Tidaklah engkau meminta sesuatu melainkan Aku berikan atau Aku tolak dari yang lebih bahaya dan Aku simpan di sisi-Ku untukmu yang lebih utama."

Bila tiba hari kiamat, didatangkan ahli amal lalu ditimbang amal masing-masing ahli shalat, ahli puasa, ahli sedekah, dan ahli haji, menurut timbangan masing-masing. Kemudian didatangkan seseorang yang terkena musibah dan bagi mereka tidak ada timbangan amal, tetapi pahala itu dituangkan sederas-derasnya sebagaimana dahulu di dunia dituangkan bala.

Dalam menghadapi musibah ini, seseorang akan mendapatkan kebaikan di dunia dan di akhirat apabila ridha terhadap qada dan takdir Allah, sabar atas bala ujian, dan berdoa di waktu senang. Selain itu, musibah sebagai teguran yang diberikan karena banyak manusia yang sudah melenceng dari syariat Islam, seperti melakukan kemaksiatan, korupsi, dan kuantitas kaum Muslimin tidak sebanding dengan kualitas non-Muslim.

Terakhir, musibah sebagai siksaan di antara faktor yang menyebabkan datangnya musibah karena sebagian besar manusia melakukan perbuatan dzalim baik perseorangan maupun kelompok. Firman Allah dalam Surat Yunus ayat 13,

وَلَقَدْ أَهْلَكْنَا الْقُرُونَ مِن قَبْلِكُمْ لَمَّا ظَلَمُوا ۙ وَجَاءَتْهُمْ رُسُلُهُم بِالْبَيِّنَاتِ وَمَا كَانُوا لِيُؤْمِنُوا ۚ كَذَٰلِكَ نَجْزِي الْقَوْمَ الْمُجْرِمِينَ

Walaqad ahlakna alquroona min qablikum lamma thalamoo wajaathum rusuluhum bialbayyinati wama kanoo liyuminoo kathalika najzee alqawma almujrimeena

Sesungguhnya telah kami binasakan beberapa kaum sebelum kamu tatkala mereka berlaku dzalim dan telah datang kepada mereka rasul-rasul yang membawa beberapa keterangan tetapi mereka tidak percaya. Demikianlah kami balas terhadap kaum yang merusak itu.

Imam Ghozali dalam kitabnya Mukasyafatul Qulub yang berasal dari Rasul SAW. berkata,
"Ada lima macam kedzaliman yang paling dimurkai Allah, pelakunya bukan saja akan mendapat siksa kelak di akhirat, tetapi selagi masih hidup di dunia. Tuhan akan menimpakan bencana kepada yang bersangkutan jika Ia menghendakinya. Yang lima itu adalah
  1. Pemimpin suatu kaum yang merampas hak rakyatnya, tidak melakukan perbuatan yang benar dan tidak mencegah dari tindakan dzalim;
  2. Pemimpin-pemimpin yang dipatuhi umatnya tetapi tidak berlaku adil kepada yang kuat dan yang lemah dan berbicara menurut hawa nafsunya;
  3. Suami yang tidak menyuruh keluarga dan anak-anaknya menaati Allah dan tidak mengajarkan urusan agama;
  4. Lelaki yang mempekerjakan seseorang tetapi tidak membayar upahnya dengan layak;
  5. Suami berbuat kejam terhadap istrinya dan tidak memberi nafkah."

Semoga kita bisa menghadapi persoalan hidup, bencana, maupun musibah dengan hati tenang, sabar, dan tawakkal seraya terus berikhtiar agar musibah itu tak terjadi lagi.***

[Ditulis oleh H. HABIB SYARIEF MUHAMMAD ALAYDRUS, mantan Ketua PW. NU-Jabar, mantan anggota MPR RI, dan Ketua Umum Yayasan Assalaam Bandung. Tulisan disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi Kamis (Kliwon) 27 Desember 2012 / 13 Safar 1434 H. pada Kolom "CIKARACAK"]

by
u-must-b-lucky
Salah satu akhlak yang sangat tinggi nilainya dalam Islam adalah bersyukur. Demikian tinggi nilainya sehingga tidaklah salah kalau kita mengatakan bahwa syukur itu mempunyai keagungan dan kedahsyatan yang mengagumkan.

Marilah kita lihat beberapa ayat Al-Qur'an yang mengungkapkan keagungan dan kedahsyatan syukur.

Dalam Al-Qur'an sekurang-kurangnya disebutkan ada empat keutamaan syukur.

Pertama, menyebabkan terhindarnya siksaan.

مَّا يَفْعَلُ اللَّهُ بِعَذَابِكُمْ إِن شَكَرْتُمْ وَآمَنتُمْ ۚ وَكَانَ اللَّهُ شَاكِرًا عَلِيمًا

Ma yafAAalu Allahu biAAathabikum in shakartum waamantum wakana Allahu shakiran AAaleeman

Mengapa Allah akan menyiksamu. Jika kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah adalah Mahasyukur lagi Maha Mengetahui. (QS. An-Nisa: 147)

Secara gamblang ayat tersebut menyatakan bahwa Allah tidak akan menyiksa hamba-Nya yang bersyukur dan beriman. Dalam Kitab Tarjamah Al-Qur'an Al-Hakim karangan Salim Bahreisy, dan Abdullah Bahreisy, frase Maa yaf'alullaahu bi'adzaabikum, diterjemahkan dengan "Untuk apa Allah akan menyiksamu". Dalam Kitab The Holy Quran karangan Yusuf Ali, frase tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris "What can God gain by your punishment..."

Kedua, menyebabkan bertambahnya nikmat.

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

Waith taaththana rabbukum lain shakartum laazeedannakum walain kafartum inna AAathabee lashadeedun

Dan ingatlah juga tatkala Tuhan-mu memaklumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku) maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." (QS. Ibrahim: 7)

Dalam ayat di atas, Allah menyatakan pasti akan menambah nikmat apabila hamba-Nya bersyukur. Janji Allah tersebut dikuatkan dengan kata-kata "pasti", dan tidak ada syarat apa pun setelahnya. Artinya, secara absolut orang-orang yang bersyukur akan diberi tambahan nikmatnya oleh Allah.

Ketiga, balasan syukur adalah mutlak tanpa syarat.
Balasan bagi hamba yang bersyukur itu mutlak, tanpa batasan dan tanpa syarat. Hal ini dinyatakan oleh Allah dalam akhir ayat 145 Surat Ali Imran,

وَسَنَجْزِي الشَّاكِرِينَ

wasanajzee alshshakireena

Dan Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.

Hal itu berbeda dengan janji Allah berkenaan dengan hal-hal lainnya, misalnya,

أَلَمْ تَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ يُعَذِّبُ مَن يَشَاءُ وَيَغْفِرُ لِمَن يَشَاءُ ۗ وَاللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Alam taAAlam anna Allaha lahu mulku alssamawati waalardi yuAAaththibu man yashao wayaghfiru liman yashao waAllahu AAala kulli shayin qadeerun

Tidakkah kamu tahu, sesungguhnya Allah-lah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi, disiksa-Nya siapa yang dikehendaki-Nya, (yu'adzdzibu may yasyaa-u), dan di-ampuni-Nya bagi siapa yang dikehendaki-Nya (wa yaghfiru li may yasyaa-u). Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. Al-Maaidah: 40)

Keempat, dibenci oleh iblis.
Karena demikian agung dan dahsyatnya rasa syukur itu, iblis sangat membenci orang-orang yang bersyukur. Ketika iblis mengetahui keagungan dan kedahsyatan syukur, iblis berkata,

ثُمَّ لَآتِيَنَّهُم مِّن بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَن شَمَائِلِهِمْ ۖ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ

Thumma laatiyannahum min bayni aydeehim wamin khalfihim waAAan aymanihim waAAan shamailihim wala tajidu aktharahum shakireena

Kemudian aku akan mendatangi mereka dari hadapan dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur. (QS. Al-A'raaf: 17)

TIGA ASPEK SYUKUR
Prof Dr Quraish Shihab dalam Wawasan Al-Qur'an menulis bahwa syukur mencakup tiga aspek, yaitu:

Pertama, syukur dengan hati yaitu kepuasan batin atas anugerah. Syukur dengan hati dilakukan dengan menyadari sepenuhnya bahwa nikmat yang diperoleh adalah semata-mata karena anugerah dan kemurahan hati. Syukur dengan hati mengantar manusia untuk menerima anugerah dengan penuh kerelaan tanpa menggerutu dan keberatan betapa pun kecilnya nikmat tersebut. Syukur ini juga mengharuskan yang bersyukur menyadari betapa besar kemurahan dan kasih sayang Allah sehingga terlontar dari lidahnya pujian kepada-Nya.

Seorang yang bersyukur dengan hatinya saat ditimpa malapetaka pun boleh jadi dapat memuji Allah, bukan atas malapetaka tersebut, tetapi karena terbayang olehnya bahwa yang dialaminya pasti lebih kecil dari kemungkinan lain yang dapat terjadi. Dari kesadaran tentang makna-makna di atas, seseorang akan tersungkur sujud untuk menyatakan perasaan syukurnya kepada Allah.

Kedua, syukur dengan lidah, dengan mengakui anugerah dan memuji pemberinya. Syukur dengan lidah adalah mengakui dengan ucapan bahwa sumber nikmat adalah Allah seraya memuji-Nya. Al-Qur'an mengajarkan agar pujian kepada Allah disampaikan dengan redaksi alhamdulillah.

Hamdun (pujian) disampaikan secara lisan kepada yang dipuji, walaupun ia tidak memberi apa pun baik kepada si pemuji ataupun kepada yang lain. Kata "al" pada kata "alhamdulillah" oleh pakar bahasa disebut al lil-istighraq, yakni mengandung arti keseluruhan, sehingga kata "al-hamdu" yang ditujukan kepada Allah mengandung arti bahwa yang paling berhak menerima segala pujian adalah Allah SWT., bahkan seluruh pujian harus tertuju dan bermuara kepada-Nya. Dengan demikian syukur dengan lidah adalah dengan mengucapkan "alhamdulillah" (segala puji bagi Allah).

Ketiga, syukur dengan perbuatan, dengan memanfaatkan anugerah yang diperoleh sesuai dengan tujuan penganugerahannya. Nabi Daud AS. beserta putranya, Nabi Sulaiman AS., memperoleh aneka nikmat yang tiada taranya. Kepada mereka sekeluarga Allah berpesan dalam surat Saba: 13,

اعْمَلُوا آلَ دَاوُودَ شُكْرًا ۚ وَقَلِيلٌ مِّنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ

iAAmaloo ala dawooda shukran waqaleelun min AAibadiya alshshakooru

Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang berterima kasih.

Yang dimaksud dengan bekerja adalah menggunakan nikmat yang diperoleh tersebut sesuai dengan tujuan penciptaan atau penganugerahannya. Ini berarti, setiap nikmat yang diperoleh menuntut penerimanya agar merenungkan tujuan dianugerahkannya nikmat tersebut oleh Allah. Sebagaimana tujuan penciptaan laut melalui firman-Nya dalam surat An-Nahl: 14,

وَهُوَ الَّذِي سَخَّرَ الْبَحْرَ لِتَأْكُلُوا مِنْهُ لَحْمًا طَرِيًّا وَتَسْتَخْرِجُوا مِنْهُ حِلْيَةً تَلْبَسُونَهَا وَتَرَى الْفُلْكَ مَوَاخِرَ فِيهِ وَلِتَبْتَغُوا مِن فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Wahuwa allathee sakhkhara albahra litakuloo minhu lahman tariyyan watastakhrijoo minhu hilyatan talbasoonaha watara alfulka mawakhira feehi walitabtaghoo min fadlihi walaAAallakum tashkuroona

Dialah (Allah) yang menundukkan lautan (untuk kamu) agar kamu dapat memakan darinya daging (ikan) yang segar, dan (agar) kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai, dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari karunia-Nya (selain yang telah disebut) semoga kamu bersyukur.

Wallahua'lam. ***

[Ditulis Oleh H. ACHMAD S., DKM Masjid Nurul Iman Cibeureum Kab. Tasikmalaya. Tulisan disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi Jumat (Wage) 21 Desember 2012 / 7 Safar 1434 H. pada Kolom "RENUNGAN JUMAT"]

by
u-must-b-lucky
Marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT. yang telah memberikan taufik serta hidayah-Nya sehingga kita masih dalam keadaan iman dan Islam.

Setiap manusia yang terlahir di bumi dari yang pertama hingga yang terakhir adalah seorang pemimpin. Setidaknya ia adalah seorang pemimpin bagi dirinya sendiri. Bagus tidaknya seorang pemimpin pasti berimbas kepada apa yang dipimpin olehnya. Oleh karena itu, menjadi pemimpin adalah amanah yang harus dilaksanakan dan dijalankan dengan baik oleh pemimpin tersebut karena kelak Allah akan meminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannya itu.

Islam menempatkan ihwal kepemimpinan sebagai bagian penting. Sesungguhnya, dalam Islam, figur pemimpin ideal yang menjadi contoh dan suri teladan yang baik, bahkan menjadi rahmat bagi manusia (rahmatan linnas) dan rahmat bagi alam (rahmatan lil alamin) adalah Muhammad Rasulullah SAW., sebagaimana dalam firman-Nya:

لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

Laqad kana lakum fee rasooli Allahi oswatun hasanatun liman kana yarjoo Allaha waalyawma alakhira wathakara Allaha katheeran

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. Al-Ahzab: 21)

Sebenarnya, setiap manusia adalah pemimpin, minimal pemimpin terhadap seluruh metafisik dirinya. Dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas segala kepemimpinannya. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam sabda Rasulullah SAW.,
"Ingatlah! Setiap kamu adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya, seorang suami adalah pemimpin keluarganya, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya, wanita adalah pemimpin bagi kehidupan rumah tangga suami dan anak-anaknya, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya. Ingatlah! Bahwa kalian adalah sebagai pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya," (Al-Hadits)

Allah SWT. berfirman,

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Ya ayyuha alnnasu inna khalaqnakum min thakarin waontha wajaAAalnakum shuAAooban waqabaila litaAAarafoo inna akramakum AAinda Allahi atqakum inna Allaha AAaleemun khabeerun

Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Al-Hujuraat: 13)

Selanjutnya, dalam Islam seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang memiliki sekurang-kurangnya 4 (empat) sifat dalam menjalankan kepemimpinannya, yakni siddiq, tabligh, amanah, dan fathanah. Siddiq artinya jujur sehingga seorang pemimpin adalah sosok yang dapat dipercaya. Tabligh merujuk pada kemampuan berkomunikasi dan bernegosiasi yang menyentuh dimensi human relations. Amanah adalah bentuk tanggung jawab yang konsisten dalam menjalankan tugas-tugas kepemimpinannya. Sementara Fathanah meliputi aspek kognitif atau kecerdasan seorang pemimpin yang pada turunannya terkait dengan visi, misi, dan strategi kepemimpinan yang akan dijalankan oleh dirinya sehingga membawa kemaslahatan bagi umat.

Dalam Islam, seorang pemimpin harus memahamkan kepada mereka yang dipimpin bahwa amanah yang dia pikul ini akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak. Apakah ketika mengemban amanah mampu dijaga dengan baik atau tidak. Rasulullah SAW. bersabda,
"Apabila seorang hamba (manusia) yang diberikan kekuasaan rakyat mati, sedangkan di hari matinya ia telah mengkhianati rakyatnya, maka Allah SWT. mengharamkan surga kepadanya." (Muttafaqun a'laih)

Selain itu, dikenal juga ciri pemimpin Islam di mana Nabi SAW. pernah bersabda,
"Pemimpin suatu kelompok adalah pelayan kelompok tersebut."
Oleh sebab itu, pemimpin hendaklah ia melayani dan bukan dilayani, serta menolong orang lain untuk maju.

Dr Hisham Yahya Altalib (1991: 55) mengatakan, ada beberapa ciri penting yang menggambarkan kepemimpinan Islam yaitu,
  • Pertama, setia kepada Allah. Pemimpin dan orang yang dipimpin terikat dengan kesetiaan kepada Allah.
  • Kedua, mewujudkan tujuan Islam secara menyeluruh. Pemimpin melihat tujuan organisasi bukan saja berdasarkan kepentingan kelompok, tetapi juga dalam ruang lingkup kepentingan Islam yang lebih luas.
  • Ketiga, berpegang pada syariat dan akhlak Islam. Pemimpin terikat dengan peraturan Islam, dan boleh menjadi pemimpin selama ia berpegang teguh pada perintah syariah. Dalam mengendalikan urusannya ia harus patuh kepada adab-adab Islam, khususnya ketika berurusan dengan golongan oposisi atau orang-orang yang tak sepaham.
  • Keempat, pengemban amanat. Pemimpin menerima kekuasaan sebagai amanah dari Allah SWT. yang disertai oleh tanggung jawab yang besar. Al-Qur'an memerintahkan pemimpin melaksanakan tugasnya untuk Allah dan menunjukkan sikap yang baik kepada pengikut atau bawahannya.
Dalam Al-Qur'an Allah SWT. berfirman,

الَّذِينَ إِن مَّكَّنَّاهُمْ فِي الْأَرْضِ أَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ وَأَمَرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَنَهَوْا عَنِ الْمُنكَرِ ۗ وَلِلَّهِ عَاقِبَةُ الْأُمُورِ

Allatheena in makkannahum fee alardi aqamoo alssalata waatawoo alzzakata waamaroo bialmaAAroofi wanahaw AAani almunkari walillahi AAaqibatu alomoori

(yaitu) orang-orang yang jika kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi nis-caya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan. (QS. Al-Hajj: 41)

Jadi dapat kita simpulkan, bahwa pemimpin adalah orang yang ditugasi atau diberi amanah untuk mengurusi permasalahan umat, baik dalam lingkup jemaah (kelompok) maupun sampai kepada urusan pemerintahan, serta memposisikan dirinya sebagai pelayan masyarakat dengan memberikan perhatian yang lebih dalam upaya mensejahterakan umatnya. Bukan sebaliknya, mempergunakan kekuasaan dan jabatan untuk mengeksploitasi sumber daya yang ada, baik SDM maupun SDA, hanya untuk pemuasan kepentingan pribadi (ananiyah) dan kaum kerabatnya atau kelompoknya (ashabiyah).

Akhirul kalam, Islam adalah rahmat bagi seluruh alam, semua aspek kehidupan sudah diatur dan ditata dengan baik dalam agama Islam. Kepemimpinan ke depan semoga dapat semakin memberikan kesejahteraan dan kemaslahatan bagi umat. ***

[Ditulis oleh IJANG FAISAL, Ketua Umum DPD BKPRMI Kota Bandung. Tulisan disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi Jumat (Pahing), 14 Desember 2012 / 30 Muharam 1434 H., pada Kolom "RENUNGAN JUMAT"]

by
u-must-b-lucky