BELAJAR DARI IBRAHIM

Ketika kehidupan kita dipenuhi dengan sikap mementingkan diri sendiri, kita perlu sosok seperti Nabi Ibrahim AS. Saat kondisi negara carut-marut, keadilan jauh dari harapan, kita butuh pemimpin seperti Ibrahim.

Ya, hanya dengan doa seorang Ibrahim membuat sebuah negeri seperti Mekah menjadi aman, sejahtera, dan tak kekurangan rezeki. Doa pemimpin yang adil merupakan salah satu doa yang pasti dijawab dan dipenuhi Allah SWT.

Mengapa sosok Ibrahim yang kita rindukan? Kalau kita mau berpikir sejenak dan melakukan napak tilas keteladanan Nabi Ibrahim AS., Kabah, tawaf, sai, sumur zam-zam, dan kurban, semuanya menjadi saksi sepanjang sejarah tentang perjuangan Nabi Ibrahim AS. beserta keluarganya dalam menempuh kehidupan.

Betapa mulia dan tinggi kebesaran dan prestasi Nabi Ibrahim AS. dalam mengarungi kehidupan. Penghargaan Ibrahim langsung dari Allah yang berdampak kepada kesejahteraan umat manusia sampai sekarang.

Kini para pemimpin merasa bangga ketika mendapatkan penghargaan meskipun tak jarang penghargaan itu sebatas kebanggaan bagi dirinya karena kiprah kepemimpinannya kurang dirasakan masyarakat.

Gelar-gelar yang diberikan Allah kepada Ibrahim adalah  

  • Seorang ulul azmi (QS. Al-Ahqaf: 35),
  • Nabi yang sangat jujur (QS. Maryam : 41), 
  • Hanif/lurus (QS. An-Nahl: 120),
  • Kekasih Allah (QS. An-Nisa': 125),
  • Pemulia tamu (QS. Adz-Dzariyat: 24-28),
  • Contoh terbaik/uswah hasanah (QS. Al-Mumtahan: 4),
  • Cerdas (QS. Al-Anbiya: 63),
  • Pembina rumah ibadah pertama (QS. Ali-Imran: 96),
  • Manusia yang disebut ummah (QS. An-Nahl: 120),
  • Teladan dalam berkurban (QS. Ash-Shoffat: 104-107),
  • Pengangkatan Ibrahim sebagai pemimpin umat manusia (QS. Al-Baqarah: 124).
Keberhasilan Ibrahim sebagai pemimpin umat, pemimpin agama, sekaligus pemimpin keluarga berpijak kepada beberapa hal.
  • Pertama, lurus dalam bertauhid. Semua sikap, ucapan, dan tindakan didasarkan dan disandarkan kepada Allah SWT. Bukan meminta pujian atau ada pamrih agar masyarakat mengakui kepemimpinannya.
  • Kedua, keberhasilan memimpin masyarakat bermula dari keberhasilan di keluarga sehingga Ibrahim membangun dulu keluarganya.
    Biasanya kita saat kekuasaan politik sudah berada di tangan, segera menyusun segala potensi, kita bangun istana, susun anak buah yang kuat, kumpulkan harta sebanyak-banyaknya, agar lawan politiknya bisa ditundukkan dengan hartanya, atau paling tidak untuk anak cucunya sampai tujuh turunan.
    Hal itu tidak berlaku sama sekali bagi Nabi Ibrahim. Dimana Ibrahim menjadikan keluarganya sebagai basis dakwah yang menjadi pendukung dan penerus risalah dan kepemimpinannya. Kepemimpinan yang berpijak kepada agama bukan harta.
  • Ketiga, Ibrahim mendahulukan iman dan ibadah daripada ekonomi. Dalam sehari-hari kita mendengar adanya kerjaan yang "basah" dan "kering" karena pekerjaan dilihat dari sudut pandang ekonomi. Manusia memperebutkan kekayaan material, pekerjaan, dan jabatan, yang dianggap mendatangkan kemakmuran dengan cepat. Terjadilah suap, uang pelicin, dan sejenisnya agar mendapatkan posisi itu.
    Berbeda dengan Ibrahim yang meninggalkan daerah-daerah subur, menuju daerah tandus. Dari Syam ke Mesir, terus ke Palestina, terakhir menetap di kawasan tandus, tiada sebatang pohon atau tanaman pun.
    Di sinilah Ibrahim diperintahkan merenovasi rumah ibadah pertama kali yang dibangun untuk manusia, yaitu Baitullah.

    رَّبَّنَا إِنِّي أَسْكَنتُ مِن ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِندَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِّنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُم مِّنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ
    Rabbana innee askantu min thurriyyatee biwadin ghayri thee zarAAin AAinda baytika almuharrami rabbana liyuqeemoo alssalata faijAAal afidatan mina alnnasi tahwee ilayhim waorzuqhum mina alththamarati laAAallahum yashkuroona
Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, Ya Tuhan kami (yang demikian) itu agar mereka mendirikan shalat, jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur. (QS. Ibrahim: 37)

Cara membangun umat, Nabi Ibrahim juga pantas ditiru yakni bukan diawali dengan membangun ekonomi, melainkan landasan keyakinan atau ideologi yang kuat, iman, dan ibadah yang kokoh. Ibrahim membangun peradaban dengan ibadah, merenovasi Kabah bekerja sama dengan keluarga, istri dan anaknya, dengan keikhlasan yang luar biasa, tanpa meminta bantuan orang atau bangsa lain. Oleh karena itu, Nabi Ibrahim tidak pernah didikte orang atau bangsa lain.

Puncak dari keteladanan Ibrahim adalah saat diperintahkan berkurban hal yang paling dicintainya yakni anak semata wayang, Ismail. Perintah ini dilaksanakan oleh Ibrahim dan Ismail dengan tulus semata-mata karena beribadah karena Allah. Dengan Rahmah-Nya, Allah mengganti Ismail dengan kambing besar sebagai kurban. Allah berfirman, 

إِنَّ هَٰذَا لَهُوَ الْبَلَاءُ الْمُبِينُ
Inna hatha lahuwa albalao almubeenu

Sesunggunya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. (QS. Ash-Shoffat: 106)


Telah menjadi kaidah kehidupan, semakin besar pengorbanan seseorang atau suatu masyarakat, maka akan semakin besar peluang untuk meraih keberhasilan atau keuntungan.

Berkorban bisa berupa harta, akal, jiwa, energi, status, perasaan, waktu bahkan prestise. Kita semua diingatkan dengan sikap Ibrahim. Kita saat ini terlalu mementingkan diri sendiri, rakus dengan harta dan jabatan, dan enggan berbagi. Inilah penyebab utama muncul krisis ekonomi yang melanda Amerika, Eropa, dan kini merembet ke Asia.

Ibrahim juga mengingatkan berkorban bukan untuk membangun citra atau menutup-nutupi kekayaan yang diperoleh secara tidak wajar. Ada orang memerintahkan kurban dan hidup prihatin, tetapi hanya untuk orang lain dan bukan untuk dirinya.

Ibrahim-kan kami ya Allah.***

[Ditulis oleh H PUPUH FATHURRAHMAN, Sekretaris Senat Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati dan Ketua Dewan Pembina Yayasan Pesantren Raudhatus Sibyan Sukabumi. Tulisan disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi Kamis (Pon) 11 Oktober 2012 / 25 Zulkaidah 1433 H. pada Kolom "CIKARACAK"]

by
u-must-b-lucky