RENUNGAN AKHIR RAMADHAN

Ramadhan tinggal mengbitung hari. Insya Allah umat Islam Indonesia akan melaksanakan shalat Idulfitri secara bersamaan pada Minggu (19/8/2012) meskipun dalam penetapan awal Ramadhan lalu terdapat perbedaan.

Mumpung masih ada waktu beberapa hari lagi, kita harus manfaatkan untuk memantapkan ibadah. Mungkin dari awal Ramadhan amalan-amalan kita belum baik, tetapi di akhir Ramadhan ini berupaya keras untuk memperbaiki dan meningkatkannya. Tak ada kata terlambat untuk memperbaiki diri.

Bulan Ramadhan merupakan madrasah (sekolah) pembentuk karakter dan mental taqwa sesuai dengan tujuan puasa yakni membentuk manusia yang bertaqwa.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Ya ayyuha allatheena amanoo kutiba AAalaykumu alssiyamu kama kutiba AAala allatheena min qablikum laAAallakum tattaqoona
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, (QS. Al Baqarah: 183)

Ramadhan merupakan pendidikan dan pelatihan setiap tahun yang tidak akan bisa tergantikan dan tak akan kita dapatkan di bulan selainnya.

Tempaan tiga puluh hari dalam nuansa ibadah dan ruhiyah adalah sesuatu yang mahal harganya dan hanya akan kembali lagi setelah sebelas bulan perpisahan. Ramadhan adalah pelatihan tahunan yang harus menghasilkan Muslim yang berbeda dari sebelumnya. Seorang Muslim baru yang harus lebih baik dari sebelum Ramadhan.

Kita masih ingat harus bangun di sepertiga malam, menundukkan nyamannya tidur, dan melempar mimpi kita untuk sejenak makan sahur. Meski tak jarang makan di sepertiga malam juga tidak mendatangkan kenikmatan. Pelatihan ini akan membentuk seseorang yang terbiasa untuk bangun malam bertahajud, mengadu kepada Allah atas segala persoalan yang menginggapi pundaknya.

Ingatkah dari tanggal satu Ramadan kita ditempa untuk berlapar dahaga di tengah aktivitas yang justru semakin padat? Kita pun mengerjakan banyak hal justru di saat fisik kita tak diisi dengan makanan dan minuman. Namun, kita bisa menjalankannya dengan sepenuh hati, nyaris tanpa keluh kesah menodai lisan kita.

Kita bisa menepiskan makanan dan minuman di saat siang hari, padahal makanan dan minuman itu halal. Tentu di luar Ramadhan kita juga akan mampu menjauhkan diri dari makanan dan minuman haram, baik dari zatnya yang haram maupun cara mendapatkan rezeki dari jalan haram, seperti korupsi dan manipulasi.

Masih ingatkah kita, betapa punggung dan kaki kita tak jenuh menyucikan Allah SWT. melalui gerakan Tarawih? Setiap malam selama Ramadhan, kita dilatih untuk melaksanakan shalat malam tanpa mengenal kata lelah dan capek sebab lelah akan hilang, sedangkan kebaikan pasti kekal.

Inilah hakikat Ramadhan sesungguhnya sebagai madrasah pembentukan karakter manusia. Ramadhan bukan sekadar ajang panen pahala dan penggugur dosa-dosa. Sungguh Ramadhan tak akan pernah ingkar janji, selalu menghasilkan sosok-sosok baru, meluluskan alumni-alumni baru, yang akan menghiasi hari-harinya sepanjang tahun dengan semangat menebar kebaikan.

Ramadhan membentuk karakter manusia yang ikhlas dengan meninggalkan sikap riya. Ketika dia membantu, tak perlu dibesar-besarkan, dibuat spanduk, dan baliho, maupun diberitakan besar-besaran. Toh saat pemerintah menyalurkan bantuan bukanlah pemberian hibah, atau apa pun namanya yang menjurus ke sosial, sebab sudah menjadi kewajiban pemerintah untuk memperhatikan rakyat bahkan menyejahterakannya.

Di samping itu, Ramadhan juga diisi dengan pembayaran zakat baik zakat fitrah maupun zakat maal/harta. Jangan sampai pembayaran zakat pejabat malah menggunakan dana rakyat dari APBN atau APBD. Zakat yang berarti bersih dan membersihkan juga tak bisa dibayar dengan harta hasil korupsi. Harta yang kotor tidak bisa dibersihkan dengan berzakat, berinfak, atau bersedekah.

Manusia-manusia yang menepati janji juga merupakan hasil didikan dari Ramadhan. Janji merupakan utang sehingga mereka khawatir kalau terlalu mengumbar janji akan memperbesar kran utangnya. Mereka bersikap disiplin dengan waktu dan tak mau main-main apalagi mempermainkan waktu.

Dalam menyongsong akhir Ramadhan, Rasulullah SAW. dan para sahabatnya menumpahkan kesedihan yang amat mendalam karena berlalunya bulan penuh pahala dan keberkahan. Banyak di antara mereka yang menangis, takut dan khawatir, kalau-kalau di tahun berikutnya tidak bisa lagi menemui Ramadhan.

Anehnya di saat sekarang ini, kita saksikan akhir Ramadan dipandang sebagai puncak dan pintu kebebasan bahkan sebebas-bebasnya. Kita merasa bebas dari kekangan dan kungkungan yang membatasi dirinya, seperti makan, minum, bicara, dan bergaul dengan siapa saja. Akibatnya, pasca-Ramadhan banyak manusia yang kembali tenggelam dalam lautan dosa dan kemaksiatan dan kembali pada keadaan sebelum Ramadhan.

Wajar apabila Nabi Muhammad SAW. menegaskan, tidak sedikit manusia yang mendapatkan sekadar lapar dan dahaga dari puasa Ramadhannya. Kita berlindung dari hasil kesia-siaan itu.

Amin.***

[Ditulis oleh H. PUPUH FATHURRAHMAN, Sekretaris Senat Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati dan Ketua Dewan Pembina Yayasan Pesantren Raudhatus Sibyan Sukabumi. Tulisan ini disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi Kamis (Pahing) 16 Agustus 2012 / 27 Ramadhan 1433 H. pada Kolom "CIKARACAK"]

by 
u-must-b-lucky

0 comments: