SHAUM DAN KESADARAN ILAHIAH PEMIMPIN

Shaum Ramadhan mengandung nilai-nilai kemanusiaan sangat tinggi. Nilai solidaritas, nilai empati, nilai kedermawanan, nilai kesalehan sosial, nilai disiplin, nilai kesabaran, nilai kejujuran, nilai kerja keras, dan nilai toleransi. Nilai-nilai tersebut merupakan nilai-nilai dasar kemanusiaan yang akan sangat berguna dalam menjaga kualitas kehidupan bersama sesama manusia.

Inilah dimensi kemanusiaan atau hubungan antarmanusia (hablumminannas) dari shaum Ramadhan. Dimensi ilahiah atau hubungan manusia dengan Allah SWT. (hablumminallah) dari shaum Ramadhan adalah mewujudnya nilai ketaqwaan setiap insan yang melakukan shaum Ramadhan pada akhir Ramadhan, bulan-bulan setelah Ramadhan, hingga Ramadhan datang kembali. Taqwa dalam arti sebenar-benarnya taqwa, yakni menjalankan setiap perintah Allah SWT. dan menjauhi setiap larangan-Nya.
Nilai-nilai kemanusiaan dan nilai ilahiah shaum Ramadhan, hendaknya menjadi pendorong dan acuan peningkatan kualitas kepemimpinan. Terlebih bagi para pemimpin umat, rakyat, ataupun pemimpin dalam pemerintahan.

Nilai ilahiah ketaqwaan berupa kepatuhan terhadap berbagai norma. Norma hukum maupun norma sosial yang bersumber kepada nilai-nilai Islam. Bila ini menjadi rujukan dan landasan bagi setiap praktik kepemimpinan oleh para pemimpin, baik pemimpin formal maupun informal, niscaya kualitas kepemimpinan akan semakin meningkat.

Kesadaran ilahiah ini akan menjadi rem bagi para pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya. Kesadaran ini akan mendorong para pemimpin, bahwa menjadi pemimpin hakikatnya adalah menjalankan amanah. Amanah dari sesama manusia maupun amanah dari Allah SWT.

Menjadi pemimpin adalah pengabdian, menjadi pemimpin adalah jalan mendekatkan diri kepada sang Khalik, Allah SWT., menjadi pemimpin adalah panggilan (calling) dari Dzat Maha Pencipta, Allah SWT. Menjadi pemimpin adalah jalan pengorbanan untuk mencari ridha Allah SWT.

Menjadi pemimpin adalah melayani dan berempati terhadap yang dilayani yakni umat atau rakyat kebanyakan, terutama rakyat atau umat berkekurangan, rakyat miskin dan papa, rakyat tunakuasa. Setiap pemimpin harus berupaya agar kehadirannya membuat manusia menjadi optimis, merasa lega dengan adanya pemimpin, terarah hidupnya, dan lebih penting lagi merasa ringan, riang gembira di dalam menjalani kehidupan. Mereka tahu, pemimpinnya senantiasa siap memberi jalan terang bagi persoalan hidup para pengikutnya.

Nilai-nilai kemanusiaan dari shaum Ramadan seyogianya akan menjadi acuan dan menginspirasi setiap pemimpin untuk senantiasa meningkatan kualitas kepemimpinan lebih baik. Pemimpin berkualitas hendaknya berkomitmen kuat untuk merealisasikan nilai-nilai solidaritas, empati, kedermawanan, kesalehan sosial, disiplin, kesabaran, kejujuran, kerja keras, dan toleransi. Hanya pemimpin demikian yang akan mampu menjadi teladan dan memberi rahmat bagi alam semesta (rahmatanlilalamin). Itulah esensi pelajaran dari shaum Ramadhan yang kita lakukan sebulan penuh. Buah shaum Ramadhan harus dapat dipetik dan dipelihara sepanjang bulan-bulan setelah Ramadhan hingga akhirnya Ramadhan datang kembali menjumpai kita.

Harapannya, dari satu Ramadhan ke Ramadhan berikutnya kualitas ketaqwaan kita senantiasa meningkat hingga akhirnya kita menjadi manusia yang memiliki derajat ketaqwaan seperti yang diinginkan Allah SWT. Indikasi ketaqwaan kepada Allah SWT. sejatinya tercermin dari pemanfaatan kita bagi sesama manusia. Sebagaimana dimaksud dalam QS. Al-Fatihah 1-5.

Wallahua'lam. ***

[Ditulis oleh DEDDY MIZWAR, Wakil Gubernur Jawa Barat. Tulisan disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi Jumat (Pon) 2 Agustus 2013 / 24 Ramadhan 1434 H. pada Kolom "SYIAR RAMADAN"]

by
u-must-b-lucky

0 comments: