HIJRAH DENGAN HIDUP SEDERHANA

Salah satu pekerjaan yang kian diburu masyarakat adalah pegawai negeri sipil. Jangan lupakan pula "lowongan" menjadi wakil rakyat ataupun pengurus lembaga non departemen yang juga diburu. Kalau dulu PNS identik dengan kehidupan yang serba pas-pasan, kini PNS, terutama yang memiliki jabatan, mendapatkan fasilitas dan tunjangan yang cukup tinggi dan malah terkesan "wah".

Para pejabat, termasuk wakil rakyat, menunjukkan kehidupan yang jauh dari kondisi rakyat di bawah. Ketika rakyat terhimpit harga-harga kebutuhan akibat kenaikan harga bahan bakar minyak ataupun tarif dasar listrik, kehidupan para pejabat dan wakil rakyat tak terpengaruh sama sekali. Bahkan, ketika negara memiliki utang lebih dari Rp. 2,000 triliun tetap saja tidak ada upaya untuk penghematan. Namun, anehnya, para pejabat tetap mengumandangkan agar rakyat hidup sederhana yang ironis dengan berbagai gaji, fasilitas, serta tunjangan-tunjangan yang besar.

Ajakan hidup sederhana harus dengan memberikan keteladanan atau contoh dari para pemimpinnya itu sendiri. Gerakan kesederhanaan atau apa pun programnya takkan berhasil kalau sebatas bicara saja atau formalitas dan insidental seperti yang ditunjukkan para pemimpin selama ini.

Tahun Hijriah yang akan berganti tak lama lagi mengingatkan kita akan sosok kepemimpinan seorang presiden, tepatnya Khalifah, yakni Umar bin Khattab RA. Sebagai pengganti Khalifah Abu Bakar RA. pada tahun 634 H, Umar telah mengembangkan kekuasaan Islam sehingga tumbuh dengan sangat pesat.

Selama kepemimpinan Khalifah Abu Bakar RA., Islam mengambil alih Mesopotamia dan sebagian Persia dari tangan Dinasti Sassanid dari Persia. Kekuasaan Islam juga merambah Mesir, Palestina, Suriah, Afrika Utara, dan Armenia dari Kekaisaran Romawi (Byzantium).

Keberhasilan Umar bin Khattab RA. dalam menaklukkan Imperium besar (Persia dan Romawi) tidak lepas dari sosoknya yang tegas dan sangat bersahaja. Jangan bayangkan seorang khalifah dengan wilayah yang amat luas hidup dengan bergelimang gaji, fasilitas, tunjangan, dan kehidupan mewah lainnya. Bahkan, Umar bin Khattab RA. amat sederhana dengan gaji yang malah kekurangan sehingga memiliki utang.

Kisahnya pada suatu saat, ketika harga-harga barang di pasar mulai merangkak naik sehingga tokoh-tokoh Muhajirin seperti Utsman, Ali bin Abi Thalib, Thalhah, dan Zubair berkumpul serta menyepakati agar gaji khalifah dinaikkan. Namun, mereka tak berani menyampaikan langsung ke khalifah sehingga melalui putri khalifah sekaligus istri Nabi Muhammad SAW., yakni Hafshah.

Namun, saat usulan tersebut disampaikan, Umar malah murka seraya berkata, "Siapa yang mengajari engkau untuk menanyakan usulan ini?" Hafshah menjawab, "Saya tidak akan memberitahukan nama mereka sebelum Ayah memberitahukan pendapat Ayah tentang usulan tersebut."

Umar balik bertanya kepada Hafshah, "Demi Allah, ketika Rasulullah masih hidup, bagaimanakah pakaian yang dimiliki di rumahnya?" Hafshah menjawab, "Di rumahnya, Rasulullah hanya mempunyai dua pakaian. Satu dipakai untuk menghadapi para tamu dan satu lagi untuk dipakai sehari-hari."

Umar bertanya lagi, "Bagaimana makanan yang dimiliki oleh Rasulullah?" Hafshah menjawab, "Beliau selalu makan dengan roti yang kasar dan minyak samin." Umar kembali bertanya, "Adakah Rasulullah mempunyai kasur di rumahnya?" Hafshah menjawab lagi, "Tidak, Beliau hanya mempunyai selimut tebal yang dipakai untuk alas tidur di musim panas. Jika musim dingin tiba, separuhnya kami selimutkan di tubuh, separuhnya lagi digunakan sebagai alas tidur."

Umar kemudian melanjutkan perkataannya, "Hafshah, katakanlah kepada mereka bahwa Rasulullah SAW. selalu hidup sederhana. Kelebihan hartanya selalu Beliau bagikan kepada mereka yang berhak. Oleh karena itu, aku mengikuti jejak Rasulullah."

Kelebihan Khalifah Umar lainnya adalah sering berjalan-jalan ke pelosok desa seorang diri atau istilah saat ini "blusukan" meskipun tetap saja dikawal ajudan ataupun pengawal kepolisian. Pada saat seperti itu tak seorang pun mengenali kalau Umar sebagai kepala pemerintahan. Kalau khalifah menjumpai rakyatnya sedang kesusahan, ia pun segera memberi bantuan. Umar sadar, kekuasaan yang ada di tangannya bukanlah miliknya melainkan milik rakyat. Oleh karena itu, Umar melarang keras anggota keluarganya berfoya-foya.

Ia selalu berhemat dalam menggunakan keperluannya sehari-hari. Saking hematnya, untuk menggunakan lampu saja keluarga Amirulmukminin ini amat berhati-hati. Lampu minyak baru dinyalakan bila ada pembicaraan penting. Jika tidak, lebih baik tidak pakai lampu.

Dalam hidupnya, Umar senantiasa memegang teguh amanat yang diembankan oleh rakyat di pundaknya. Pribadi Umar yang begitu mulia terdengar di mana-mana. Seluruh rakyat sangat menghormatinya. Rakyat hormat dan patuh dengan titahnya karena pemimpin mencontohkan perilaku sederhana serta amanah dalam kesehariannya.

Hijrahkan para pemimpin kami ya Allah. Jadikan para pemimpin kami baik di eksekutif, legislatif, maupun yudikatif seperti sosok Umar.

Amin. ***

[Ditulis oleh HABIB SYARIF MUHAMMAD ALAYDRUS, Ketua Yayasan Assalam Bandung dan Mantan Anggota MPR RI. Tulisan disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi Kamis (Pon) 31 Oktober 2013 / 26 Zulhijah 1434 H pada Kolom "CIKARACAK"]

by
u-must-b-lucky

0 comments: