PELAJARAN KEPEDULIAN DARI RAMADHAN


إِنَّ الْإِنسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا
إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعًا
وَإِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعًا
إِلَّا الْمُصَلِّينَ
الَّذِينَ هُمْ عَلَىٰ صَلَاتِهِمْ دَائِمُونَ
وَالَّذِينَ فِي أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ مَّعْلُومٌ
لِّلسَّائِلِ وَالْمَحْرُومِ
Inna alinsana khuliqa halooAAan
Itha massahu alshsharru jazooAAan
Waitha massahu alkhayru manooAAan
Illa almusalleena
Allatheena hum AAala salatihim daimoona
Waallatheena fee amwalihim haqqun maAAloomun
Lilssaili waalmahroomi
Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya, dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta). (QS Al Ma'arij: 19-25)

Berkaca kepada ayat Al-Qur'an itu, secara tegas Allah menyebutkan bahwa keluh kesah dan kikir itu telah menjadi sifat bawaan manusia sejak dia diciptakan.

Allah yang menciptakan manusia telah melukiskan sifat manusia dengan sangat baik. Allah juga yang mengiyakan akan sifat-sifat itu dan menjauhinya atau menggantinya dengan sifat-sifat baik, sebab Allah menurunkan dua sifat sekaligus kepada manusia. Ibarat dua mata uang koin, sifat baik (taqwa) dan sifat buruk.

Bukankah kalau kita tidak memiliki harta, kita sering berkeluh kesah. Namun, sebaliknya apabila memiliki banyak harta, kita cenderung kikir alias pelit? Lalu, bagaimana caranya agar sifat bawaan (keluh kesah dan kikir) bisa kita geser dan berubah menjadi sifat yang menerima segala ketentuan Allah dan pemurah dengan mengeluarkan zakat, infaq, sedekah, ataupun wakaf?

Salah satu cara Allah, untuk mendidik dan melatih umat manusia adalah melalui pembinaan selama sebulan penuh yakni Ramadhan yang baru kita lakukan beberapa hari lalu. Pertanyaannya, apakah puasa atau shaum kita telah berjalan dengan sukses? Atau malah hanya mendapatkan pahala berupa lapar dan dahaga?

Ciri-ciri orang yang berhasil dalam Ramadhan antara lain adalah mantap dalam shalatnya, terbiasa untuk shalat malam, dan senantiasa beristighfar di akhir malam. Ciri keberhasilan Ramadhan yang tak kalah pentingnya adalah memiliki kepedulian sosial dengan membelanjakan harta di jalan Allah.

Kepedulian sosial dengan menyisihkan sebagian harta kita merupakan salah satu sifat dari manusia taqwa. Ketaqwaan merupakan akhir atau tujuan dari ibadah selama Ramadhan

الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ
Allatheena yuminoona bialghaybi wayuqeemoona alssalata wamimma razaqnahum yunfiqoona
(Yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, melaksanakan shalat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka. (QS. Al-Baqarah: 3)

Kepedulian sosial tersebut hendaknya terwujud bukan hanya di saat lapang, tetapi juga di saat sempit. Inilah hebatnya ajaran Islam yang menekankan pula mengeluarkan harta bukan hanya di saat kelebihan bahkan saat kekurangan sekali pun.

وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
الَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَن يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَىٰ مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ
أُولَٰئِكَ جَزَاؤُهُم مَّغْفِرَةٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَجَنَّاتٌ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا ۚ وَنِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ
WasariAAoo ila maghfiratin min rabbikum wajannatin AAarduha alssamawatu waalardu oAAiddat lilmuttaqeena
Allatheena yunfiqoona fee alssarrai waalddarrai waalkathimeena alghaytha waalAAafeena AAani alnnasi waAllahu yuhibbu almuhsineena
Waallatheena itha faAAaloo fahishatan aw thalamoo anfusahum thakaroo Allaha faistaghfaroo lithunoobihim waman yaghfiru alththunooba illa Allahu walam yusirroo AAala ma faAAaloo wahum yaAAlamoona
Olaika jazaohum maghfiratun min rabbihim wajannatun tajree min tahtiha alanharu khalideena feeha waniAAma ajru alAAamileena 
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa. (Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun diwaktu sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang, Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya, dan itulah sebaik-baik pahala orang yang beramal. (QS. Ali-Imran: 133-136)

Dalam satu hadits Qudsi, Allah SWT. berfirman, yang artinya,
Berinfaklah kamu, niscaya Allah akan memberi belanja kepadamu.(Muttafaq Alaih)

Bila ada yang meminta pertolongan kepada kita dan lingkungan sekitar, berebutlah untuk memberikan pertolongan karena sesungguhnya hal tersebut adalah lahan kebajikan. Biasanya kalau ada seseorang yang meminta pertolongan umumnya kita merasa enggan bahkan kadang merasa khawatir, jangan-jangan uang atau barang yang kita berikan disalahgunakan untuk kepentingan pribadi bukan kepentingan umat seperti yang tertera dalam surat atau proposalnya.

لَن تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّىٰ تُنفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ ۚ وَمَا تُنفِقُوا مِن شَيْءٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ
Lan tanaloo albirra hatta tunfiqoo mimma tuhibboona wama tunfiqoo min shayin fainna Allaha bihi AAaleemun
Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.(QS. Ali-Imran: 92)

Kalaulah kita tidak bisa memberikan pertolongan, setidaknya berusahalah menjadi pribadi yang mandiri, tidak tergantung kepada pertolongan orang lain. Adapun mengenai hal tolong-menolong, hendaknya hanya pada yang membawa kebaikan atau yang dapat mencegah kemungkaran.

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
wataAAawanoo AAala albirri waalttaqwa wala taAAawanoo AAala alithmi waalAAudwani
... Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan....(QS. Al-Ma'idah: 2)

Bulan Ramadhan mengajarkan dan membiasakan diri kita untuk peduli kepada sesama yang diawali dari kepedulian kepada lingkungan sekitar. Apabila setiap Muslim yang mampu menyantuni tetangga terdekat yang masih kekurangan, yakinlah, tidak akan ada lagi tetangga yang kelaparan, menangis akibat tak memiliki beras, ataupun putus sekolah karena tak ada biaya.

Terakhir, penulis ucapkan, taqabbalallahu minna waminkum. Semoga amal-amal Ramadhan kita diterima Allah SWT. agar berdampak kepada perbaikan akhlak dalam kehidupan.

Amin. ***

[Ditulis oleh H MIFTAH FARIDL, Ketua Umum MUI Kota Bandung, Ketua Yayasan Ad Dakwah, dan pembimbing Haji Plus dan Umrah Safari Suci. Tulisan disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi Kamis 23 Agustus 2012 / 5 Syawal 1433 H. pada Kolom "CIKARACAK"]

by
u-must-b-lucky

0 comments: