MENYEGARKAN KEPERCAYAAN KEPADA AKHIRAT

Alam akhirat adalah tempat kehidupan manusia setelah menempuh kehidupan alam dunia. Proses menuju alam akhirat, melalui ajal kematian pada waktu yang ditentukan hanya oleh Allah SWT. Masuk ke alam kubur atau alam barzakh. Di sana, melakukan penantian dalam masa amat relatif hingga tiba hari kiamat. Disebut masa amat relatif karena mungkin manusia berada di alam barzakh terasa ribuan atau jutaan tahun. Mungkin pula hanya terasa sedetik, semenit atau sehari dua hari. Bergantung pada amal perbuatan masing-masing manusia selama menjalani hidup dan kehidupan di muka bumi.

Ibnul Qayyim al Jauziyah (abad ke-14), dalam kitab Fawa'idul Fawa'id, menyatakan, manusia yang mendapat nikmat kubur, hanya akan merasakan waktu secepat kilat sejak ia masuk liang lahat hingga datang hari kiamat. Nikmat kubur telah menembus segala batas kesulitan. Nikmat kubur itu diperoleh berkat keimanan kepada Allah SWT. dan amal saleh kepada sesama manusia selama hidup di dunia. Kondisi kubur yang secara kasat mata amat sempit, gelap, penuh serangga penyengat seperti ular dan kalajengking, tiba-tiba menjadi lapang, terang benderang, dan resik bersih. Datang para pelayan yang ramah berpakaian rapi menebarkan aroma wewangian, membawa aneka makanan dan minuman lezat.

Sementara itu, manusia yang tidak beriman dan tidak beramal saleh, begitu masuk ke alam kubur, lubang sempit seukuran untuk tubuh tergeletak, tiba-tiba mengerut. Membuat penghuni kubur menjerit-jerit ngeri. Tiba-tiba datang gumpalan besar, berwarna hitam menjijikkan, mengeluarkan bau menyengat. Mendesak mayat itu hingga kian terjepit. Tak ada ruang gerak sedikit pun.

Pengungkapan kisah menyenangkan dan mengerikan tersebut oleh para ulama, semata-mata bertujuan memperkuat keimanan kepada alam akhirat yang merupakan bagian dari rukun Iman. Yaitu iman kepada Allah, iman kepada malaikat-malaikat Allah, iman kepada rasul-rasul Allah, iman kepada kitab-kitab Allah, iman kepada takdir Allah, dan iman kepada hari akhir. Seraya menegaskan, sifat Maha Adil Allah SWT. dalam memberikan pahala anugerah kepada orang yang beriman kepada-Nya dan menimpakan siksa hukuman kepada yang tidak beriman kepada-Nya. Sekaligus membutikan bahwa Allah SWT. menciptakan manusia bukan untuk main-main. Melainkan, untuk menunjukkan kekuasaan-Nya.

أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ

Afahasibtum annama khalaqnakum AAabathan waannakum ilayna la turjaAAoona

Maka, apakah kamu mengira bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main saja? Bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? (QS. Al-Mu'minun (23): 115)

Pada masa sekarang, kemungkinan kepercayaan kepada hari akhir atau kemungkinan kepada seluruh rukun iman telah mengalami degradasi (penurunan kualitas). Acuh tak acuh terhadap petunjuk mengenai "masa depan" kehidupan manusia di luar batas tarikan napas dan degup jantung. Artinya, setelah mati, terserah bagaimana nanti.

Padahal, Al-Qur'an sudah mengingatkan, setelah menembus ambang kematian, manusia akan dihadapkan kepada Allah Penguasa Semesta Alam.

أَلَا يَظُنُّ أُولَٰئِكَ أَنَّهُم مَّبْعُوثُونَ
لِيَوْمٍ عَظِيمٍ
 يَوْمَ يَقُومُ النَّاسُ لِرَبِّ الْعَالَمِين

Ala yathunnu olaika annahum mabAAoothoona Liyawmin AAatheemin Yawma yaqoomu alnnasu lirabbi alAAalameena

Tidaklah orang-orang itu menyangka, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan, pada suatu hari yang besar, (yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam? (QS. Al-Muthaffifin (83): 4-6)

Saat manusia melihat segala perbuatannya dulu.

إِنَّا أَنذَرْنَاكُمْ عَذَابًا قَرِيبًا يَوْمَ يَنظُرُ الْمَرْءُ مَا قَدَّمَتْ يَدَاهُ وَيَقُولُ الْكَافِرُ يَا لَيْتَنِي كُنتُ تُرَابًا

Inna antharnakum AAathaban qareeban yawma yanthuru almaro ma qaddamat yadahu wayaqoolu alkafiru ya laytanee kuntu turaban

Sesungguhnya Kami telah memperingatkan kepadamu (hai orang kafir) siksa yang dekat, pada hari manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya; dan orang kafir berkata: "Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu adalah tanah". (QS. An-Naba (78): 40)

Saat Allah SWT. memberitakan semua perbuatan yang masing-masing telah dikerjakan manusia, bahkan yang sudah dilupakannya.

إِنَّ الَّذِينَ يُحَادُّونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ كُبِتُوا كَمَا كُبِتَ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ ۚ وَقَدْ أَنزَلْنَا آيَاتٍ بَيِّنَاتٍ ۚ وَلِلْكَافِرِينَ عَذَابٌ مُّهِينٌ

Inna allatheena yuhaddoona Allaha warasoolahu kubitoo kama kubita allatheena min qablihim waqad anzalna ayatin bayyinatin walilkafireena AAathabun muheenun

Sesungguhnya orang-orang yang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, pasti mendapat kehinaan sebagaimana orang-orang yang sebelum mereka telah mendapat kehinaan. Sesungguhnya Kami telah menurunkan bukti-bukti nyata. Dan bagi orang-orang kafir ada siksa yang menghinakan. (QS. Al-Mujadalah (58): 5)

Saat segala sesuatu dari keadaan manusia tidak ada yang tersembunyi sedikit pun dari pengetahuan Allah SWT.

يَوْمَئِذٍ تُعْرَضُونَ لَا تَخْفَىٰ مِنكُمْ خَافِيَةٌ

Yawmaithin tuAAradoona la takhfa minkum khafiyatun

Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Tuhanmu), tiada sesuatupun dari keadaanmu yang tersembunyi (bagi Allah). (QS. Al-Haqqah (69): 18)

Saat itu, bukanlah saat untuk beramal karena sudah memasuki tahap perhitungan semua amal yang tercatat teramat cermat.

أَمْ حَسِبَ الَّذِينَ اجْتَرَحُوا السَّيِّئَاتِ أَن نَّجْعَلَهُمْ كَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ سَوَاءً مَّحْيَاهُمْ وَمَمَاتُهُمْ ۚ سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ

Am hasiba allatheena ijtarahoo alssayyiati an najAAalahum kaallatheena amanoo waAAamiloo alssalihati sawaan mahyahum wamamatuhum saa ma yahkumoona

Apakah orang-orang yang berbuat kejahatan itu menyangka bahwa Kami akan menjadikan mereka seperti orang-orang beriman dan mengerjakan amal saleh, yaitu sama antara kehidupan dan kematian? Amat buruklah yang mereka sangka itu! (QS. Al-Jatsiyah (45): 21)

Di dunia, mungkin klausul "yang salah mendapat sukses, yang benar mendapat celaka" berlaku di mana-mana. Akan tetapi, di akhirat, tidak. Sebagaimana ditegaskan pada ayat di atas dan dipertegas lagi dalam ayat lain.

Kekacauan yang terjadi di segala bidang kehidupan selama ini akibat persepsi yang salah tentang kehidupan di dunia yang dianggap terputus dari kehidupan di akhirat. Hal ini akibat tidak punya rasa keimanan terhadap hari akhir khususnya dan umumnya terhadap seluruh rukun iman tadi.

Maka, salah satu upaya mengatasi kekacauan tersebut adalah memperkokoh rasa keimanan. Terutama keimanan kepada hari akhir dan kehidupan di akhirat yang merupakan tempat perhitungan amal perbuatan yang telah ditabur di dunia. ***

[Ditulis oleh H. USEP ROMLI HM. Tulisan disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi Kamis (Pahing) 27 Juni 2013 / 18 Saban 1434 H. pada Kolom "CIKARACAK"]

by
u-must-b-lucky

0 comments: