HIKMAH "TASYMIT"

Ketika kita mendengar saudara seiman kita bersin yang diikuti dengan kalimat tahmid memuji Allah SWT., kita diperintahkan untuk bertasymit kepadanya, yakni mendoakannya dengan ucapan, "Yarhamukallah." Artinya, "Semoga Allah memberi rahmat kepadamu."

Perintah ini termaktub dalam hadits Rasulullah SAW.,
"Apabila seseorang di antara kamu bersin, ucapkanlah, alhamdulillah; dan orang yang berada di sampingnya harus mengucapkan, yarhamukallah" (HR. Ahmad dan Abu Ya'ala)


Al-Barra' bin Azib RA. berkata,
"Rasulullah SAW. memerintahkan kita menjenguk orang sakit, mengantar jenazah, mendoakan orang yang bersin, membebaskan orang yang bersumpah, menolong orang yang tertindas, memenuhi undangan, dan menebarkan salam." (Diriwayatkan Al-Bukhari)

Perintah tasymit dikecualikan untuk orang yang bersin karena beberapa hal, seperti orang yang bersin tidak memuji Allah SWT. Sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhari dari Anas RA.,
"Ada dua orang yang bersin di samping Nabi SAW. Beliau ber-tasymit kepada salah seorang di antara mereka berdua, tetapi beliau tidak bertasymit kepada yang seorang lagi. Beliau ditanya, maka beliau bersabda, "Yang ini memuji Allah dan yang ini tidak memuji Allah."

Selanjutnya, kepada orang yang bersin berulang-ulang, lebih dari tiga kali, karena hal ini dapat memberatkan terhadap orang yang bertasymit kepadanya, orang yang mendengarkannya itu hendaknya mendoakan dengan doa yang sesuai dengannya, seperti mendoakan afiat dan kesembuhan atau doa-doa yang senada dengan hal itu.

Selanjutnya, kepada orang yang kafir, berdasarkan riwayat dari Abu Musa al Asyari,
"Orang-orang Yahudi bersin di samping Nabi SAW. dengan harapan agar beliau mengucapkan Yarhamukumullah (Semoga kamu semua diberi rahmat oleh Allah). Namun, beliau mengatakan, "Yahdiikumullahu wa yushlihu baalakum (Semoga Allah memberi petunjuk kepada kamu semua dan semoga Dia memperbaiki tingkah kamu." (HR Abu Dawud dan Hakim)

Mendoakan orang yang bersin (tasymit) merupakan bagian dari hak-hak sesama Muslim. Dalam salah satu haditsnya, Rasulullah SAW. bersabda,
"Hak seorang Muslim atas Muslim lain-nya ialah lima: menjawab ucapan salam, menjenguk orang sakit, mengantar jenazah, memenuhi undangan, dan mendoakan (tasymit) orang yang bersin." (Muttafaq alaih)

Oleh karena itu, sebagai seorang Muslim hendaknya kita mendoakan orang yang bersin yang diikuti dengan memuji Allah dan mengingatkan orang yang bersin yang tidak memuji Allah untuk memuji Allah agar kita dapat ber-tasymit kepadanya. An-Nawawi berkata, "Bagi yang mendengar seseorang bersin tetapi tidak bertahmid, disunahkan untuk mengingatkannya agar mengucapkan tahmid, sehingga ia dapat menjawabnya dengan tasymit. Karena perkara ini termasuk dalam bab nasihat dan perintah berbuat ma'ruf."

Banyak hikmah yang dapat diperoleh ketika kita mendoakan orang yang bersin (bertasymit),

Pertama, mengingatkan kita untuk selalu ingat dan bersyukur kepada Allah SWT. Al 'alamah Al-Hulaimi mengatakan, "Hikmah yang terkandung dalam bersin adalah melindungi otak dari perkara yang akan menyakitinya. Dalam otak itu terdapat kekuatan berpikir, dan darinya asal urat-urat syaraf yang merupakan sumber indra. Dengan selamatnya otak, anggota badan yang lain pun akan selamat. Sesungguhnya, hal itu merupakan kenikmatan yang besar, maka patutlah kenikmatan itu diimbangi dengan memuji Allah. Dengan mengucapkan alhamdulillah, berarti mengakui bahwa bagi Allah saja penciptaan dan kekuasaan, dan puji itu hanya disandarkan kepada-Nya, bukanlah kepada hal lain."

Ucapan orang yang mendengar "yarhamukallah," dikatakan oleh Al-Qaadli Ibnu 'Arabi, "Sesungguhnya, pada orang yang bersin, setiap anggota pada kepalanya dan yang berhubungan dengannya, seperti leher menjadi lemah. Dengan demikian, jika dikatakan kepada orang yang bersin "yarhamukallah," maknanya adalah "Semoga Allah memberikan kepada kamu rahmat. Dengan rahmat itu semoga badanmu pulih kembali pada keadaan semula dan tidak ada perubahan apa pun dalam badanmu."

Kedua, tersiarnya makna-makna Rabbaaniyah dalam masyarakat Muslim. Itu karena orang yang bersin diperintahkan untuk memuji Allah dan orang yang mendengarkannya mengucapkan "yarhamukallah." Lalu, orang yang bersin membalas mendoakan dengan mengucapkan "yahdiikumullaah," sehingga dengan hal ini akan tersiar makna-makna Rabbaaniyah di tengah-tengah masyarakat Muslim.

Rasulullah SAW. bersabda,
"Jika salah seorang dari kalian bersin, maka hendaklah ia berkata, 'alhamdulillah' (segala puji bagi Allah), dan hendaklah saudaranya mengatakan padanya, 'yarhamukallah' (semoga Allah merahmatimu), maka hendaklah orang yang yang bersin berkata, 'yahdikumullahu wa yushlihu balakum' (semoga Allah memberi petunjuk kepadamu, dan memperbaiki hatimu)." (Diriwayatkan Al-Bukhari)

Ketiga, menumbuhkan kecintaan dan mendidik orang yang bersin. Ibnu Daqaaq telah berkata, "Sebagian tasymit menghasilkan (diperolehnya) kecintaan dan bersikap ramah antara kaum Muslimin dan pendidikan bagi orang yang bersin, yaitu dengan memecahkan nafsunya ketika sombong, dan membawanya untuk merendahkan diri."

Keempat, memupus kepercayaan jahiliah yang menganggap bersin sebagai tanda kesialan. Ibnu Qayyim menyebutkan, ahli jahiliah telah meramalkan buruk dengan adanya bersin dan menganggapnya sial karenanya, sebagaimana mereka menganggap sial dengan adanya angin panas di musim kemarau dan yang lainnya.

Imri'ul Qais mengatakan, "Aku sengaja berangkat pagi-pagi dengan menunggang kuda, sebelum aku bersin, hingga orang-orang tidak mendengar bersinku. Dengan demikian mereka tidak akan mendapat sial." Pada zaman jahiliah, apabila ada seseorang yang mereka cintai bersin, mereka mengatakan kepadanya, "Semoga kamu panjang umur dan awet muda." Apabila seseorang yang mereka benci bersin, mereka mengatakan kepadanya, "Semoga kamu berpenyakit radang tenggorokan dan batuk yang berat." Apabila seseorang mendengar bersin, dia meramalkan akan mendapatkan sial. Oleh karena itu, dia mengatakan, "Kepada kamu saja, jangan kepadaku."

Mengingat begitu banyak dan besarnya hikmah yang terdapat dalam perintah bertasymit hendaknya kita berusaha untuk merealisasikannya dalam kehidupan keseharian kita sebagai wujud ketaatan kita kepada Allah dan Rasul-Nya dan sebagai upaya kita untuk membangun persaudaraan sesama Muslim menjadi lebih baik dan lebih indah.

Wallahu a'lam. ***

[Ditulis oleh H. MOCH HISYAM, Ketua Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) Ranting Sarijadi, Kecamatan Sukasari, Kota Bandung. Tulisan disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi Kamis (Kliwon) 26 April 2013 / 15 Jumadil Akhir 1434 H. pada Kolom "CIKARACAK."]

by
u-must-b-lucky

0 comments: