KITAKAH UMAT TERBAIK?

Allah SWT. menyanjung kita dengan sebutan, khoiro ummah, umat terbaik. Ungkapan ini pasti benar karena dari Al-Qur'an. Kalimat khoiro ummah terdiri atas dua suku kata, khoiro dan ummah. Khoiro bentuk infinitif dari kata khaara-yakhiiru, artinya menjadi baik.
Sebagai isim (noun), kata khoir bisa diartikan segala sesuatu yang bermanfaat bagi manusia. Kata khoir bisa juga berfungsi sebagai isim tabdil, artinya lebih baik atau terbaik. Kata ummah jamaknya umam, berasal dari kata amma-yaummu bisa bermakna banyak. Bisa diterjemahkan menuju, menjadi, ikatan, segolongan, sekelompok, atau generasi. Jadi, khoiro ummah artinya sekelompok atau segolongan manusia terbaik yang memberi manfaat buat orang banyak.

لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. (QS. At-Tin: 4)

Walaupun pada ayat di atas menyinggung tentang manusia sebagai makhluk yang tercipta dengan rupa yang sebaik-baiknya, dalam konsteks ini tidak ada hubungannya dengan makna khoiru ummah. Ayat ini lebih mempertegas bahwa Allah menciptakan rupa manusia jauh lebih sempurna dan baik dibandingkan dengan makhluk lainnya, seperti hewan. Jadi, yang dimaksud khoiro ummah bukan kepada wujud fisik —cantik atau ganteng tidaknya— tetapi lebih mendasar kepada persoalan transcendental (hal bersifat rohaniah). Yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling takwa.

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. (QS. Al-Hujuraat: 13)

Sabda Rasulullah SAW.,
"Innallaha la yanduru ilaa ajsamikum wala suwarikum, walakin yanduru ila qulubikum." (Sesungguhnya Allah tidak akan melihat rupa dan suaramu, tetapi Allah melihat hatimu.)

Siapa umat terbaik ini? Sebagian ulama mengacu kepada pendapat Ibnu Abbas bahwa umat terbaik adalah mereka yang hijrah dari Mekah ke Madinah bersama Nabi SAW., yang ikut Perang Badar dan orang yang ikut rombongan Nabi ke Hudaibiyah. Sebagian lainnya berpendapat, mereka adalah umat Islam periode pertama dengan dasar hadits Nabi,
"Sebaik-baik umatku adalah abad di mana aku diutus kepada mereka, kemudian orang-orang berikutnya." (HR. Ahmad)

Ada juga yang mengatakan, umat yang terbaik itu umat akhir zaman yang tidak pernah berjumpa dengan Nabi, tetapi mereka tetap beriman.
"Sebaik-baik manusia adalah kaum yang beriman kepadaku, tetapi tidak pernah jumpa denganku." (HR. Zaid bin Aslam dari ayahnya Umar)

Sementara yang lainnya berpendapat bahwa semua manusia adalah umat terbaik sepanjang masa jika mereka berpegang teguh pada prinsip amar ma'ruf nahyi munkar, dan beriman kepada Allah.

ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ أَيْنَ مَا ثُقِفُوا إِلَّا بِحَبْلٍ مِّنَ اللَّهِ وَحَبْلٍ مِّنَ النَّاسِ وَبَاءُوا بِغَضَبٍ مِّنَ اللَّهِ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الْمَسْكَنَةُ ۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُوا يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ الْأَنبِيَاءَ بِغَيْرِ حَقٍّ ۚ ذَٰلِكَ بِمَا عَصَوا وَّكَانُوا يَعْتَدُونَ
Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia, dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. Yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas. (QS. Ali Imran: 112)

Pada ayat di atas ditegaskan bahwa umat manusia yang mulia (terbaik) adalah orang yang berhubungan baik dengan Allah (ibadah) dan berhubungan baik dengan sesama manusia (muamalah: lebih spesifik: bersilaturahmi).

Dalam upaya mewujudkan keseimbangan itu, pada 622 M tahun pertama Hijriah, atau abad ke-7 M, jauh sebelum Prancis, Inggris, atau Amerika membuat sistem perundang-undangan (Prancis membuat sistem perundang-undangan pada abad ke-17 M), Rasulullah SAW. telah merumuskan pedoman bermasyarakat yang bermartabat, yang dituangkan dalam Piagam Madinah. Piagam Madinah (perjanjian yang dibuat Nabi SAW. bersama penduduk Madinah, baik golongan Islam maupun non-Islam pada tahun pertama Hijriah), secara global berisi dua hal pokok, yaitu organisasi umat yang diikat oleh akidah Islam dan organisasi umat yang menghimpun jemaah atau komunitas yang beragam atas dasar ikatan sosial politik. Dalam pasal 25 Piagam Madinah, secara tertulis disebutkan adanya pengakuan kebebasan setiap orang untuk memilih agama.

Salah seorang orientalis terkenal Sir Thomas Arnold mengagumi piagam ini. Menurut dia, organisasi umat yang dibentuk oleh Nabi Muhammad SAW. merupakan awal kehidupan kebangsaan dalam Islam, bahkan yang pertama dalam sejarah kemanusiaan.

Dipengujung akhir 2011, menjelang 2012, drama kehidupan bangsa ditutup dengan peristiwa pembakaran sebuah masjid di Sampang, Madura. Persoalannya sepele, urasan pribadi. Konflik bermula dari kakak-adik Rois dan Rojul atau yang juga dikenal dengan Tajul Muluk. Mereka berselisih karena Rojul akhirnya meyakini Syiah.

Rupanya Rois tidak menerima keputusan Rojul sebab keyakinan Rojul membuat dirinya menjadi berbeda sendiri dari anggota keluarga lainnya. Dari perbedaan paham ini meluas menjadi perebutan anak didik (santri), yang berakhir dengan pembakaran pondok pesantren tempat Rojul, termasuk tiga rumah, dan satu mushala. Peristiwa Sampang bukan satu-satunya dan bukan yang pertama. Sebelumnya kita tahu peristiwa di Ambon, Garut, Tasikmalaya, Cikeusik Pandeglang, yang di samping pembakaran tempat ibadah, rumah, juga banyak korban meninggal, semua kebrutalan ini mengatasnamakan agama. Mestinya, justru atas alasan keagamaan wajib tercipta persaudaraan dan kedamaian di tengah-tengah masyarakat, bukan sebaliknya.
Apakah kita umat terbaik?
Benar, jika berpegang teguh pada prinsip-prinsip umum "keilahian" (sebagai pengabdi Tuhan, bukan pengabdi uang, jabatan atau pengabdi setan) dan "kekhalifahan" (sebagai pemimpin di muka bumi untuk menegakkan kebenaran keadilan yang dipayungi akhlak). Mulia atau tercela; baik atau buruk; penganut agama yang saleh atau bukan; pejuang atau pecundang, tidak diukur dari bentuk tubuh, busananya berserban, dan bergamis atau tidak; tetapi "peran" (tugas yang dijalani) dan "cara berperan" (akhlak: budi pekerti).

Syaikhul Islam Al-Azhar, penyusun buku terkenal Risalah Tauhid, Muhammad Abduh mengatakan bahwa umat terbaik itu adalah umat yang bukan hanya berdasarkan agama, tetapi juga atas dasar kemanusiaan sebagai faktor perekat sosial.

Semoga kekerasan berubah menjadi kedamaian!

Wallahua'lam bishshowab.***

[Ditulis oleh H. MUHTAR GANDAATMAJA, Ketua Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) Al-Hijaz, Ketua Forum Komunikasi KBIH Kota Bandung. Tulisan disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi Jumat (Wage) 6 Januari 2012 / 12 Safar 1433 H. pada Kolom "RENUNGAN JUMAT"]

by

u-must-b-lucky

0 comments: