PEMBELAJARAN RAMADHAN

Ramadhan, bulan mulia sebentar lagi menyapa kaum Muslimin. Pada tahun ini kemungkinan besar ada yang memulai shaum (puasa) pada Jumat (20/7), tetapi sebagian lagi pada esok harinya, Sabtu (21/7). Kita berharap, perbedaan dalam penentuan awal Ramadhan ini menjadi rahmat, bukan malah musibah bagi Indonesia khususnya umat Islam.

Bulan mulia menjadi incaran pahala bagi kaum Muslimin apalagi semua pahala dilipat-gandakan Allah. Bahkan, seorang yang sedang shaum lalu beristirahat juga dicatat sebagai ibadah.

Sebenarnya Ramadhan merupakan bulan pembelajaran atau pendidikan bagi kaum Muslimin. Banyak amalan selama Ramadhan sebagai bekal bagi kita untuk diteruskan di bulan-bulan berikutnya.

Hanya, apabila Ramadhan telah berlalu, amalan-amalan juga anehnya juga berjalan begitu saja. Tidak ada bekas sama sekali. Padahal, keberhasilan seseorang dalam menjalankan ibadah shaum dilihat dari kualitas dan kuantitas ibadahnya setelah Ramadhan berakhir.

Syawal bermakna peningkatan merupakan bulan pertama setelah Ramadhan dan 1 dari 11 bulan tempat kita mengevaluasi kualitas keimanan sesuai dengan tujuan shaum. Shaum menjadikan kita orang yang bertakwa. Seseorang yang Ramadhannya berhasil tentu makin mantap dalam amalan-amalan kebajikan seperti shalat.

كَانُوا قَلِيلًا مِّنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ
وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
Kanoo qaleelan mina allayli ma yahjaAAoona
Wabialashari hum yastaghfiroona

Di dunia mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam. Dan selalu memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar. (QS. Adz-Dzariyat: 17-18)

Kebiasaan bangun untuk sahur selama Ramadhan pada dini hari yang gelap dan menahan dinginnya udara hendaklah dijadikan kebiasaan bangun untuk mendirikan shalat Tahajud, baik itu yang panjangnya 8 rakaat plus 3 rakaat Witir maupun sekadar 2 rakaat plus 1 rakaat Witir. Shalat Tahajud kemudian dilanjutkan dengan memohon ampunan kepada Allah SWT.

Memohon ampunan dapat diwujudkan dengan dzikir dan istighfar. Misalnya, Subhanallahi wabihamdihi, subhanallahil 'adzhiim, astaghfirullah.

Dzikir dan istighfar bukan hanya terucap di mulut, tetapi juga dihayati dari sisi ruhiyah sebagai bersatu antara ucapan dan penghayatan. Dzikir juga tecermin dalam akhlak keseharian. Janganlah kita sok suci karena hanya Allah Yang Mahasuci. Janganlah kita gila pujian karena segala puji hanyalah milik Allah.

Sadar maupun tidak, sejak baligh hingga kini, kita banyak bergelimang dosa. Untuk itu, kita membutuhkan maaf dari sesama serta ampunan hanya dari Allah SWT.

Selain dididik untuk bangun malam dan melaksanakan shalat malam, Ramadhan juga mengajarkan kepedulian sosial.
الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ
Allatheena yuminoona bialghaybi wayuqeemoona alssalata wamimma razaqnahum yunfiqoona

(Yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, melaksanakan shalat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka. (QS. Al-Baqarah: 3)

Kepedulian sosial tersebut hendaknya terwujud bukan hanya di saat lapang, tetapi juga di saat sempit.

وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
الَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَن يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَىٰ مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ
أُولَٰئِكَ جَزَاؤُهُم مَّغْفِرَةٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَجَنَّاتٌ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا ۚ وَنِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ
WasariAAoo ila maghfiratin min rabbikum wajannatin AAarduha alssamawatu waalardu oAAiddat lilmuttaqeena
Allatheena yunfiqoona fee alssarrai waalddarrai waalkathimeena alghaytha waalAAafeena AAani alnnasi waAllahu yuhibbu almuhsineena
Waallatheena itha faAAaloo fahishatan aw thalamoo anfusahum thakaroo Allaha faistaghfaroo lithunoobihim waman yaghfiru alththunooba illa Allahu walam yusirroo AAala ma faAAaloo wahum yaAAlamoona
Olaika jazaohum maghfiratun min rabbihim wajannatun tajree min tahtiha alanharu khalideena feeha waniAAma ajru alAAamileena

Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luas-nya seluas langit dan bumi, yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun di waktu sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang, Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, sedangkan mereka kekal di dalamnya, dan itulah sebaik-baik pahala orang yang beramal. (QS. Ali-Imran: 133-136)

Dalam Hadits Qudsi, Allah SWT. berfirman, yang artinya,
"Berinfaklah kamu, niscaya Allah akan memberi belanja kepadamu." (Muttafaq-Alaih)

Bila ada yang meminta pertolongan kepada kita dan lingkungan sekitar, berebutlah untuk memberikan pertolongan karena sesungguhnya hal tersebut adalah lahan kebajikan. Harta yang kita infakkan juga tidak berkurang malah bertambah baik jumlah maupun kesuciannya.

لَن تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّىٰ تُنفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ ۚ وَمَا تُنفِقُوا مِن شَيْءٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ
Lan tanaloo albirra hatta tunfiqoo mimma tuhibboona wama tunfiqoo min shayin fainna Allaha bihi AAaleemun

Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya. (QS. Ali-Imran: 92)

Kalaulah kita tidak bisa memberikan pertolongan, setidaknya berusahalah menjadi pribadi yang mandiri dengan tidak bergantung kepada pertolongan orang lain. Tolong-menolong hendaknya hanya pada yang membawa kebaikan atau yang dapat mencegah kemungkaran.

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
wataAAawanoo AAala albirri waalttaqwa wala taAAawanoo AAala alithmi waalAAudwani

... Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan... (QS. Al-Ma'idah: 2)
Ahlan wasahlan ya Ramadhan. Bulan pendidikan untuk bekal 11 bulan kemudian. 

Selamat menikmati jamuan Allah selama Ramadhan. ***

[Ditulis oleh H MIFTAH FARIDL, Ketua Umum MUI Kota Bandung, Ketua Yayasan Ad Dakwah, serta pembimbing Haji Plus dan Umrah Safari Suci. Tulisan disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi Kamis (Wage) 19 Juli 2012 / 29 Saban 1433 H. pada Kolom "CIKARACAK"]

by
u-must-b-lucky

0 comments: