LEBARAN YATIM

Seorang guru bertanya kepada siswanya. "Ada berapa Lebaran di Indonesia?" Lalu, seorang anak menjawab, "Banyak Pak." "Apa saja?" tanya gurunya kembali. "Ada Lebaran Syawal, Lebaran haji, dan Lebaran yatim." Kok Lebaran yatim?

Bagi Anda yang baru mendengar kata Lebaran yatim tentu akan merasa janggal bahkan aneh. Padahal, tak sedikit kaum Muslimin yang dengan setia merayakan Lebaran yatim yang jatuh setiap 10 Muharam. Banyak lembaga pendidikan, masjid, yayasan, ataupun Muslimin secara pribadi menyerahkan bantuan dan santunan kepada anak-anak yatim dan yatim piatu dengan tujuan menggembirakan mereka.

Lalu, dari mana sejarah Lebaran yatim? Sesungguhnya agak sulit melacak sejarah Lebaran yatim. Namun, yang pasti momentum itu merupakan upaya penyadaran kaum Muslimin agar tak melalaikan kewajibannya menyantuni anak-anak yatim. Meskipun santunan itu tak hanya dalam sehari dalam setahun, melainkan setiap saat karena anak-anak yatim juga anak-anak Indonesia yang membutuhkan kasih sayang dan uluran tangan agar kehidupannya lebih baik.

Ada satu kisah menarik dari Kitab Durratun Nashihin (Mutiara Petuah Agama). Diceritakan riwayat Anas bin Malik RA., pada suatu pagi Idulfitri, Rasulullah SAW. bersama keluarga dan beberapa sahabatnya seperti biasanya mengunjungi rumah demi rumah untuk mendoakan Muslimin dan Muslimah agar merasa bahagia pada hari raya itu. Namun, tiba-tiba Rasulullah melihat di satu sudut ada seorang gadis kecil sedang duduk bersedih. Ia memakai pakaian tambal-tambal dan sepatu yang telah usang.

Rasulullah SAW. lalu bergegas menghampirinya. Gadis kecil itu menyembunyikan wajahnya dengan kedua tangannya, lalu menangis tersedu-sedu. Rasulullah SAW. meletakkan tangannya dengan penuh kasih sayang di atas kepala gadis kecil tersebut, lalu bertanya dengan suaranya yang lembut, "Anakku, mengapa engkau menangis? Bukankah hari ini adalah hari raya?"

Gadis kecil itu terkejut bukan kepalang. Tanpa berani mengangkat kepalanya dan melihat siapa yang bertanya, perlahan-lahan ia menjawab sambil bercerita, "Pada hari raya ini semua anak menginginkan agar dapat merayakannya bersama orangtua. Semua anak bermain dengan riang gembira. Aku teringat pada ayahku sehingga aku menangis. Ketika itu hari raya terakhir ayahku membelikanku gaun berwarna hijau dan sepatu baru. Waktu itu aku sangat bahagia. Lalu, suatu hari ayahku pergi berperang bersama Rasulullah SAW. membela Islam dan meninggal. Sekarang ayahku sudah tidak ada lagi. Aku telah menjadi seorang anak yatim Jika aku tidak menangis untuknya, lalu untuk siapa lagi?"

Setelah Rasulullah SAW. mendengar cerita itu, seketika hatinya diliputi kesedihan yang mendalam. Dengan penuh kasih sayang beliau membelai kepala gadis kecil itu sambil berkata, "Anakku, hapuslah air matamu. Angkatlah kepalamu dan dengarkan apa yang akan aku katakan kepada-mu. Apakah kamu ingin agar aku, Rasulullah menjadi ayahmu? Apakah kamu juga ingin Ali menjadi pamanmu? Apakah kamu juga ingin agar Fatimah menjadi kakak perempuanmu, Hasan juga Husein menjadi adik-adikmu, dan Aisyah menjadi ibumu? Bagaimana pendapatmu tentang usul dariku ini?"

Begitu mendengar kata-kata itu, gadis kecil itu langsung berhenti menangis. Ia memandang dengan penuh takjub orang yang berada tepat di hadapannya. Ia hanya dapat menganggukkan kepalanya perlahan sebagai tanda persetujuannya. Gadis yatim kecil itu lalu bergandengan tangan dengan Rasulullah SAW. menuju ke rumah. Hatinya begitu diliputi kebahagiaan yang sulit untuk dilukiskan.

Syahdan tatkala Nabi SAW. meninggal dunia, anak kecil itu keluar seraya menaburkan debu ke atas kepalanya, meminta tolong sambil berteriak, "Aku sekarang menjadi anak asing dan yatim lagi." Maka oleh Ali Bin Abi Thalib RA. (dalam riwayat lain Abu Bakar Ash Shiddiq RA.) anak itu dipungutnya.
Kalau kita kaji Al-Quran, kata yatim disebut sebanyak 23 kali, sedangkan kata pembesar disebut hanya 10 kali, dan itu pun dikaitkan dengan sifat-sifat negatif. Begitu tingginya Al-Qur'an mengangkat anak yatim, hingga kita dilarang untuk menghardik anak yatim, dan mengancamnya dengan ancaman yang berat kepada orang yang memakan harta benda anak yatim.

أَرَأَيْتَ الَّذِي يُكَذِّبُ بِالدِّينِ
فَذَٰلِكَ الَّذِي يَدُعُّ الْيَتِيمَ

Araayta allathee yukaththibu bialddeeni
Fathalika allathee yaduAAAAu alyateema

Tahukah kamu orang yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim. (QS. Al-Maa'un: 1-2)

لَّيْسَ الْبِرَّ أَن تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَٰكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ وَآتَى الْمَالَ عَلَىٰ حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَالسَّائِلِينَ وَفِي الرِّقَابِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُوا ۖ وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ الْبَأْسِ ۗ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ

Laysa albirra an tuwalloo wujoohakum qibala almashriqi waalmaghribi walakinna albirra man amana biAllahi waalyawmi alakhiri waalmalaikati waalkitabi waalnnabiyyeena waata almala AAala hubbihi thawee alqurba waalyatama waalmasakeena waibna alssabeeli waalssaileena wafee alrriqabi waaqama alssalata waata alzzakata waalmoofoona biAAahdihim itha AAahadoo waalssabireena fee albasai waalddarrai waheena albasi olaika allatheena sadaqoo waolaika humu almuttaqoona

Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa. (QS. Al-Baqarah: 177)

Semoga kita bisa menjadi penyayang dan penyantun anak-anak yatim.***

[Ditulis oleh H. HABIB SYARIEF MUHAMMAD ALAYDRUS, Ketua Yayasan Assalam Bandung, mantan Ketua PW NU Jabar, dan mantan anggota MPR RI. Tulisan disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi Kamis (Pahing) 29 November 2012 / 15 Muharam 1434 H. pada Kolom "CIKARACAK"]

by
u-must-b-lucky

0 comments: