Kebutuhan keluarga atas kehadiran kendaraan terus meningkat. Lebih dari itu, keluarga pun menginginkan kendaraan yang memberi kepuasan, baik dari segi harga, penampilan, irit bahan bakar, maupun tenaga. Wajar kiranya jika para produsen berlomba-lomba menghadirkan kendaraan yang dibutuhkan. Bersamaan dengan makin berkembangnya segmen mobil SUV (sport utility vehicle) yang dihasilkan oleh sejumlah pabrikan otomotif akhir-akhir ini. Kondisi ini secara nyata menyebabkan semakin tinggi persaingan pada jenis ini.

Sebagaimana telah menjadi rahasia umum bahwa, Toyota Fortuner adalah produk andalan dalam kelasnya dimana performa serta ketahanannya telah teruji di berbagai medan jalan seperti yang telah ditunjukkannya dalam rangkaian perjalanan Pertamina Fastron Euroasia Yepe Expedition 2011 dengan rute sepanjang 27,000 km dengan melintasi 2 benua, 23 negara dan sekitar 60 kota dalam waktu 90 hari (dimulai tanggal 17 Agustus 2011 di pelataran Monumen Nasional Jakarta dan berakhir 10 November 2011 di Venesia, Italia.)
Toyota Fortuner dalam rangkaian perjalanan Pertamina Fastron Euroasia Yepe Expedition 2011. (Gambar dari: http://www.toyota.astra.co.id/)
Semua medan telah ditempuh dengan perkasa oleh Toyota Fortuner mulai dari medan gurun pasir, bersalju sampai dengan berlumpur, karena memang Fortuner SUV Terbaik.
Dengan mengadopsi segala kelebihan yang dimiliki oleh Toyota Fortuner, maka PT. Toyota Astra Motor (TAM) menawarkan sebuah varian kendaraan keluarga dalam kategori kendaraan SUV (Sport Utility Vehicle), Grand New Fortuner, dengan mesin diesel baru berteknologi Variable Nozzle Turbocharger (VNT) Intercooler. Dengan teknologi ini, mesin Fortuner kini jauh lebih perkasa, namun sekaligus lebih efisien bahan bakar.
Grand New Fortuner VNTurbo. (Gambar dari: http://www.toyota.astra.co.id/)
Mesin Grand New Fortuner VNTurbo. (Picture from: http://www.toyota.astra.co.id/)
Mesin yang terpasang pada Grand New Fortuner VNTurbo adalah 2 KD-FTV VN Turbo. Dengan kapasitas mesin sebesar 2,500 cc, mampu menghasilkan tenaga sebesar 144 PS pada putaran mesin 3,400 rpm dengan torsi maksimal sebesar 35 kgm pada 1,600-2,800 rpm. Bila dibandingkan dengan mesin Fortuner seri sebelumnya baru bisa menghasilkan tenaga sebesar 102 PS pada putaran mesin sebesar 3,600 rpm. Teknologi Variable Nozzle (VN) pada mesin memungkinkan pengaturan gas buang sehingga dapat memperbesar kinerja mesin. Sementara teknologi intercooler berfungsi menurunkan suhu udara panas dari turbocharger sehingga udara ruang bakar lebih banyak dan dapat menghasilkan tenaga maksimal, karena memang Fortuner SUV Terbaik.

Selain perubahan pada mesin, Grand New Fortuner VNTurbo juga menyempurnakan bentuk kap mesin dengan memasang hood scoop. Disamping berfungsi sebagai intercooler, dengan hood scoop memberikan tampilan gagah pada sosok Grand New Fortuner VNTurbo.

Grand New Fortuner VNTurbo memiliki dimensi, Panjang: 4,705 mm, Lebar: 1,840 mm, Tinggi: 1,850 mm, Jarak poros roda: 2,750 mm.
Eksterior dari Grand New Fortuner VNTurbo. (Gambar dari: http://www.toyota.astra.co.id/)
Grand New Fortuner VNTurbo dapat memberikan penanganan yang mengesankan dalam berkendara, dengan dilengkapi berbagai fitur canggih seperti Corner & Parking Sensor yang terletak di bumper depan dan belakang untuk meningkatan kontrol terhadap kondisi area sekitar kendaraan kemudian terdapat Anti-Lock Braking Sistem (ABS) yang mencegah roda terkunci untuk memudahkan pengendalian saat pengereman di jalan licin, kendaraan ini dilengkapi pula dengan Projector Headlamp, Fog Lamp, Kaca spion elektrik yang dilengkapi dengan Turning Signal Lamp.
Ceiling Air Conditioner System yang terpasang pada kabin Grand New Fortuner VNTurbo memberikan kenyamanan dan kesejukan bagi seluruh penumpang saat berkendara. (Gambar dari: http://www.toyota.astra.co.id/).
Interior dari Grand New Fortuner VNTurbo. (Gambar dari: http://www.toyota.astra.co.id/)
Dalam hal kenyamanan berkendara, pada kabin Grand New Fortuner VNTurbo terpasang Ceiling Air Conditioner System yang memberikan kenyamanan dan kesejukan bagi seluruh penumpang saat berkendara. Ruang interior yang lapang dan mewah, juga dilengkapi dengan perangkat entertainment canggih pada dashboard yaitu 2 DIN Audio Video System + 6 speakers dengan 6.1" Touch Screen, DVD, iPod (Audio & Video) Connection, Bluetooth, CD, MP3, WMA AM/FM, USB/AUX compatible with Steering switch. Masih banyak fitur lain yang terpasang dalam kabin mobil ini. Disamping fitur kenyamanan sebagaimana tersebut di atas fitur keselamatan berkendara juga terdapat pada kendaraan ini seperti, Perangkat Air Bags pada dashboard depan.
Fitur keselamatan "Air bags" yang terpasang pada Grand New Fortuner VNTurbo. (Gambar dari: http://www.toyota.astra.co.id/)
Versi terbaru Grand New Fortuner VNTurbo tersedia dalam 4 tipe yang terdiri atas:
  • Model 2.5 G A/T.
  • Model 2.5 G A/T TRD Sportivo.
  • Model 2.5 G M/T.
  • Model 2.5 G M/T TRD Sportivo.

Varian dari Grand New Fortuner VNTurbo. (Gambar dari: http://www.toyota.astra.co.id/)
Besarnya animo konsumen terhadap varian Fortuner ini dapat dilihat pada grafik semester I-2012 TAM berhasil mencetak angka penjualan Fortuner 4X2 berbahan bakar bensin lebih dari 11,720 unit. Angka penjualan Fortuner 4X2 pada 2011 mencapai 12,312 unit. Sejak peluncuran varian SUV Fortuner 4X2 Indonesia pada 2005 hingga Juli 2012, TAM berhasil mencetak angka penjualan 59,904 unit kendaraan.

Sedangkan untuk varian Fortuner diesel, pada semester I-2012 TAM membukukan angka penjualan sebesar 9,277 unit —lebih tinggi dibanding penjualan selama 2011 yang sebanyak 9,211 unit. Sementara sejak diluncurkan pada 2005 hingga Juli 2012, penjualan Fortuner diesel mencapai 39,187 kendaraan.

Maka tidaklah berlebihan apabila dalam semester II-2012 TAM menargetkan penjualan Grand New Fortuner VNTurbo sebesar 6,000 unit dan harga yang ditawarkan untuk Grand New Fortuner VNTurbo ini berkisar mulai dari Rp.387 juta sampai Rp.422 juta atau lebih mahal Rp.10 juta dibanding versi lama.

Jika anda menginginkan sebuah kendaraan keluarga yang dapat memberikan kepuasan, baik dari segi harga, penampilan, irit bahan bakar, maupun tenaga. Maka sebuah pilihan yang tepat bila anda memilih Grand New Fortuner VNTurbo, karena memang Fortuner SUV Terbaik. ***

[Disarikan dari TOYOTA dan tulisan ini disusun dalam rangka mengikuti "Toyota SEO Award 2012 Penguin Challenge" yang diadakan oleh Toyota Astra Indonesia]

by
u-must-b-luckyEnhanced by Zemanta
Tentu sangat memprihatinkan dan menyedihkan ketika kita masih menyaksikan berita-berita kekerasan, baik tawuran antar-warga, bentrokan fisik antar golongan, atau gara-gara perbedaan keyakinan-mahzab masih saja terjadi di negeri yang dikenal penduduknya memiliki budaya silih asih, silih asuh, silih wawangi. Yang lebih memilukan adalah pertikaian pembakaran antar warga di daerah Sampang, Madura, Jawa Timur, yang berdasarkan kabar disebabkan perselisihan antar keluarga yang kemudian menjurus pada perbedaan mahzab yakni antara kelompok sunni dan syiah, dari itu terjadi ketika umat Islam baru saja menyelesaian ibadah puasa di bulan Ramadhan.

Berbagai konflik kekerasan di berbagai wilayah di Indonesia seolah-olah bukan lagi berita baru. Ikatan antar anak bangsa yang diikat oleh tali kebhineka-tunggal-ikaan yang seharusnya mengalir dalam aliran darah anak bangsa, sepertinya sudah lama tersumbat atau mungkin aliran darah itu sudah tidak ada lagi dalam jiwa anak-anak bangsa ini. Bhinneka Tunggal Ika itulah yang dulu telah menghapus keegoan karena suku, agama, golongan, ras pada seluruh anak bangsa ini, dan mempersatukan setiap perbedaan.

Ketika aksi kekerasan ataupun teroris yang terjadi di bangsa ini, suka atau tidak suka dan dipastikan Islam sebagai ajaran yang dipeluk oleh mayoritas penduduk bangsa ini, kembali menjadi sorotan. Bahkan gara-gara semua itu, muncul ide dari sekelompok orang mengenai perlunya sertifikasi ulama, karena ada anggapan bahwa kekerasan, aksi teror yang dilakukan oleh sekelompok orang yang mengatasnamakan Islam, diakibatkan adanya kesalahan orang (bukan ulama) yang mengajarkan ilmu-ilmu keislaman. Tentu saja, ide sertifikasi untuk para ulama mengundang reaksi ketidaksetujuan sebab memang gelar ulama, atau kiai bukan gelar akademik, tetapi gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada seseorang yang dianggap memiliki ilmu agama, serta perilaku yang mencerminkan nilai-nilai agama (berahlak mulia). Meskipun mungkin saja, masyarakat ada salah dalam memberikan gelar ulama kepada seseorang. Sebab boleh jadi hari ini masyarakat dan kita sudah lagi tidak bisa membedakan antara hitam dan putih, antara kiyai dan saudagar, antara mubalig dan selebritis.

Namun yang pasti, tidak ada seorang ulama yang mengajarkan kepada para pemeluk ajaran Islam untuk melakukan aksi teror atau kekerasan pada siapa pun, kecuali adanya segelintir orang yang salah dalam memahami ajaran Islam yang sebenarnya. Dalam ajaran Islam, tidak dibenarkan dan tidak dibolehkan melakukan pembunuhan tanpa hak. Siapa saja yang melakukan tindakkan teror dan mengakibatkan korban tak bersalah kehilangan nyawanya maka dalam pandangan Islam adalah tindakan tak bermoral sekaligus dzalim.

أَنَّهُ مَن قَتَلَ نَفْسًا بِغَيْرِ نَفْسٍ أَوْ فَسَادٍ فِي الْأَرْضِ فَكَأَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِيعًا وَمَنْ أَحْيَاهَا فَكَأَنَّمَا أَحْيَا النَّاسَ جَمِيعًا
annahu man qatala nafsan bighayri nafsin aw fasadin fee alardi fakaannama qatala alnnasa jameeAAan
Barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. (QS. Al-Maidah: 32)

Memang sangatlah memprihatinkan, jika tindakan kekerasan, ataupun aksi teror masih terjadi di negeri ini dan pelakunya adalah penganut ajaran Islam. Bukan saja ajaran Islam yang tersudutkan tetapi juga Indonesia yang mayoritas penduduknya penganut ajaran Islam. Konon, Islam yang paling sama dengan model Rasullulah ada di negeri ini, dan justru bukan di negeri asalnya Arab. Sungguh kita merasa bangga, baik sebagai rakyat Indonesia ataupun sebagai pemeluk ajaran Islam, ketika kita bisa memberikan rasa nyaman, aman bagi pemeluk ajaran lainnya. Namun, sekarang kita seolah-olah dilempar kotoran oleh tindakan kekerasan yang dilakukan oleh orang ataupun sekelompok golongan yang mengatasnamakan Islam.
Tentu saja tindakan kekerasan yang dilakukan oleh segelintir orang ataupun sekelompok golongan yang mengatasnamakan Islam tidak boleh dibiarkan terus terjadi di negeri ini. Jika itu terjadi karena kekeliruan dalam memahami Ajaran Islam tentu kewajiban setiap orang yang mengaku Muslim untuk kembali meluruskan kekeliruan itu. Pemahaman ajaran Islam yang sebenarnya harus kita ajarkan dengan benar pada anak-keluarga kita. Jika saja kekeliruan dalam memahami ajaran Islam itu kita biarkan, penulis menghawatirkan, kelak anak-anak kita menjadi generasi fanatis buta. Yang tidak bisa lagi menghargai orang lain dan menjadikan temannya lantaran berbeda keyakinan.

Ajaran Islam tidak pernah mengajarkan pemeluknya untuk tidak menghormati orang lain hanya dikarenakan perbedaan mazhab. Bahkan, kepada orang lain yang berbeda agama, Islam mengajarkan untuk saling menghormati.

Suatu hari Nabi SAW. berdiri karena ada iring-iringan jenazah Yahudi lewat. Salah satu sahabat di samping beliau berkata, "Wahai Rasulullah, itu orang Yahudi." Tanpa perubahan sikap atau raut di wajah beliau, Nabi SAW. menjawab, "Tapi dia adalah manusia!" Atau dalam hadits dari Abdullah al-Jadali, "Aku bertanya kepada Aisyah RA. tentang budi pekerti Rasullah SAW. Lalu dia berkata, 'Rasullulah tidak berkata keji, tidak berkata kotor, tidak berteriak-teriak di pasar-pasar, dan tidak membalas kejelekan, dia adalah orang yang memaafkan dan toleran." (HR. Tirmidzi)

Pernah seorang Arab Badui menarik dengan begitu kasar jubah buatan Najran yang kasar kainnya yang dipakai oleh Rasulullah SAW. hingga berbekas di leher baginda. Rasulullah SAW. tidak marah, malahan menghadiahkan jubah itu kepada orang itu.

Sorang Muslim akan senantiasa menjaga lidah dan tangannya, karena dirinya sadar dengan sabda Nabi SAW.,
"Orang Islam itu adalah orang yang orang-orang Islam lainnya selamat dari lidah dan tangannya; dan orang-orang yang berhijrah (muhajir) adalah orang yang meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah." (HR. Bukhari)

Muslim sejati adalah orang yang bisa kita percayai, sehingga orang Muslim lainnya juga dapat menoleh kepadanya tanpa berpikir panjang. Seseorang bisa percayakan anggota keluarganya kepada orang seperti ini tanpa rasa takut, orang ini tidak akan menyakiti orang lain dengan lidah dan tangannya. Kalau seseorang berkumpul bersama seorang Muslim sejati, dia bisa dipercaya sepenuhnya bahwa tidak akan ada yang menggosipkan orang lain dan tidak akan mendengarkan gosip mengenai orang lain.
Semoga kita semakin arif dalam menyikapi segala sesuatu yang boleh jadi yang mungkin sangat menyakitkan perasaan diri kita sebagai Muslim sekalipun tanpa harus menggunakan cara-cara kekerasan yang justru kontradiksi dengan ajaran Islam sebagai Rahmatan lil 'alamin. 

Wallahu'alam.*** 

[Ditulis oleh IDAT MUSTARI, Ketua Biro Agama DPD Golkar Jawa Barat. Tulisan disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi Jumat (Pon) 21 September 2012 / 5 Zulkaidah 1433 H pada Kolom "RENUNGAN JUMAT"] 

by 
u-must-b-lucky
Dalam sebulan terakhir ini marak kembali pemberitaan seputar terorisme. Lagi-lagi aksi terorisme itu dihubungkan dengan Islam yang diidentikkan sebagai jalan kekerasan, jihad, atau mati syahid. Tentu ini sangat memprihatinkan.

Kalau kita kaji makna teror, teroris, ataupun terorisme, berasal dari satu kata yang sama yakni terara, bermakna meresahkan. Teroris merupakan musuh kemanusiaan sehingga agama mana pun, apalagi Islam, tidak memperkenankan adanya upaya meresahkan kehidupan manusia. Bahkan, Islam menegaskan kalau kita membunuh seseorang, berarti telah membunuh kehidupan seluruhnya.

Lalu, apa sesungguhnya jihad? Apakah terorisme masuk dalam kategori jihad dan mati syahid? Jihad adalah perbendaharaan kata dalam Islam yang pada masa akhir-akhir ini menjadi teramat populer. Kata jihad berasal dari kata bahasa Arab yang berasal dari kata juhd atau jahd. Juhd berarti kemampuan atau mengeluarkan sepenuh tenaga dan kemampuan, sedangkan jahd berarti kesukaran sehingga untuk mengatasinya harus bersungguh-sungguh (dalam bekerja). Kata ijtihad yang dikenal dalam hukum Islam juga berasal dari akar kata yang sama dan berarti upaya sungguh-sungguh untuk menghasilkan hukum syara.

Jihad dalam Al-Qur'an lebih bersifat umum karena maknanya bersungguh-sungguh. Bahkan, banyak ayat yang memerintahkan jihad diawali dengan jihad melalui harta (wajahaduu biamwalikum) yang secara tidak langsung memerintahkan kaum Muslimin untuk menjadi kaum yang kuat secara ekonomi sehingga bisa melaksanakan zakat, infak, sedekah, ataupun santunan lain.

Dalam satu riwayat dikatakan, setelah Perang Badar yang terkenal itu, Nabi Muhammad SAW. mengatakan kepada para sahabatnya. Kita (kaum Muslimin) baru saja kembali dari jihad kecil kepada jihad besar, yaitu jihad melawan hawa nafsu. Riwayat ini menunjukkan, jihad pada periode Madinah pun tidak selalu berarti perang menggunakan senjata.

Jihad jangan dimaknai sebatas untuk berani mati, tetapi harus lebih luas lagi, yaitu berani hidup menghadapi kenyataan kehidupan di dunia ini. Berani mati terkesan heroik, tetapi mudah pelaksanaannya. Namun, berani hidup membutuhkan keberanian luar biasa karena harus menghadapi berbagai tantangan, hambatan, permasalahan, ataupun ujian hidup.

Untuk menghadapi semua persoalan kehidupan tentu harus belajar hidup kepada Sang Pemberi Hidup, Allah SWT. Kita tak bisa sebatas menyandarkan hidup kepada manusia lain karena akan muncul kekecewaan. Minta petunjuk agar bisa berani hidup dan selamat hidup di dunia dan akhirat kepada Sang Pemberi Hidup itu sendiri.

Seorang manusia lahir ke dunia untuk hidup dan menghidupkan dunia ini. Dia sebagai khalifah dari Allah. Tak heran apabila Nabi Muhammad SAW. menyatakan, orang terbaik adalah ketika mampu menjalani kehidupan dan memberikan manfaat kepada sesama manusia (khairunnaas 'anfauhum linnaas).

Untuk menjalani hidup, kita perlu belajar dan menghargai proses yang terjadi. Sementara untuk mati tidak perlu belajar. Kesalahan manusia saat ini adalah menjalani kehidupan dan ingin menjadi baik, tetapi tidak belajar kepada Sang Pemberi Hidup.

Akibatnya, kehidupan manusia menjadi sempit. Hidup menjadi susah. Hidup dihantui kemiskinan. Hidup tidak tenang, bahkan hidup terasa sempit selama manusia mengarungi kehidupan. Semua itu karena kita tidak belajar malah jauh dari aturan Sang Pemberi Hidup, Allah.

Banyak yang merasa putus asa dan ingin mengakhiri hidup ketika cobaan datang. Sesungguhnya, jika kita mau menenangkan diri dan mohon petunjuk Sang Maha Pemberi Kehidupan, jalan keluar ada di mana-mana. Kunci dalam memahami tugas hidup adalah pengenalan diri.

Hidup akan terasa berat dan tanpa arah tujuan yang pasti secara lahir batin karena kita sulit mengenal diri kita yang sejati. Kenalilah diri kita dengan baik karena dalam hadits disebutkan, "Barang siapa mengenal dirinya, maka ia akan mengenal Tuhan-nya."

Dari sinilah kunci kehidupan dan pengenalan untuk penyempurnaan tugas kehidupan. Kita diberikan kesempatan untuk menyempurnakan diri dengan menjalani ujian, cobaan, bahkan penderitaan yang harus dilalui dan diterima dengan keikhlasan, sabar, dan berserah diri secara total kepada Allah.

 فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
Fainna maAAa alAAusri yusran.
Inna maAAa alAAusri yusran.
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (QS. Inshirah: 5-6)

Beranilah untuk hidup dan jalani saja ketika ada persoalan atau hambatan yang menghadang. Kita harus yakin antara kesulitan dan kemudahan, antara suka dan duka, ibarat dua sisi mata uang yang tak bisa dipisahkan. Ketika ada masalah, pasti ada solusinya. ***

[Ditulis oleh H. PUPUH FATHURRAHMAN, Sekretaris Senat Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati dan Ketua Dewan Pembina Yayasan Pesantren Raudhatus Sibyan Sukabumi. Tulisan disalin dari Harian Umum "Pikiran Rakyat" Edisi Kamis (Pahing) 20 September 2012 / 4 Zulkaidah 1433 H. pada Kolom "CIKARACAK"]

by
u-must-b-lucky
Manusia tidak dapat hidup sendiri selamanya karena manusia merupakan makhluk sosial. Paling tidak, sebagaimana Nabi Adam AS. yang memerlukan pendamping Siti Hawa. Dengan demikian, siapapun, tentu suatu saat akan memerlukan orang lain. Selanjutnya, akan terjalin suatu hubungan. Baik dengan keluarga, kerabat, atau bahkan orang lain. Di dalam hubungan tersebut, selain mengukuhkan rasa persaudaraan, tidak sedikit kadang secara langsung atau tidak akan terpercik ketersinggungan, marah, bahkan dendam. Dapat saja kerabat serasa orang lain dan orang lain menjadi kerabat. Pepatah berbahasa Sunda mengatakan, sendok mah sok paketrok jeung piring atau batur jadi dulur, dulur jadi batur.

Tidak sedikit dari hubungan yang tegang, kembali normal sediakala. Namun, tidak sedikit pula yang mengakibatkan permusuhan, bahkan permusuhan berkepanjangan sampai turun-temurun. Hal inilah yang disinggung Allah SWT. dalam Al-Qur'an,

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
wataAAawanoo AAala albirri waalttaqwa wala taAAawanoo AAala alithmi waalAAudwani waittaqoo Allaha inna Allaha shadeedu alAAiqabi
Tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa. Jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. (QS. Al Maaidah: 2)

Nabi Muhammad SAW. dalam sebuah hadits, dari Anas bin Malik RA. berkata bahwa Rasulullah SAW. bersabda,
"Janganlah kalian saling memutuskan hubungan, Jangan saling membelakangi, jangan saling bermusuhan, Jangan saling hasut. Jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara. Tidak halal bagi seorang Muslim untuk tidak bertegur sapa dengan saudaranya di atas tiga hari." (Muttafaq alaihi)

Dengan demikian, di antara sesama Muslim tidak saja dilarang bermusuhan, bahkan hanya tidak bertegur sapa selama tiga hari saja (ketika bertemu) tidak diperbolehkan. Sebaliknya, sesama Muslim dianjurkan untuk bersilaturahmi memanjangkan rasa persaudaraan, tolong-menolong, dan saling menasihati dalam kebaikan untuk mewujudkan ketakwaan kepada Allah SWT.

Rasulullah SAW. sebagai figur teladan, mencontohkan kepada kita bagaimana seharusnya dalam bersosialisasi dan berkomunikasi. Rasul pernah marah, tetapi bukan pemarah. Berarti Rasul marah kepada orang yang layak untuk dimarahi dan dalam situasi yang tepat. Hal itu menunjukkan marahnya bersifat mendidik dan terkendali, bukan marah yang didasari nafsu. Di sisi lain, atas bimbingan wahyu dari Allah SWT., marah Rasul tidak berlarut-larut, apalagi sampai menjadi dendam yang berkepanjangan. Hal itu bukan saja kepada kaum Muslimin, termasuk kepada kaum kafir. Di dalam sejarah Islam kita tahu, paling tidak dalam dua peristiwa besar, yaitu pertama, pasca-Perang Uhud. Kedua ketika Rasul kembali ke Mekah yang dikenal dengan peristiwa Fathu Makah.

Pada pasca-Perang Uhud, di antara kejadiannya sebagai berikut. Ketika mengalami kekalahan pahit di Perang Uhud, Nabi SAW. dan para sahabat kembali ke lembah Uhud guna mengambil jenazah kaum Muslimin untuk dikuburkan. Saat itu, Rasul secara khusus mencari jenazah pamannya, Hamzah bin Abdul Muthalib. Rasul menyaksikan jenazah pamannya terkoyak dengan dada robek dan isi perut tercincang, Rasul langsung tertunduk pilu. Tampak air mata mengalir dari pelupuk matanya. Dengan suara bergetar menahan kepedihan, Rasul berkata, "Tidak pernah kusaksikan ada orang yang mengalami malapetaka seperti engkau ini pamanku. Belum pernah aku menyaksikan suatu peristiwa yang begitu menimbulkan amarahku, sebagaimana peristiwa kematianmu!" ujar Nabi terisak. Lalu dengan nada marah, ia bersumpah, "Demi Allah! Andaikan suatu ketika Tuhan memberikan kemenangan kepada kami, niscaya akan aku aniaya mereka dengan cara yang belum pernah dilakukan oleh seorang pun dari bangsa Arab."

Sesudah mengucapkan kata-kata penuh emosi itu, turun firman Allah SWT. yang menegur sikap Nabi SAW.,

وَإِنْ عَاقَبْتُمْ فَعَاقِبُوا بِمِثْلِ مَا عُوقِبْتُم بِهِ ۖ وَلَئِن صَبَرْتُمْ لَهُوَ خَيْرٌ لِّلصَّابِرِينَ
وَاصْبِرْ وَمَا صَبْرُكَ إِلَّا بِاللَّهِ ۚ وَلَا تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ وَلَا تَكُ فِي ضَيْقٍ مِّمَّا يَمْكُرُونَ
Wain AAaqabtum faAAaqiboo bimithli ma AAooqibtum bihi walain sabartum lahuwa khayrun lilssabireena Waisbir wama sabruka illa biAllahi wala tahzan AAalayhim wala taku fee dayqin mimma yamkuroona
Dan kalau kamu mengadakan pembalasan, balaslah seperti yang mereka lakukan kepadamu. Namun, kalau kamu bersabar maka kesabaranmu itu lebih baik bagimu. Dan hendaklah kamu tabahkan hatimu, dan hendaklah ketabahan hatimu itu karena berpegang kepada Allah. Jangan pula engkau bersedih hati terhadap perbuatan mereka. Jangan pula engkau bersesak dada terhadap apa yang mereka rencanakan. (QS. An-Nahl, 126-127)

Dari peristiwa tersebut, patut kita renungkan dan kita jadikan pelajaran. Sebab, dalam kehidupan ini tentu kita kadangkala merasakan suatu hal yang membuat kesal, jengkel, marah, bahkan serasa ingin melampiaskannya dengan berbagai cara agar hati kita puas. Pelampiasan tersebut tidak memedulikan bagaimana dampak ke depannya terhadap diri kita, orang lain, atau pun lingkungan. Yang penting rasa sakit hati terobati.

Hal ini yang menjadi bahan bakar yang ampuh untuk menghanguskan peran nurani kita. Sejatinya, sebuah pepatah mengatakan bahwa otak boleh panas, tetapi hati tetap dingin.

Adapun ketika peristiwa Fathu Makah atau pembebasan Kota Mekah oleh Nabi Muhammad SAW. dan sepuluh ribu tentara Muslim yang terjadi pada bulan Ramadhan tahun ke delapan Hijriah. Berawal dari dikhianatinya perjanjian Hudaibiyah oleh kafir Quraisyi.

Selanjutnya, ada tiga pilihan yang disodorkan Nabi, kafir Quraisy memilih pilihan ketiga, yaitu menyatakan perjanjian Hudaibiyah tidak berlaku lagi.

Dengan demikian, selanjutnya Rasulullah SAW. membebaskan Kota Mekah. Bersama kekuatan pasukan yang luar biasa, Nabi Muhammad SAW. memasuki Kota Mekah. Dengan damai, penuh rasa syukur, rasa haru, dan pengagungan kepada Allah SWT., Rasulullah dapat membebaskan Kota Mekah tanpa perlawanan yang berarti dari kaum kafirin. Bahkan, waktu itu kaum kafir Quraisyi merasa ketakutan kalau-kalau Nabi Muhammad SAW. membalas dendam atas perbuatan yang telah mereka lakukan kepada Nabi dan para pengikutnya. Namun, kekhawatiran mereka tidak terbukti. Nabi memaafkan kesalahan kafir Quraisy dan tidak melakukan balas dendam atas hinaan dan kekejaman yang telah mereka lakukan. Selanjutnya, setelah menghancurkan 360 berhala dan tinggal kurang lebih sembilan hari di Mekah, Rasul kembali bersama pasukannya ke Madinah. Selanjutnya, Kota Mekah ada dalam cahaya Islam.

Dari dua peristiwa di atas, kita dapat mengambil pelajaran yang bermanfaat. Di antaranya, walaupun Rasul keras terhadap orang kafir dan penuh kasih sayang terhadap kaum Muslimin, sifat keras Rasul kepada kafir bukan perwujudan dari rasa marah atau dendam. Namun, keras dalam memegang teguh tauhid, dakwah, dan mempertahankan eksistensi keislaman dari serangan kaum kafir. Adapun kepada kafir yang mau hidup damai (kafir zimi), Rasul justru turut melindunginya. Terlebih kepada kaum Muslimin yang digambarkan Rasul bagai kain satu tubuh, tenggang rasa, saling tolong-menolong dalam kebaikan, saling mengingatkan, saling menasihati, saling peduli, saling mengobati tatkala sakit, dan saling memaafkan.

Wallahu 'alam.***

[Ditulis oleh ASEP JUANDA, DKM Takmir At-Taqwa, Cicalengka, Mekarmukti, Cihampelas, Bandung Barat. Tulisan disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi Jumat (Manis) 14 September 2012 / 27 Syawal 1433 H pada Kolom "RENUNGAN JUMAT"]

by
u-must-b-lucky
Banyak pertanyaan yang dilontarkan saat penulis mengetengahkan ceramah seputar ibadah yang khusyuk terutama shalat. Intinya, bagaimana bisa meraih khusyuk itu? Apakah manfaat khusyuk selain mendapatkan pahala dari Allah SWT.?
Al-Qur'an banyak menyebut soal shalat khusyuk ini. Seperti dalam QS. Al-Mukminuun: 1-2 ditegaskan,

قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ
الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ
Qad aflaha almuminoona
Allatheena hum fee salatihim khashiAAoona

Sungguh beruntung orang-orang Mukmin. (Yakni), orang-orang yang dapat mendirikan shalat dengan penuh khusyuk.

Selain itu, dalam ayat lain di Al-Qur'an juga dinyatakan,

وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ
الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُم مُّلَاقُو رَبِّهِمْ وَأَنَّهُمْ إِلَيْهِ رَاجِعُونَ
WaistaAAeenoo bialssabri waalssalati wainnaha lakabeeratun illa AAala alkhashiAAeena Allatheena yathunnoona annahum mulaqoo rabbihim waannahum ilayhi rajiAAoona
Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk. (Yaitu) orang-orang yang meyakini, mereka akan menemui Tuhannya, dan mereka akan kembali kepada-Nya. (QS. Al-Baqarah: 45-46)

Firman Allah di atas menunjukkan janji dan jaminan Allah mengenai kedudukan sabar dan shalat sebagai penolong kaum Muslimin. Tentu penolong bukan sebatas di akhirat melainkan juga dirasakan di dunia ini.

Penolong dapat berwujud sebagai penyembuh, penawar,atau obat bagi orang yang sakit. Tidak susah melakukannya bagi orang-orang yang khusyuk karena sudah terbiasa bersikap sabar dan mendirikan shalat.

Tentu semua sudah mafhum apabila shalat merupakan salah satu rukun Islam yang berkedudukan ibarat tiang agama. Apabila kita mendirikan shalat, bermakna memperkuat bangunan agama dan sebaliknya, bila meninggalkan shalat, akan meruntuhkan agama ini. Shalat juga dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar.

Mengapa shalat yang dikerjakan dengan khusyuk bisa menjadi obat bagi seseorang? Kalau kita kaji, Sesungguhnya shalat merupakan suatu aktivitas jiwa (soul) yang termasuk dalam kajian ilmu psikologi transpersonal. Shalat adalah proses perjalanan spiritual yang penuh makna yang dilakukan manusia untuk menemui Allah, Tuhan semesta alam.

Shalat merupakan mi'rajnya kaum Mukmin, sehingga semua beban dalam pikiran dan dada bisa dilepaskan. Dalam shalat seakan-akan kita berhadapan langsung dengan Allah dan "melaporkan" semua permasalahan yang dihadapi.

Shalat dapat menjernihkan jiwa dan mengangkat pelaku shalat tersebut untuk mencapai taraf kesadaran yang lebih tinggi (altered states of consciousness). Shalat juga sebagai pengalaman puncak (peak experience) karena orang tersebut ingin berjumpa dengan Allah yang paling dicintainya.

Seseorang yang yang melakukan shalat dengan tenang dan rileks akan menghasilkan energi tambahan dalam tubuhnya. Dia akan mampu mengembalikan produksi endorfin di otak yang menimbulkan rasa senang dan bahagia. Lihatlah wajah-wajah cerah yang bisa diperoleh ketika shalat bisa tertunaikan dengan baik dan khusyuk.

Dari hasil penelitian juga terungkap shalat mampu menurunkan kadar kortisol dalam darah. Endorfin merupakan neuro transmiter sehingga menimbulkan suatu euforia dan ketagihan. Hal ini juga membangkitkan sistem imun (kekebalan), meningkatkan dan mengaktifkan makrofag, sel NK (natural killer), dan sel-sel lain yang bertanggung jawab terhadap sistem kekebalan tubuh, seperti lekosit dan limfosit.

Lantas, bagaimana kita bisa melaksanakan shalat dengan khusyuk? Merujuk kepada Al-Qur'an, seseorang itu akan memperoleh kebahagiaan kalau dia beriman dan shalatnya khusyuk. Jadi, khusyuk itu merupakan salah satu cara untuk memperoleh kebahagiaan.

Secara rasional itu dimungkinkan karena dengan khusyuk kita melupakan kegiatan-kegiatan bersifat duniawi yang sering membuat resah dan gelisah. Bahasa anak muda sekarang adalah galau. Shalat membuat kita berkonsentrasi sepenuhnya, sehingga permasalahan bisa dilupakan sejenak.

Apakah shalat khusyuk bisa dipelajari? Ya. Untuk bisa menjalankan shalat dengan khusyuk, kita bisa mempelajari dan melatihnya. Dipelajari dalam arti salah satu cara memperoleh kekhusyukan itu kita harus mengetahui makna dari bacaan shalat. Untuk itu, kita harus belajar.

Kedua, kita mempelajari cara-cara menjalankan shalat sesuai dengan sunah atau ketentuan Rasulullah. Akan tetapi, lebih dari itu adalah tingkat penghayatan sehingga tidak hanya tahu secara fiqh melainkan juga mampu menghayati.

Untuk bisa menghayati ini, perlu riyadah atau pembiasaan/pelatihan. Tidak mungkin baru pertama shalat langsung dapat menjalankan dengan khusyuk. Kita harus berlatih dan memperjuangkan hingga terbiasa dan akhirnya bisa menemukan kekhusyukan itu. 

Wallahu a'lam.***

[Ditulis oleh KH. MIFTAH FARIDL, Ketua Umum MUI Kota Bandung, pembina Yayasan Ad dakwah, dan pembimbing Haji Plus dan Umrah Safari Suci. Tulisan disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi Kamis (Kliwon) 13 September 2012 / 26 Syawal 1433 H pada Kolom "CIKARACAK"]

by
u-must-b-lucky
Setelah selesai beribadah shaum satu bulan penuh di bulan Ramadhan, apa saja yang sebaiknya kita kerjakan?

Menurut Al-Qur'an dan beberapa hadits yang sahih, ibadah-ibadah yang sebaiknya dikerjakan setelah selesai bulan Ramadhan adalah sebagai berikut:

Pertama, beribadah shaum sunah enam hari di bulan Syawal. Menurut hadits,
"Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadhan kemudian mengikutinya dengan berpuasa enam hari di bulan Syawal, ia sama seperti berpuasa selama satu tahun penuh." (HR. Muslim)
Setelah selesai berpuasa enam hari di bulan Syawal, mulailah membiasakan puasa sunah pada setiap Senin dan Kamis.

Kedua, erutama lelaki, melaksanakan shalat fardu (Subuh, Dzuhur, Ashar, Maghrib, dan Isya) berjemaah di masjid. Lebih diutamakan pula shalat Subuh dan Isya berjemaah di masjid. Perhatikan hadits ini,
"Sesungguhnya shalat yang paling berat bagi orang yang munafik adalah shalat Isya dan Subuh. Sekiranya mereka mengetahui apa yang terkandung di dalamnya (atau hikmah/pahala bagi yang shalat Subuh dan Isya berjemaah di masjid), niscaya mereka akan mendatanginya (melaksanakannya) walaupun mereka harus berjalan ke masjid dengan merangkak." (HR Bukhari-Muslim)

Ketiga, melanjutkan kebiasaan shalat Tarawih di bulan Ramadan dengan melaksanakan shalat Tahajud atau shalat malam (qiyaamul lail) di rumah pada sepertiga akhir malam, antara pukul 02.00-04.00 dini hari. Pentingnya, bagusnya, dan hebatnya shalat malam/shalat Tahajud itu dijelaskan dalam Al-Qur'an,

وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَّكَ عَسَىٰ أَن يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَّحْمُودًا
Wamina allayli fatahajjad bihi nafilatan laka AAasa an yabAAathaka rabbuka maqaman mahmoodan
Dan pada sebagian waktu malam hendaklah kamu shalat Tahajud sebagai suatu ibadah tambahan bagimu supaya Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji. (QS. Al Israa: 79)

Perhatikan juga hadits-hadits ini.
  • "Rahmat Allah akan diturunkan ke bumi setiap malam ketika malam tinggal sepertiga akhir. Dia (Allah) berkata, "Ke mana hamba-Ku berdoa, Aku akan kabulkan doanya. Ke mana hamba-Ku meminta, Aku akan penuhi permintaannya. Ke mana hamba-Ku beristighfar, Aku akan ampuni dosanya." (HR. Bukhari-Muslim)
  • "Rasulullah SAW. bersabda, "Lakukanlah oleh kamu shalat malam karena hal itu merupakan kebiasaan orang-orang yang saleh sebelum kamu, (shalat Tarawih atau shalat malam itu) mendekatkan diri kepada Allah SWT., mencegah dari dosa, menghapus kesalahan, dan mengusir penyakit jasad/badan." (HR. Ahmad-At Tirmidzi, Al Hakim, dan Al Baihaqi)
Keempat, melanjutkan kebiasaan tadarus (membaca Al-Qur'an), diutamakan pada sebelum atau sesudah shalat (fardhu atau sunah atau Tahajud). Anjuran ini didasarkan hadits,
"Orang yang membaca Al-Qur'an dan ia mahir (membaca dengan tartil), ia akan bersama para malaikat yang mulia dan taat (di surga). Sedangkan jika seseorang tetap membaca Al-Qur'an padahal ia merasa susah dalam membacanya tetapi ia tetap berusaha membacanya, ia akan mendapatkan dua pahala." (HR. Bukhari-Muslim)

Kelima, secara teratur mulai melaksanakan kewajiban membayar zakat, gemar bersedekah dan gemar berinfaq. Perhatikan ayat Al-Qur'an mengenai soal zakat/sedekah/infak,

مَّثَلُ الَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنبُلَةٍ مِّائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَن يَشَاءُ ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
Mathalu allatheena yunfiqoona amwalahum fee sabeeli Allahi kamathali habbatin anbatat sabAAa sanabila fee kulli sunbulatin miatu habbatin waAllahu yudaAAifu liman yashao waAllahu wasiAAun AAaleemun
Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan) oleh orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah (berzakat/berinfak/bersedekah) seperti sebutir benih yang menumbuhkan tujuh tangkai tanaman yang pada tiap-tiap tangkai ada 100 biji. Sesungguhnya Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki dan Allah Mahaluas (kurnia-Nya) lagi Allah Maha Mengetahui. (QS. Al Baqarah: 261)


Perhatikan juga ayat,

مَّن ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَاعِفَهُ لَهُ أَضْعَافًا كَثِيرَةً ۚ وَاللَّهُ يَقْبِضُ وَيَبْسُطُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
Man tha allathee yuqridu Allaha qardan hasanan fayudaAAifahu lahu adAAafan katheeratan waAllahu yaqbidu wayabsutu wailayhi turjaAAoona
Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan. (QS. Al-Baqarah: 245)


سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ
وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ
وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Subhana rabbika rabbi alAAizzati AAamma yasifoona,
Wasalamun AAala almursaleena,
Waalhamdu lillahi rabbi alAAalameena.
Maha-suci Tuhanmu yang memiliki keperkasaan dari apa yang mereka katakan, dan kesejahteraan dilimpahkan atas para Rasul. Dan segala puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam. (QS. Asaaffaat: 180-182)

Wallahu 'alam. ***

[Ditulis oleh AHMAD SAELAN, Wartawan senior. Tulisan disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi Jumat, 7 September 2012 (20 Syawal 1433 H.) pada Kolom "RENUNGAN JUMAT"]

by
u-must-b-lucky
Manusia tidak bebas dari dosa, bahkan mungkin gudang dosa, baik dosa kepada Allah SWT. akibat melanggar segala larangan-Nya dan tidak mematuhi perintah-Nya maupun dosa kepada sesama manusia atau dosa "Hak Adami".

Dosa kepada Allah SWT. mudah sekali menghapusnya, yaitu dengan cara bertobat, memohon ampun kepada-Nya seraya menyesali diri telah berbuat dosa dan bertekad tidak akan mengulanginya lagi.

Imam Al Gazhali menerangkan, Allah SWT. akan mengampuni dosa-dosa orang yang bertobat, asal benar-benar memenuhi syarat-syarat tobat, mulai dari memperteguh niat untuk bertobat hingga kesiapan tidak mengulangi dosa-dosa yang telah ditobati, serta sanggup mencegah dosa-dosa itu muncul kembali, baik pada dirinya, keluarganya, maupun lingkungannya. Artinya, orang yang sudah bertobat dari segala dosa harus mampu melaksanakan amar ma'ruf nahyi munkar. Mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran di setiap waktu dan setiap tempat. Tentu saja dengan cara yang bijak, sopan, dan tertib sehingga tidak menimbulkan dosa dan kemungkaran baru, yang akan menggagalkan kebaikan serta nilai tobat terdahulu.

Janji Allah SWT. kepada orang-orang bertobat adalah memberikan ampunan dan melimpahkan kasih sayang-Nya.

وَمَن يَعْمَلْ سُوءًا أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللَّهَ يَجِدِ اللَّهَ غَفُورًا رَّحِيمًا
Waman yaAAmal sooan aw yathlim nafsahu thumma yastaghfiri Allaha yajidi Allaha ghafooran raheeman
Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. An-Nisa: 110)

Dan Allah SWT. sangat menyukai orang yang bertobat dan yang suci dari segala dosa

الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَّكُمْ ۖ فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَندَادًا وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ
Allathee jaAAala lakumu alarda firashan waalssamaa binaan waanzala mina alssamai maan faakhraja bihi mina alththamarati rizqan lakum fala tajAAaloo lillahi andadan waantum taAAlamoona
Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui. (QS. Al Baqarah: 22)

Para ulama sepakat bahwa tobat hukumnya wajib bagi setiap Muslim laki-laki dan perempuan karena merupakan perintah langsung dari Allah SWT.,

وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
watooboo ila Allahi jameeAAan ayyuha almuminoona laAAallakum tuflihoona
Bertobatlah kalian kepada Allah, hai orang-orang beriman supaya kalian memperoleh keberuntungan. (QS. An-Nuur: 31)

Tobat itu harus dilakukan secara sungguh-sungguh. Taubatan nasuha.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَّصُوحًا عَسَىٰ رَبُّكُمْ أَن يُكَفِّرَ عَنكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ يَوْمَ لَا يُخْزِي اللَّهُ النَّبِيَّ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ ۖ نُورُهُمْ يَسْعَىٰ بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا ۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Ya ayyuha allatheena amanoo tooboo ila Allahi tawbatan nasoohan AAasa rabbukum an yukaffira AAankum sayyiatikum wayudkhilakum jannatin tajree min tahtiha alanharu yawma la yukhzee Allahu alnnabiyya waallatheena amanoo maAAahu nooruhum yasAAa bayna aydeehim wabiaymanihim yaqooloona rabbana atmim lana noorana waighfir lana innaka AAala kulli shayin qadeerun
Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS. At Tahrim: 8)

Sabda Nabi SAW.,
"Orang yang sudah bertobat, tetapi masih terus berbuat dosa, dianggap memperolok-olokkan ayat-ayat Allah SWT." (HR. Turmudzi)

Menurut Nabi SAW.,
"Orang yang bertobat dengan sebenar-benarnya tobat dikategorikan "kekasih Allah" (attaibu habibullahi). Dan orang yang yang bertobat dari segala dosa, bagaikan orang tak berdosa (wat taibu min dzanbi kaman la dzanbi lahu)."

Kewajiban bertobat harus segera dilaksanakan. Mengingat umur dan kematian tidak dapat diduga. Sangat rugi orang yang mati sebelum bertobat dari dosa-dosanya. Menurut Lukman Al Hakim, dalam rangkaian hikmahnya, mengulur-ulur waktu untuk menunda tobat, mengandung dua bahaya besar.
  • Pertama, makin menumpuknya bintik-bintik keburaman pada hatinya akibat perbuatan maksiat yang terus-menerus sehingga menjadi karat yang sulit dihilangkan.
  • Kedua, kedahuluan sakit atau mati sehingga kehilangan kesempatan untuk menghapus dosa-dosanya itu. Berdasarkan sebuah hadits Nabi SAW., Lukman mengatakan, kebanyakan pekikan pedih penghuni neraka karena mereka mengulur-ulur waktu tobat.
Kewajiban tobat itu berlaku umum bagi seluruh manusia. Artinya, tidak ada yang mendapat kekhususan. Semua tidak terkecuali. Apakah orang-orang yang dikategorikan pendosa yang setiap hari bergelimang perbuatan-perbuatan jahat dan maksiat. Apakah orang-orang yang dikategorikan ahli ibadah yang setiap hari wirid dan dzikir. Semua sama menyandang beban kewajiban bertobat selama masih mengakui beriman kepada Allah SWT. Pengecualian hanya diberikan kepada orang-orang yang tidak beriman.

Bahkan Nabi Muhammad SAW. yang sudah mendapat lisensi maksum (bersih dari dosa), masih juga melaksanakan tobat. Beliau merasa, hatinya masih suka tertutup hawa nafsu sehingga sehari semalam beliau bertobat sebanyak tujuh puluh kali. (HR. Nasai)

Sebagaimana disebutkan di atas, tobat atas dosa manusia kepada Allah SWT., baik dosa yang menyangkut kewajiban (meninggalkan shalat fardhu, shaum Ramadhan, zakat, haji) maupun dosa pelanggaran (meminum alkohol, berjudi, berzina, dan lain-lain), cukup didasari penyesalan dan niat, tekad, serta pelaksanaan tidak akan mengulangi lagi. Kemudian diikuti perbuatan-perbuatan baik dan bajik sebagai kifarat (tebusan) atas dosa-dosa yang telah diperbuat dan tidak akan diperbuat lagi selamanya. Sebab, amal kebajikan menghapus segala kejahatan. (HR. Imam Turmudzi)

Sementara tobat atas dosa yang diperbuat kepada manusia, seperti korupsi, kolusi, nepotisme, khianat, memalsu, memeras, merampas, melanggar HAM, dan sebagainya, harus didahului permintaan maaf kepada korban, disertai kewajiban mengembalikan semua hak-hak korban yang sudah dirugikan. Setiap jenis dosa diperinci, kemudian ijab (pengakuan) dari pihak pendosa dan kabul (penerimaan) dari pihak korban dosa. Dengan demikian, balungbang timur, panjang jalan sasapuan, caang bulan opat belas, taya gantar kakaitan. Bersih, terang, gamblang, tak ada lagi ganjalan, dan penasaran.

Tegasnya, janganlah yang berdosa hanya mohon maaf, tetapi tidak membeberkan dosa yang dimintakan maaf itu. Akan tetapi, harus dihitung, dibuka, dibeberkan satu per satu, barulah muncul proses maaf-memaafkan.

Jika yang berdosa sudah berusaha memohon maaf dan mengganti hak-hak korban, tetapi korban tidak menerima, tidak mau memaafkan, cukuplah bertawakal kepada Allah dan memperbanyak sedekah kepada fakir miskin. Demikian pendapat Imam Ghazali.

Setelah melakukan tobat dan melakukan usaha menghindari dosa-dosa besar, kemungkinan berbuat dosa saja terbuka, terutama dosa-dosa kecil yang terasa ataupun tidak. Bagaimanapun manusia yang masih hidup, masih berkomunikasi dengan sesama, pasti akan ada hal-hal yang mengundang dosa. Akan tetapi, diharapkan segera terhapus oleh amal kebajikan dan amal ibadah yang kita perbuat dengan tulus ikhlas semata-mata mengharap ridha Allah SWT. seraya menjauhi dosa-dosa besar. (Riwayat Ahmad) Yang dimaksud dosa-dosa besar adalah menyekutukan Allah, durhaka kepada kedua orangtua, membunuh, dan sumpah palsu. (HR. Abdullah bin Amr bin Ash)

Setiap manusia pasti berbuat dosa. Sebaik-baik orang yang berbuat dosa adalah yang segera bertobat memohon ampunan atas segala dosanya. Yang terbaik di antara manusia adalah setiap orang yang tergoda berbuat dosa, segera bertobat. Hiyarukum kullu mufattanin taubatin.
Semoga Allah SWT. memasukkan kita sekalian kepada golongan orang yang bertobat dan menyucikan diri. Mampu memohon ampunan Allah dan meminta maaf kepada sesama manusia.***

[Ditulis oleh H USEP ROMLI HM., pengasuh Pesantren Anak Asuh Raksa Sarakan, Cibiuk-Garut, pembimbing Haji dan Umrah BPIH Megacitra/KBIH Mega Arafah Kota Bandung. Tulisan disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi Kamis (Pon), 6 September 2012 / 19 Syawal 1433 H. pada Kolom "CIKARACAK"] 

by
u-must-b-lucky