Banyak sekali ayat ataupun hadits-hadits Rasulullah, yang menyatakan tentang
perbandingan antara keutamaan dan kenikmatan kehidupan akhirat dan
kehidupan dunia, yang mana akan didapati betapa jauhnya kemuliaan
diantara keduanya, bahkan tidak sedikit akan adanya celaan terhadap
kehidupan dunia.
Akan tetapi celaan tersebut tidaklah ditujukan kepada siang dan malamnya, bumi tempat dunia ini berada, lautan, sungai-sungai, hutan dan yang lainya karena semua itu adalah nikmat Allah bagi hamba-hamba Nya, tetapi celaan itu ditujukan kepada polah tingkah anak Adam dan penghuninya terhadapnya. Allah Ta’ala berfirman:
Akan tetapi celaan tersebut tidaklah ditujukan kepada siang dan malamnya, bumi tempat dunia ini berada, lautan, sungai-sungai, hutan dan yang lainya karena semua itu adalah nikmat Allah bagi hamba-hamba Nya, tetapi celaan itu ditujukan kepada polah tingkah anak Adam dan penghuninya terhadapnya. Allah Ta’ala berfirman:
ٱعۡلَمُوٓاْ
أَنَّمَا ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَا لَعِبٌ۬ وَلَهۡوٌ۬ وَزِينَةٌ۬
وَتَفَاخُرُۢ بَيۡنَكُمۡ وَتَكَاثُرٌ۬ فِى ٱلۡأَمۡوَٲلِ وَٱلۡأَوۡلَـٰدِۖ
”Ketahuilah
sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan, senda gurau yang
melalaikan, perhiasan, saling berbangga diri diantara kalian dan saling
berlomba untuk memperbanyak harta dan anak.” (QS. Al-Hadid: 20)Dan ditegaskan secara jelas oleh Allah Ta'ala dalam firman Nya:
وَمَا
ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَآ إِلَّا لَعِبٌ۬ وَلَهۡوٌ۬ۖ وَلَلدَّارُ
ٱلۡأَخِرَةُ خَيۡرٌ۬ لِّلَّذِينَ يَتَّقُونَۗ أَفَلَا تَعۡقِلُونَ
”Dan
tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau
belaka[3]. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang
yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?” (QS. Al-An'am: 32)
Dunia
ini hanyalah jalan menuju surga dan neraka, tempat manusia mengumpulkan
perbekalan untuk menuju kehidupan abadi, dan bertemu Allah Ta’ala Sang
Pencipta alam semesta, Yang akan menilai dan menerima bekal tersebut
serta mengganjarnya, jika baik maka nikmat surga yang akan ia dapatkan
dan jika buruk maka azdab yang pedihlah yang akan dirasakan.
SIKAP MANUSIA TERHADAP KEHIDUPAN DUNIA
Pertama; Orang-orang yang mengingkari adanya negeri pembalasan setelah alam dunia. Dalam hal ini Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّ
ٱلَّذِينَ لَا يَرۡجُونَ لِقَآءَنَا وَرَضُواْ بِٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا
وَٱطۡمَأَنُّواْ بِہَا وَٱلَّذِينَ هُمۡ عَنۡ ءَايَـٰتِنَا غَـٰفِلُونَ
”Sesungguhnya
orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami, merasa puas
dengan kehidupan dunia dan merasa tentram dengan kehidupan itu serta
orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami , mereka itu tempatnya adalah
neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan.” (QS. Yunus: 7)
Kedua;
Orang-orang yang meyakini adanya alam pembalasan setelah kematian.
Merekalah orang-orang Yang mengikuti para Rasul. Dalam hal ini mereka
tergolongkan menjadi 3 (tiga), yaitu:
1. Zhalimun linafsih
Orang yang menzhalimi diri sendiri. Bagi mereka dunia adalah segalanya,
terbuai oleh keindahannya yang menipu. Mereka ridha, murka, setia
(berwala’) dan benci (bara’) karena tendensi dan motivasi dunia semata.
Mereka beriman kepada akhirat secara global tetapi mereka tidak mengerti
tujuan hidup didunia, bahwa tidak lain ia adalah suatu tempat untuk
berbekal menuju kehidupan berikutnya.
2. Muqtashid
Mereka
adalah orang-orang yang menikmati dunia dari arah yang dibenarkan,
mubah. Mereka melaksanakan seluruh yang wajib, akan tetapi membiarkan
dirinya bersenang-senang dengan kenikmatan dunia. Mereka tidak
mendapatkan hukuman akan tetapi derajat mereka rendah. Umar bin Khattab
berkata : “Seandainya derajat surgaku tidak dikurangi pasti aku akan
menantang kalian dalam hal kehidupan dunia. Tetapi aku mendengar Allah
mencela suatu kaum dalam firman-Nya:
وَيَوۡمَ
يُعۡرَضُ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ عَلَى ٱلنَّارِ أَذۡهَبۡتُمۡ
طَيِّبَـٰتِكُمۡ فِى حَيَاتِكُمُ ٱلدُّنۡيَا وَٱسۡتَمۡتَعۡتُم بِہَا
فَٱلۡيَوۡمَ تُجۡزَوۡنَ عَذَابَ ٱلۡهُونِ بِمَا كُنتُمۡ تَسۡتَكۡبِرُونَ
فِى ٱلۡأَرۡضِ بِغَيۡرِ ٱلۡحَقِّ وَبِمَا كُنتُمۡ تَفۡسُقُونَ
”Dan [ingatlah] hari [ketika] orang-orang kafir dihadapkan ke neraka [kepada mereka dikatakan]: "Kamu telah menghabiskan rezkimu yang baik dalam kehidupan duniawimu [saja] dan kamu telah bersenang-senang dengannya; maka pada hari ini kamu dibalasi dengan azab yang menghinakan karena kamu telah menyombongkan diri di muka bumi tanpa hak dan karena kamu telah fasik". (QS. Al-Ahqaf: 20)
3. Sabiqun bil khairat bi idznillah.
Mereka adalah orang-orang yang paham tujuan dari dunia dan beramal
sesuai dengannya. Mereka mengerti bahwa Allah menempatkan hamba-hambaNya
dinegeri ini untuk diuji, siapa yang paling baik amalnya, yang paling
zuhud kapada dunia dan paling cinta kepada akhirat. Golongan yang ketiga ini merasa cukup dengan mengambil dunia sekadar sebagai bekal seorang musafir. Sebagaimana Firman Allah Ta’ala:
إِنَّا جَعَلۡنَا مَا عَلَى ٱلۡأَرۡضِ زِينَةً۬ لَّهَا لِنَبۡلُوَهُمۡ أَيُّہُمۡ أَحۡسَنُ عَمَلاً۬
”Dan sesungguhnya Kami jadikan apa saja yang ada dimuka bumi ini
sebagai hiasan baginya, supaya kami uji siapa diantara mereka yang
paling baik amalnya.” (QS. Al-Kahfi: 7)
BAHAYA MENCINTAI DUNIA
Cinta
dunia akan melengahkan seseorang dari cinta kepada Allah Ta’ala dan
berdzikir kepadaNya, barang siapa dilengahkan oleh harta bendanya dia
termasuk dalam kelompok orang-orang yang merugi. Dan hati, jika telah
lalai dari dzikrullah, pasti akan dikuasai setan dan disetir sesuai
kehendaknya. Setan akan menipunya sehingga ia merasa telah mengerjakan
banyak kebaikan padahal ia baru melakukan sedikit saja atau bahkan tidak
melakukannya sama sekali.
Abdullah bin Mas’ud pernah berkata : ”Bagi
semua orang dunia ini adalah tamu, dan harta itu adalah pinjaman.
Setiap tamu pasti akan pergi lagi dan setiap pinjaman pasti harus
dikembalikan”. Ulama yang lain berkata : ”Cinta dunia itu pangkal dari segala kesalahan dan pasti merusak agama ditinjau dari berbagai sisi, diantaranya :
Pertama;
berakibat pengagungan terhadap dunia secara berlebihan, padahal ia di
sisi Allah sangatlah remeh, adalah termasuk dosa yang sangat besar
mengagungkan sesuatu yang di anggap remeh oleh Allah.
Kedua;
Allah telah melaknat, memurkai dan membencinya, kecuali yang ditujukan
untuk Allah. barang siapa mencintai sesuatu yang telah dilaknat,
dimurkai dan dibenci Allah berarti ia menyediakan diri untuk mendapat
siksa dan kemurkaan dari Allah.
Ketiga; orang yang cinta
dunia akan lebih cenderung menjadikannya sebagai tujuan akhir dari
segalanya, sehinggga ia terjatuh dalam kesalahan, yaitu menjadikan
sarana sebagai tujuan dan berusaha untuk mendapatkan dunia dengan amalan
akhirat. Allah Ta’ala berfirman
مَن كَانَ يُرِيدُ ٱلۡحَيَوٰةَ ٱلدُّنۡيَا وَزِينَتَہَا نُوَفِّ إِلَيۡہِمۡ أَعۡمَـٰلَهُمۡ فِيہَا وَهُمۡ فِيہَا لَا يُبۡخَسُونَأُوْلَـٰٓٮِٕكَ
ٱلَّذِينَ لَيۡسَ لَهُمۡ فِى ٱلۡأَخِرَةِ إِلَّا ٱلنَّارُۖ وَحَبِطَ مَا
صَنَعُواْ فِيہَا وَبَـٰطِلٌ۬ مَّا ڪَانُواْ يَعۡمَلُونَ
“Barang siapa menghendaki kehidupan
dunia dan perhiasannya, maka Kami penuhi balasan pekerjaan-pekerjaannya
di dunia dan mereka tidak akan dirugikan sedikitpun. Tetapi di akhirat
tidak ada bagi mereka bagian selain neraka. Dan sia-sialah apa-apa yang
mereka perbuat di dunia dan batallah apa-apa yang mereka amalkan.” (QS. Hud: 15-16)
Demikianlah bahwa cinta dunia dapat menghalangi seseorang dari pahala,
merusak amal, bahkan bisa menjadikannya orang yang pertama kali masuk
neraka.
Keempat; mencintai dunia akan menghalangi seorang hamba dari aktivitas yang bermanfaat untuk kehidupan akhirat, ia akan sibuk dengan apa yang dicintainya. Ada yang disibukkan oleh kecintaannya dari iman dan syari’at, dari kewajiban-kewajiban yang seharusnya ia laksanakan, atau dalam waktu yang tidak tepat, atau hanya sebatas pelaksanaan lahiriahnya saja, paling tidak kecintaanya terhadap dunia akan melalaikan hakikat kebahagiaan seorang hamba yaitu kosongnya hati selain untuk mencintai Allah dan diamnya lisan selain berdzikir kepadaNya, juga ketaatan hati dan lisan dengan Rabbnya.
Kelima; berlebihan mencintai dunia akan menjadikan harapan utama pelakunya ketika hidup adalah dunia itu sendiri.
Keenam; orang yang berlebihan mencintai dunia adalah manusia dengan adzab yang paling berat. Mereka disiksa di tiga negeri; di dunia, di alam barzakh, dan di akhirat. Didunia mereka di adzab dengan kerja keras untuk mendapatkannya dan persaingan dengan orang lain. Adapun di alam barzakh mereka diazab dengan perpisahan dengan kekayaan dunia dan kerugian yang nyata atas apa yang mereka kerjakan. Di sana tidak sesuatupun yang menggantikan kedudukan kecintaannya kepada dunia, kesedihan, kedukaan, dan kerugian terus-menerus mencabik-cabik ruhnya, seperti halnya cacing dan belatung melakukan hal yang sama kepada jasadnya, demikianlah pecinta dunia akan di azab dikuburnya, dan juga pada hari akhirat nanti yaitu pada hari pertemuan dengan Rabbnya. Allah Ta’ala berfirman
فَلَا
تُعۡجِبۡكَ أَمۡوَٲلُهُمۡ وَلَآ أَوۡلَـٰدُهُمۡۚ إِنَّمَا يُرِيدُ
ٱللَّهُ لِيُعَذِّبَہُم بِہَا فِى ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا وَتَزۡهَقَ
أَنفُسُہُمۡ وَهُمۡ كَـٰفِرُونَ
”Janganlah engkau ta’jub dengan harta dan anak-anak mereka.
Sesungguhnya Allah menghendaki untuk menyiksa mereka dengannya dalam
kehidupan dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka sedang mereka dalam
keadaan kafir.” (QS. At-Taubah: 55)
Menafsirkan ayat diatas sebagian ulama salaf berkata :”Mereka
diazab dengan jerih payah dan kerja keras dalam mengumpulkannya. Nyawa
mereka akan melayang karena cintanya dan mereka menjadi kafir karena
tidak menunaikan hak Allah sehubungan dengan kemegahan dunia itu”.
Ketujuh; orang yang rindu dan cinta kepada dunia sehingga lebih mengutamakannya dari pada akhirat adalah makhluk yang paling tidak mengerti, bodoh, dungu dan tidak berakal. Karena mereka lebih mendahulukan khayalan dari pada sesuatu yang hakiki, mendahulukan impian daripada kenyataan, mendahulukan kenikmatan sesaat daripada kenikmatan abadi dan mendahulukan negeri yang fana dari pada negeri yang kekal selamanya. Mereka menukar kehidupan yang kekal itu dengan kenikmatan yang semu. Manusia yang berakal cerdas (baca : bertaqwa) tentunya tidak akan tertipu dengan hal semacam ini.
Sesuatu
yang paling mirip dengan dunia adalah bayang-bayang, disangka memiliki
hakikat yang tetap padahal tidak demikian. Dikejar untuk digapai, sudah
pasti tidak akan pernah sampai.
Dunia juga sangat mirip dengan ‘FATAMORGANA’,
orang yang kehausan menyangkanya sebagai air, padahal jika ia
mendekatinya ia tidak akan mendapati sesuatu pun. Justru yang ia dapati
adalah Allah Ta’ala dengan hisabNya, dan Allah sangat cepat hisabNya.
Maka
saudaraku, marilah kita berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan, untuk
meraih ridha Allah Ta’ala, surga Nya dan apa-apa yang telah dijanjikan Nya
serta keutamaan-keutamaan di alam akhirat yang kekal abadi, yang mana
Allah Ta’ala telah menegaskan dalam firman Nya bahwa:
Jangan sampai kita tertipu oleh tipu daya setan yang senantiasa menggoda anak cucu Adam agar tergelincir, sehingga terjerumus kepada kesesatan, penyimpangan, memperturutkan segala keinginan hawa nafsu sehingga lupa hak-hak Allah Ta’ala yang harus ditunaikan serta lupa dari kenikmatan-kenikmatan yang tak pernah terlihat oleh pandangan mata, tak pernah terdengar oleh telinga dan tak pernah terbayangkan dalam benak hati manusia. Itulah kenikmatan yang Allah Ta’ala janjikan bagi hamba-hambaNya yang mendapatkan rahmat dari Nya.
Wallahu A'lam Bish-Shawab. ***
[Tulisan disalin dari Abu Thalhah Andri Abd Halim, Di nukil dari “Tazkiatun-Nufus” DR. Ahmad Farid, (Ibnu Rajab al-Hambali, Ibnu Qayyim dan Imam al-Gazhali)]
وَٱلۡأَخِرَةُ خَيۡرٌ۬ وَأَبۡقَىٰٓ
”Dan kehidupan akhirat itu adalah lebih baik dan lebih kekal.” (QS. Al-A’laa : 17)Jangan sampai kita tertipu oleh tipu daya setan yang senantiasa menggoda anak cucu Adam agar tergelincir, sehingga terjerumus kepada kesesatan, penyimpangan, memperturutkan segala keinginan hawa nafsu sehingga lupa hak-hak Allah Ta’ala yang harus ditunaikan serta lupa dari kenikmatan-kenikmatan yang tak pernah terlihat oleh pandangan mata, tak pernah terdengar oleh telinga dan tak pernah terbayangkan dalam benak hati manusia. Itulah kenikmatan yang Allah Ta’ala janjikan bagi hamba-hambaNya yang mendapatkan rahmat dari Nya.
Wallahu A'lam Bish-Shawab. ***
[Tulisan disalin dari Abu Thalhah Andri Abd Halim, Di nukil dari “Tazkiatun-Nufus” DR. Ahmad Farid, (Ibnu Rajab al-Hambali, Ibnu Qayyim dan Imam al-Gazhali)]
by
1 comments:
Terimakasih ilmunya kak
Post a Comment