ISLAM MEMULIAKAN SEMUA RASUL ALLAH

وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ
وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Wasalamun AAala almursaleena Waalhamdu lillahi rabbi alAAalameena

Dan kesejahteraan dilimpahkan atas para rasul. Dan segala puji bagi Allah, Penguasa Seluruh Alam. (QS. Ash Shaffat: 181-182)


Islam memuliakan seluruh nabi dan rasul Allah tanpa kecuali. Setiap shalat, umat Islam mengucapkan shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW., dan Nabi Ibrahim AS. ayat 181-182 QS Ash Shaffat, yang dikutip di atas, sering digunakan sebagai penutup doa.

Itu membuktikan, Islam tidak membeda-bedakan status dan kedudukan para nabi dan rasul Allah walaupun telah menetapkan Nabi Muhammad SAW. menjadi rasul (utusan Allah) terakhir sekaligus penutup para nabi Khatamun nabiyyin.

مَّا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِّن رِّجَالِكُمْ وَلَٰكِن رَّسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ ۗ وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا

Ma kana muhammadun aba ahadin min rijalikum walakin rasoola Allahi wakhatama alnnabiyyeena wakana Allahu bikulli shayin AAaleeman
Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS Al Ahzab: 40)

Ketika menyebut nama para nabi dan rasul tersebut, umat Islam selalu mengikutsertakan kalimat alaihissalam (keselamatan bagi mereka). Bahkan, nabi dan rasul yang dianggap sebagai "milik" kaum Yahudi (Nabi Musa AS.), dan kaum Nasrani (Nabi Isa AS.), mendapat kedudukan istimewa sebagai Ulul Azmi, nabi dan rasul yang paling berat perjuangannya. Para nabi dan rasul Ulul Azmi itu terdiri atas lima orang, yaitu Nuh AS., Ibrahim AS., Musa AS., Isa AS., dan Muhammad SAW.

Dalam QS. Ash Shaffat, diuraikan penghargaan Allah SWT. kepada para nabi dan rasul. Kepada Nabi Nuh AS., seorang hamba Allah yang beriman.

إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُؤْمِنِينَ
Innahu min AAibadina almumineena
Sesungguhnya dia termasuk di antara hamba-hamba Kami yang beriman. (QS. Ash Shaffat: 81)

وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الْآخِرِينَ
سَلَامٌ عَلَىٰ نُوحٍ فِي الْعَالَمِينَ
Watarakna AAalayhi fee alakhireena Salamun AAala noohin fee alAAalameena
Dan Kami abadikan untuk Nuh itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian. Kesejahteraan dilimpahkan atas Nuh di seluruh alam. (QS. Ash Shaffat: 78-79)

Begitu pula kepada Nabi Ibrahim AS., yang dianggap sebagai "Bapak Tauhid". "Dan sesungguhnya Ibrahim benar-benar termasuk golongan Nuh.

وَإِنَّ مِن شِيعَتِهِ لَإِبْرَاهِيمَ
Wainna min sheeAAatihi laibraheema
Dan sesungguhnya Ibrahim benar-benar termasuk golongannya (Nuh). (QS. Ash Shaffat: 83)

Pada ayat 114-121, dipaparkan anugerah nikmat Allah SWT. kepada Nabi Musa dan Nabi Harun. Kepada mereka berdua, Allah SWT. telah melimpahkan nikmat, menyelamatkan mereka dan kaumnya (Bani Israil) dari bencana besar, menolong mereka sehingga meraih kemenangan, memberi kitab (Taurat) yang sangat jelas, menunjuki mereka ke jalan lurus, dan bagi mereka diabadikan pujian yang baik di kalangan umat yang datang kemudian. Yaitu kesejahteraan bagi mereka yang telah berbuat baik dan menjadi hamba-hamba Allah yang beriman.

Nabi Ilyas yang diutus kepada kaum Punisia agar jangan menyembah berhala Bal (QS. ash Shaffat: 123-132). Nabi Luth yang diutus kepada kaum Sadum (Sodom) agar menghentikan perbuatan hubungan sesama jenis, homoseksual dan lesbian (QS. Ash Shaffat: 133-138). Nabi Yunus yang ditelan ikan hiu (QS. Ash Shaffat: 139-148), sama seperti Nabi Nuh, Ibrahim, Musa, dan Harun, mendapat anugerah nikmat Allah SWT. berkat perjuangan dan keimanan mereka. Bahkan, istighfar Nabi Yunus ketika berada dalam perut ikan hiu selama empat puluh hari dianjurkan untuk dibaca pada setiap kesempatan oleh umat Islam (al-hadits).

لَّا إِلَٰهَ إِلَّا أَنتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنتُ مِنَ الظَّالِمِينَ
la ilaha illa anta subhanaka innee kuntu mina alththalimeena
Tiada sembahan selain Engkau, ya Allah, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang dzalim. (QS. Al-Anbiya: 87)

Hampir semua surat dalam Al-Qur'an membicarakan dan memuji para nabi dan rasul terdahulu sebelum Nabi Muhammad SAW., termasuk membicarakan dan memuji hamba-hamba-Nya yang beriman dan bersyukur, walaupun tidak spesifik disebutkan berkedudukan nabi atau rasul, seperti hamba Allah yang telah mendapat ilmu dan rahmat dari sisi-Nya.

Para mufassir menamakan "hamba Allah" tersebut sebagai Khidir, guru "spiritual" Nabi Musa (QS. Al-Kahfi: 65-82). Mengisahkan pula kepiawaian dan kekuatan Zulqarnain, melawan kejahatan Ya'juz-Ma'juz (QS. Al-Kahfi: 83-101). Dalam Surah Al-Kahfi juga dikisahkan tujuh pemuda beriman mencari petunjuk ke jalan lurus yang diridhai Allah SWT., lalu ditidurkan dalam satu gua selama kurang lebih 300 tahun (QS. Al-Kahfi: 9-26). Banyak lagi, keterangan yang menegaskan bahwa Islam memuliakan nabi dan rasul tanpa kecuali.

Apalagi, antara para nabi dan rasul itu, sejak Adam AS. hingga Muhammad SAW., merupakan kesatuan mata rantai dakwah yang sambung sinambung. Hubungan dakwah Nabi Muhammad SAW. dan para nabi dan rasul sebelumnya berjalan di atas prinsip ta'kid (penegasan) dan tatmim (penyempurnaan). Dakwah mereka menyangkut dasar akidah tauhid, syariat, dan akhlak. Esensi akidah para nabi dan rasul itu adalah beriman kepada wahdaniyah (keesaan) Allah SWT. Beriman kepada Hari Akhir. Akidah dainunnah lillahi wahdah (tunduk patuh hanya kepada Allah SW.), ini tidak mengalami perubahan sedikit pun. Demikian pula akhlak. Moral dan perilaku tetap mengacu pada kebaikan dan kebajikan serta menjauhi dosa, kemungkaran, dan kejahatan.

Hanya aspek syariat yang mengikuti kebutuhan zaman sesuai dengan tuntutan kemaslahatan umat. Syariat Nabi Musa AS. yang diutus kepada Bani Israil yang amat ketat berbeda dengan syariat Nabi Isa AS. yang juga diutus kepada Bani Israil. Nabi Isa menyatakan,

وَمُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَلِأُحِلَّ لَكُم بَعْضَ الَّذِي حُرِّمَ عَلَيْكُمْ
Wamusaddiqan lima bayna yadayya mina alttawrati waliohilla lakum baAAda allathee hurrima AAalaykum wajitukum biayatin min rabbikum faittaqoo Allaha waateeAAooni
Dan (aku datang kepadamu) membenarkan Taurat yang datang sebelumku, dan untuk menghalalkan bagimu sebagian yang telah diharamkan untukmu. (QS. Ali Imran: 50)

Para nabi dan rasul itu, sejak Adam AS. hingga Muhammad SAW., diutus untuk menegakkan Ad Dienul Haq (Islam). Nabi Ibrahim AS. telah berwasiat kepada anak-anaknya, Ishak AS. dan Ismail AS., serta cucunya Yaqub AS. agar tidak mati kecuali dalam memeluk Islam karena Allah SWT. telah memilihnya sebagai anutan (QS. Al-Baqarah: 130-132). Nabi Musa AS. diutus kepada Bani Israil dengan membawa Islam. Bahkan, tukang sihir yang diperalat Firaun melawan Nabi Musa, akhirnya menyerah dan menyatakan agar dimatikan dalam keadaan Muslim. (QS. Al A'raf: 126)

Demikian pula Nabi Isa AS. ketika menghadapi keingkaran Bani Israil, minta disaksikan bahwa sesungguhnya ia dan para pengikutnya adalah orang-orang Muslim.

فَلَمَّا أَحَسَّ عِيسَىٰ مِنْهُمُ الْكُفْرَ قَالَ مَنْ أَنصَارِي إِلَى اللَّهِ ۖ قَالَ الْحَوَارِيُّونَ نَحْنُ أَنصَارُ اللَّهِ آمَنَّا بِاللَّهِ وَاشْهَدْ بِأَنَّا مُسْلِمُونَ
Falamma ahassa AAeesa minhumu alkufra qala man ansaree ila Allahi qala alhawariyyoona nahnu ansaru Allahi amanna biAllahi waishhad bianna muslimoona
Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani lsrail) berkatalah dia: "Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?" Para hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab: "Kamilah penolong-penolong (agama) Allah, kami beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah diri. (QS. Ali Imran: 52)

Oleh karena itu, amat mustahil jika di antara umat Islam ada yang berani menghina, melecehkan, mengejek satu atau dua nabi dan rasul selain Muhammad SAW. Tidak akan ada seorang pun sineas Muslim beriman akan membuat film yang memperolok-olokkan nabi dan rasul mana pun. Tidak akan ada sastrawan, pelukis, pemusik, atau aktor/aktris Muslim beriman membuat karya-karya yang mendeskreditkan para nabi dan rasul sebagai perampok, pezina, pelanggar HAM, dan sejenisnya. Na'udzubillah. Maha Suci Allah SWT. yang telah melindungi para nabi dan rasul-Nya pada posisi maksum (bebas dari dosa). Apalagi, dosa yang diimajinasikan para penghujatnya.

Subhana rabbika rabbil izzati 'amma yasifun, wasalamun alal mursalin, walhamdulillahi rabbil 'alamin.***

[Ditulis oleh H. USEP ROMLI HM., pengasuh Pesantren Anak Asuh Raksa Sarakan Cibiuk, Garut, pembimbing Haji dan Umrah BPIH Megacitra/KBIH Mega Arafah Kota Bandung. Tulisan disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi Kamis (Manis) 4 Oktober 2012 / 18 Zulkaidah 1433 H. pada Kolom "CIKARACAK"]

by
u-must-b-lucky

0 comments: