MAKNA PENGORBANAN

Kalau ditanya surat apa di Al-Qur'an yang paling hafal? Tentu rata-rata menjawab QS. Al-Kautsar yang terdiri atas tiga ayat pendek-pendek. Surat ini termasuk golongan surat-surat Makkiyyah diturunkan sesudah Surat Al-'Aadiyaat. Dinamakan Al-Kautsar, bermakna nikmat yang banyak diambil dari perkataan al-kautsar yang terdapat pada ayat pertama surat ini. Surat ini sebagai penghibur hati Nabi Muhammad SAW. yang sedang "galau" (kalau menggunakan bahasa anak sekarang).

Pokok-pokok isi Surat Al-Kautsar adalah Allah telah melimpahkan nikmat yang banyak karena itu shalat-lah dan berkorbanlah. Nabi Muhammad SAW. akan mempunyai pengikut yang banyak sampai hari kiamat dan akan mempunyai nama yang baik di dunia dan di akhirat.

Kondisi Nabi Muhammad SAW. tidak sebagai yang dituduhkan pembenci-pembencinya. Surat ini menganjurkan agar orang selalu beribadah kepada Allah dan berkorban sebagai tanda bersyukur atas nikmat yang telah dilimpahkan-Nya.

Ibadah kurban merupakan salah satu ibadah yang diwujudkan dalam bentuk pemotongan hewan. Menurut Al-Qur'an, ibadah ini merupakan warisan dari sejak zaman Nabi Adam AS. ada di bumi. Ketika itu, Habil dan Qabil diperintahkan Allah untuk berkurban ketika memperebutkan seorang wanita bernama Iqlima.

Namun, makna kurban secara khusus diterangkan Al-Qur'an yakni seperti kurban yang dilakukan Nabi Ibrahim AS. Ibadah kurban adalah pelestarian pelajaran yang baik dari Nabi Ibrahim AS. yang mengurbankan putranya sendiri, Ismail AS.

Meskipun begitu, Allah membuktikan bila seseorang telah berkurban, Allah akan menggantikannya dengan yang lebih baik. Dalam hal ini, selalu ada jaminan dari Allah kalau orang yang berkurban tidak akan menjadi miskin.

Nabi Muhammad SAW. sendiri melaksanakan ibadah kurban di Madinah setiap tahunnya. Tidak ada setahun pun yang Nabi lewatkan untuk berkurban. Bahkan, pada tahun terakhir hidupnya sebelum wafat, Nabi berkurban seratus kambing. Padahal, ketika itu ekonomi keluarga Nabi sedang pas-pasan. Namun, Nabi tetap bisa mempersiapkan ibadah kurban dengan baik.

Hal lebih menarik ketika Nabi Muhammad SAW. menegaskan,
"Saya berkurban bukan untuk diri saya. Saya berkurban mewakili umat saya yang tidak mampu berkurban, dan saya berkurban mewakili keluarga saya yang tidak mampu berkurban. Karena, saya tidak tahu barangkali tahun depan saya tidak bisa berkurban lagi."

Berkenaan dengan berkurban, Rasulullah SAW. sendiri sangat keras mengingatkan umatnya berkurban. Dalam suatu riwayat dinyatakan,
"Barang siapa yang mampu berkurban tetapi tidak mau berkurban, maka janganlah dekat-dekat dengan tempat shalatku."

Tak heran apabila sebagian ulama berpendapat ibadah kurban adalah wajib, sehingga mereka yang tidak mau berkurban dinyatakan tidak pantas datang ke tempat shalat Nabi. Meskipun begitu, ada juga ulama yang berpendapat berkurban adalah sunah muakad, sunah yang sangat dianjurkan untuk dilaksanakan.

Dalam berkurban, Nabi sendiri mencontohkan hewan yang dijadikan kurban haruslah dipilih yang baik dan usianya mencapai ketentuan minimal. Selain itu, orang yang berkurban hendaknya ikhlas dan dari rezeki yang halal.

Al-Qur'an sendiri menyatakan, dalam ibadah kurban bukan darah dan dagingnya yang sampai kepada Allah, melainkan ketakwaan dan keikhlasan sebagai bentuk untuk mendekatkan diri kepada Allah sebab makna kurban adalah mendekatkan diri. Selain aspek keimanan dan ketakwaan, ibadah kurban juga mampu berdampak secara sosial. Sederhananya, kurban adalah salah satu bentuk ibadah orang kaya kepada mereka yang tidak mampu dan miskin. Tujuannva, menghilangkan kecemburuan dan kesenjangan sosial.

Diharapkan, dengan kurban ada semacam komunikasi antara yang kaya dan miskin. Hal ini terbukti di banyak daerah di Indonesia. Nuansa keakraban mampu tercipta antara yang kaya dan yang miskin terjalin ketika ibadah kurban.

Tak hanya itu, ibadah kurban juga sebagai bentuk penyadaran kepada mereka yang mendapatkan kelebihan harta dari Allah. Rezeki dari Allah harus disalurkan sesuai dengan perintah-Nya.

Al-Qur'an sendiri menyebutkan bahwa orang-orang yang baik adalah mereka yang siap menginfakkan segala apa yang Allah berikan kepada dirinya untuk kepentingan orang lain. Infak bisa berupa ilmu, keahlian, wibawa, harta, tenaga, bahkan kedudukan. Semua itu harus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk kepentingan orang banyak, baik dalam keadaan lapang maupun sempit.

Dalam skala yang lebih luas, berkurban atau berkorban merupakan syarat untuk mendapatkan hasil yang baik saat ini dan di masa depan. Semua itu harus ditebus dengan semangat berkorban. Bagaimana pun, tidak ada hasil yang baik tanpa adanya pengorbanan.

Selamat Iduladha. Selamat berkorban agar menjadi manusia terbaik, yakni bermanfaat bagi sesama dan lingkungannya.***

[Ditulis oleh KH. MIFTAH FARIDL, Ketua Umum MUI. Kota Bandung, Ketua Yayasan Ad Dakwah, dan pembimbing Haji Plus dan Umrah Safari Suci. Tulisan disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi Kamis (Kliwon) 18 Oktober 2012 / 2 Zulhijah 1433 H. pada Kolom "CIKARACAK"]

by
u-must-b-lucky

0 comments: