LUPA

Ada peribahasa yang berbunyi "kacang lupa pada kulitnya". Peribahasa tersebut memiliki makna kira-kira hal ihwal tabiat seseorang yang melupakan terhadap asal muasal dirinya. Lupa ini bisa dipandang sebagai anugerah atau petaka.

Lupa sebagai anugerah ialah lupa pemberian Allah SWT. Misal ketika kita sedang shaum di bulan Ramadhan, tiba-tiba kita makan dan minum di siang hari. Ini merupakan bentuk anugerah dan tidak membatalkan puasa. Adapun lupa yang berupa petaka hal ini tentu menimbulkan dosa.

Penulis membagi faktor penyebab lupa menjadi dua bagian, yaitu:
  • Pertama, lupa karena faktor jasmani (fisik), disebabkan usia lanjut atau juga karena peristiwa musibah kecelakaan yang mengakibatkan terganggu fungsi sistem saraf otak (gegar otak, kegilaan). Seseorang yang lupa menyimpan sandalnya atau lupa terhadap buku yang baru saja selesai dibacanya disebabkan faktor usia lanjut, hal ini adalah lumrah dan biasa.
  • Kedua, lupa karena faktor kejiwaan (psikis), disebabkan sikap pengingkaran / mendurhakai akan rasa terima kasih (kufur) atas segala nikmat dan anugerah yang telah dilimpahkan oleh Allah SWT. Lupa jenis inilah yang akan menimbulkan petaka.
Dulu ketika sedang belajar berjalan, kita dituntun dan diajari hingga kita pandai berjalan. Lantas kita lupa pada orang yang mengajari kita berjalan. Dulu ketika kita awal mendaki bahtera rumah tangga ditemani oleh pasangan (istri) kita dengan setia. Lantas setelah kaya raya, kita melupakan bahkan meninggalkannya.

Dulu kita (politisi) di masa kampanye seolah-olah mengemis dan memohon-mohon agar dipilih oleh rakyat (konstituen). Setelah terpilih menjadi wakil rakyat (legislatif), lupa kepada konstituennya. Adalah contoh dari lupa karena psikis atau kejiwaan.

Dalam kehidupan keseharian, kita sering mendapat pertolongan dan bantuan dari orang lain. Sudah semestinya kita mengucapkan terima kasih dengan tulus kepada orang tersebut sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT. sebagai Zat Yang Maha Pemberi.

Namun, sering kali kita lupa berterima kasih kepada orang yang telah berbuat baik kepada kita. Atau ketika kita sedang dalam kesulitan, kita rajin shalat, tahajud, puasa. Namun, ketika kesulitan itu teratasi, kita mulai jarang atau bahkan meninggalkan shalat.

وَإِذَا مَسَّ الْإِنسَانَ ضُرٌّ دَعَا رَبَّهُ مُنِيبًا إِلَيْهِ ثُمَّ إِذَا خَوَّلَهُ نِعْمَةً مِّنْهُ نَسِيَ مَا كَانَ يَدْعُو إِلَيْهِ مِن قَبْلُ

Waitha massa alinsana durrun daAAa rabbahu muneeban ilayhi thumma itha khawwalahu niAAmatan minhu nasiya ma kana yadAAoo ilayhi min qablu

Dan apabila manusia ditimpa bencana, dia memohon (pertolongan) kepada Tuhannya dengan kembali taat kepada-Nya. Tetapi apabila Dia memberikan nikmat kepadanya, dia lupa (akan bencana) yang pernah dia berdoa kepada Allah sebelum itu.... (QS. Az-Zumar (39): 8)

Ibnu Taymiyah menuturkan bahwa pernah di suatu peristiwa, Nabi SAW. bersama sahabatnya melakukan shalat wajib yang berjumlah empat rakaat. Nabi ternyata melakukan shalat dengan jumlah rakaat yang berlebih, yaitu lima rakaat. Para sahabat yang shalat berjemaah dengan Nabi menjadi kebingungan. Setelah shalat usai, beberapa orang dari mereka memberanikan diri untuk bertanya kepada Nabi, "Wahai Rasulullah, apakah memang ditambah rakaat dalam shalat itu?" Nabi balik bertanya, "Apa yang telah terjadi?" Mereka menjawab, "Engkau Nabi, melakukan shalat lima rakaat." Beliau pun berkata, "Sesungguhnya aku hanyalah manusia, aku dapat lupa, sebagaimana kamu dapat lupa. Maka jika aku lupa, ingatkanlah aku." (HR. Buchari Muslim)

Jika Nabi SAW. saja pernah dan bisa lupa, apalagi kita, manusia biasa pasti mudah lupa. Namun, Nabi SAW. tak segan-segan berkata, "Ingatkan aku jika aku lupa." Oleh karena itu, kita sebagai manusia biasa seharusnya tidaklah perlu marah, bahkan bersyukur jika ada orang yang mengingatkan diri kita ketika kita melakukan kesalahan, sebab boleh jadi kita sedang lupa. Seharusnya pula kita berdoa kepada Allah, dengan doa yang diajarkan-Nya untuk kita, seperti yang ada di dalam Al-Qur'an,

رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِن نَّسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا

rabbana la tuakhithna in naseena aw akhtana

Ya Tuhan kami, jangan Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami bersalah. (QS. Al-Baqarah (2): 286)

Wallahu'alam. Demikian renungan Jumat ini, semoga bermanfaat. ***

Ditulis oleh IDAT MUSTARI, Ketua Biro Agama DPD Golkar Jawa Barat. Tulisan disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi Jumat (Pon) 24 Mei 2013 / 14 Rajanb 1434 H. pada Kolom "RENUNGAN JUMAT"]

by
u-must-b-lucky

0 comments: