Pada saatnya anak-anak akan pergi, meninggalkan kita, sepi...........

Mereka bertebaran di muka bumi untuk melaksanakan tugas hidupnya sendiri; berpencar, berjauhan. Sebagian di antara mereka mungkin ada yang memilih untuk berkarya dan tinggal di dekat kita agar dapat berkhidmat kepada kita.
Diantara mereka ada yang merelakan terlepasnya sebagian kesempatan untuk meraih dunia karena ingin meraih kemuliaan akhirat dengan menemani dan melayani kita.

Tetapi pada saatnya, kita pun akan pergi meninggalkan mereka. Entah kapan. Pergi dan tak pernah kembali lagi ke dunia ini....

Kematian adalah perpisahan yang sesungguhnya; berpisah dan tak pernah lagi berkumpul dalam kemesraan penuh cinta.

Orangtua dan anak hanya berjumpa nanti 
di hadapan Mahkamah Allah Ta'ala... 

Saat itu ada yang menjadi musuh satu sama lain, saling menjatuhkan. Di saat ada anak-anak yang terjungkal ke dalam neraka, dan tak mau menerima dirinya tercampakkan sehingga menuntut tanggung-jawab orangtua yang telah mengabaikan kewajibannya mengajarkan agama kepada mereka.

Apakah itu termasuk kita? Alangkah besar kerugian di hari itu jika anak dan orangtua saling menuntut di hadapan Mahkamah Allah Ta'ala. Inilah hari ketika kita tak dapat dibela oleh pengacara, dan para pengacara sekalipun tak dapat membela diri mereka sendiri.

Lalu apakah yang sudah kita persiapkan untuk mengantarkan anak-anak pulang ke kampung akhirat?

Dan dunia ini adalah ladangnya...

Kematian itu adalah perpisahan sesaat; amat panjang masa itu kita rasakan di dunia, tapi amat pendek bagi yang mati.

Anak-anak berpisah dengan kita untuk kemudian dikumpulkan kembali oleh Allah SWT.

Tingkatan amal kita dan anak-anak boleh jadi tak sebanding... entah mana yang lebih tinggi... Allah Ta'ala saling susulkan di antara mereka kepada yang amalnya lebih tinggi.

Allah Ta'ala berfirman:

والذين آمنوا واتبعتهم ذريتهم بإيمان ألحقنا بهم ذريتهم وما ألتناهم من عملهم من شيء كل امرئ بما كسب رهين

"Dan orang-orang yang beriman dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikit pun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya." (QS. Ath-Thuur, 52: 21).

Mari kita bertanya pada diri kita masing-masing, apakah kita termasuk yang demikian ini? Saling disusulkan kepada yang amalnya lebih tinggi. Termasuk kitakah? 


Apakah kita benar-benar mencintai anak kita?

Kita usap anak-anak kita saat mereka sakit. Kita tangisi mereka saat terluka. Tapi adakah kita juga mengkhawatirkan nasib mereka di akhirat sebagaimana diantara kita mengkhawatirkan nasib kita "nanti" nya?

Kita menyibukkan diri menyiapkan masa depan mereka. Bila perlu sampai letih badan kita. Tapi disamping untuk diri kita sendiri... apakah kita berlaku sama untuk "masa depan" mereka yang sesungguhnya di kampung akhirat?

Pandanglah sejenak anakmu. Tataplah wajahnya. Apakah engkau relakan wajahnya tersulut api neraka hingga melepuh kulitnya?

Ingatlah sejenak ketika engkau merasa risau melihat mereka bertengkar dengan saudaranya. Adakah engkau bayangkan ia bertengkar denganmu di hadapan Mahkamah Allah Ta'ala karena lalai menanamkan tauhid dalam dirinya?

Ada hari yang pasti ketika tak ada pilihan untuk kembali. Apakah ketika itu kita saling disusulkan ke dalam surga atau saling bertikai?

Mari cintai anak-anak kita untuk selamanya!

Bukan hanya untuk hidupnya di dunia. Cintai mereka sepenuh hati untuk suatu masa ketika tak ada sedikit pun pertolongan yang dapat kita harap kecuali pertolongan Allah Ta'ala.

Cintai mereka dengan pengharapan agar tak sekedar bersama saat dunia, lebih dari itu dapat berkumpul bersama di surga.

Cintai mereka seraya berusaha mengantarkan mereka meraih kejayaan, bukan hanya untuk kariernya di dunia yang sesaat. Lebih dari itu untuk kejayaannya di masa yang jauh lebih panjang. Masa yang tak bertepi...

Wallahu A'lam Bish-Shawab. ***

[Tulisan asli dari Mohammad Fauzil Adhim penulis buku best seller "Segenggam Iman untuk Anak dan Saat Berharga untuk Kita"]


by

u-must-b-lucky