PENGGUNAAN KALIMAT "INSYA ALLAH"

Ketika menjanjikan melakukan sesuatu hal, kita diperintahkan agar mengucapkan kalimat "insya Allah" (jika Allah menghendaki). Perintah ini termaktub dalam Al-Qur'an Surat Al-Kahfi (18) ayat 23-24,

وَلَا تَقُولَنَّ لِشَيْءٍ إِنِّي فَاعِلٌ ذَٰلِكَ غَدًا
إِلَّا أَن يَشَاءَ اللَّهُ ۚ وَاذْكُر رَّبَّكَ إِذَا نَسِيتَ وَقُلْ عَسَىٰ أَن يَهْدِيَنِ رَبِّي لِأَقْرَبَ مِنْ هَٰذَا رَشَدًا

Wala taqoolanna lishayin innee faAAilun thalika ghadan
Illa an yashaa Allahu waothkur rabbaka itha naseeta waqul AAasa an yahdiyani rabbee liaqraba min hatha rashadan

Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan terhadap sesuatu, 'Sesungguhnya aku akan mengerjakan itu besok pagi, kecuali (dengan menyebut) 'Insya Allah'.

Menggunakan kalimat "insya Allah" ketika menjanjikan melakukan sesuatu pun telah dipraktikkan oleh para nabi dan rasul sebelum diutusnya Nabi Muhammad SAW. Seperti dicontohkan oleh Nabi Ismail AS. ketika ayahnya, yakni Nabi Ibrahim AS. diperintahkan Allah agar menyembelih anaknya, yakni Ismail AS.

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَىٰ فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِي إِن شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ

Falamma balagha maAAahu alssaAAya qala ya bunayya innee ara fee almanami annee athbahuka faonthur matha tara qala ya abati ifAAal ma tumaru satajidunee in shaa Allahu mina alssabireena

Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar" (QS. Ash-Shaaffat (37): 102)

Begitu juga dilakukan oleh Nabi Musa AS. ketika berjanji kepada Nabi Khidir AS. untuk patuh kepada semua arahannya sepanjang perjalanan menuntut ilmu.

قَالَ سَتَجِدُنِي إِن شَاءَ اللَّهُ صَابِرًا وَلَا أَعْصِي لَكَ أَمْرًا

Qala satajidunee in shaa Allahu sabiran wala aAAsee laka amran

Musa berkata, "Insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai seorang yang sabar dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusan pun." (QS. Al-Kahfi (18): 69)

Dengan demikian, menggunakan kalimat "insya Allah" merupakan etika bahwa jika kita hendak melakukan sesuatu pada masa akan datang, hendaklah mengembalikan hal itu kepada Yang Maha Mengetahui perkara gaib, yakni Allah SWT. (Tafsir Ibnu Katsir).

Hal ini dilakukan karena kita tidak mengetahui apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang dan tidak dapat memastikan hal itu dapat dilakukan karena semuanya kembali kepada kehendak Allah SWT. Manusia berencana dan berusaha, tetapi Allah jualah yang menentukan.

Dengan demikian, selain mengikuti sunah para nabi dan rasul, orang yang bersungguh-sungguh mengucapkan kalimat "insya Allah" ketika menjanjikan hendak melakukan sesuatu hal menunjukkan bahwa orang tersebut memiliki keimanan yang benar kepada Allah SWT. Itu karena ia meyakini bahwa dirinya tidak akan mampu mewujudkan apa yang dikehendakinya, kecuali dengan kehendak Allah SWT. Sebagaimana firman-Nya,

وَمَا تَشَاءُونَ إِلَّا أَن يَشَاءَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ

Wama tashaoona illa an yashaa Allahu rabbu alAAalameena

Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam. (QS. At-Takwir (81): 29)

Selain itu, menunjukkan akhlak yang mulia, yakni rendah diri terhadap Allah dan rendah hati terhadap sesama manusia. Karena ia menyadari, dirinya tidak akan mampu mewujudkan apa yang dijanjikannya kecuali atas pertolongan dan perlindungan Allah SWT. "Laa haula walaa quwwata illaa billaahil 'azim."

Selain itu, orang yang membiasakan mengucapkan "insya Allah" ketika menjanjikan melakukan sesuatu, termasuk yang mengagungkan kalimat yang mulia ini dan mensyiarkan ajaran Islam.

Dari uraian di atas, dapat kita pahami bahwa kalimat "insya Allah" merupakan kalimat yang agung. Suatu kalimat yang bukan hanya menunjukkan akhlak islami, tetapi juga menunjukkan akan keimanan dan akidah seorang Muslim. Namun demikian, dalam keseharian kita kerap mendapati ada orang yang menyalahgunakan kalimat "insya Allah". Kalimat ini kadang digunakan untuk memperdaya dan mendustai saudaranya.

Sering kita mendapati ada orang yang banyak memberikan harapan terhadap orang lain dengan menggunakan kalimat "insya Allah" dengan tujuan membujuk agar orang itu agar melakukan sesuatu yang menguntungkan dirinya. Namun, ketika ia mendapatkan apa yang dia inginkan dan saudaranya menuntut apa yang telah diucapkannya, ia berkilah bahwa dirinya tidak mengucapkan janji, tetapi mengucapkan "insya Allah". Ia menganggap, dengan mengucapkan "insya Allah", tidak ada kewajiban untuk mewujudkan apa yang ia sampaikan kepada saudaranya.

Selain itu, sering kita mendapati ada orang yang menggunakan kalimat "insya Allah" dengan tujuan menolak secara halus. Ketika diundang seseorang, ia berkata, "Insya Allah, saya akan datang." Padahal, dirinya tidak bermaksud memenuhi undangan tersebut. Ia menganggap dengan mengucapkan "insya Allah", tidak ada kewajiban baginya memenuhi undangan saudaranya.

Perilaku-perilaku di atas menjadikan kalimat "insya Allah" mengalami degradasi nilai. Akibatnya, orang lebih senang mendengar dari saudaranya ucapan "pasti atau iya", ketimbang dengan ucapan "insya Allah" ketika menjanjikan hendak melakukan sesuatu. Mereka menganggap, dengan ucapan "insya Allah" menunjukkan ketidakseriusan orang tersebut.

Sebagai orang beriman, sudah sepantasnya kita menjauhkan diri dari sikap-sikap tersebut. Pasalnya, hal itu akan menjerumuskan kita pada perbuatan durhaka kepada Allah SWT. karena telah jelas bahwa mengucapkan kalimat "insya Allah" ketika menjanjikan melakukan sesuatu merupakan perintah Allah SWT. Sebagaimana yang termaktub dalam Surat Al-Kahfi (18) ayat 23-24 di atas. Lebih dari itu, akan menjerumuskan kita pada kesombongan, kekafiran, dan kesyirikan karena dengan meninggalkan kalimat "insya Allah", kita "menuhankan" terhadap kemampuan diri kita sendiri.

Begitu pun bagi orang yang menyalahgunakan kalimat "insya Allah" dengan tujuan menipu dan mendustai saudaranya, ia mendapatkan dua dosa, dosa kepada Allah SWT. karena telah menjadikan nama Allah untuk berbuat dosa dan dosa terhadap sesama karena ia menipu dan mendustainya.

Untuk itu, mari kita gunakan kalimat "insya Allah" dengan benar yang dibuktikan dengan kesungguhan kita berikhtiar mewujudkan apa yang kita janjikan. Lalu kita serahkan hasil ikhtiar kita kepada Allah SWT. karena semuanya berakhir dengan kehendak Allah SWT. jua.

Semoga dengan kesungguhan kita menggunakan kalimat "insya Allah" ketika menjanjikan hendak melakukan suatu hal, menjadikan kita sebagai orang yang terpercaya yang dapat meninggikan derajat kita di sisi Allah dan dihormati sesama manusia. Amin.

Wallahu 'alam.***

[Ditulis oleh DIKY DILY WS, Ketua FKDT Kecamatan Sukasari, anggota FKDT Kota Bandung. Tulisan disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi Jumat (Kliwon) 22 Maret 2013 / 10 Jumadil Awal 1434 H. pada Kolom "RENUNGAN JUMAT"]

by
u-must-b-lucky

0 comments: